Presiden Jokowi: Kalau Kita Punya, Jangan Impor
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi juga mendorong adanya pembinaan terhadap para petani untuk mengurangi impor komoditas bahan pangan.
Presiden Joko Widodo mendorong penghentian impor produk yang dapat diproduksi di dalam negeri, baik dari usaha besar, kecil, maupun menengah. Saat meluncurkan Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas di Gedung SMESCO, Jakarta, pada Senin, 3 Oktober 2022, Presiden memberikan contoh mengenai impor aspal yang masih dilakukan, padahal Indonesia memiliki deposit aspal yang cukup besar di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
“Minggu lalu saya ke Sulawesi Tenggara, ke Buton, di sana ada deposit aspal itu 662 juta ton yang masih dalam proses hilirisasi, industrialisasi. Bisa usaha menengah, atau usaha kecil, atau usaha besar, tapi belum, baru satu perusahaan. Aspal kita sekali lagi 662 juta ton, kita malah impor,” ujar Presiden.
“Hal-hal seperti ini yang tidak boleh terjadi, untuk produk apa pun kalau kita punya jangan beli impor,” lanjutnya.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi juga mendorong adanya pembinaan terhadap para petani untuk mengurangi impor komoditas bahan pangan. Sebagai contoh, Presiden mengaku senang dengan penurunan nilai impor jagung di Tanah Air karena adanya pendampingan kepada para petani jagung.
“Tadi disampaikan di depan, biasanya 1 hektare hanya 4 ton, sekarang 1 hektare bisa 8 ton. Cost produksi paling Rp1.800, Rp1.900 itu yang saya tau waktu itu saya ke Dompu. Jualnya bisa Rp3.800 per kilo, untungnya sudah 100 persen,” kata Presiden.
Selain jagung, Presiden pun meminta agar pembinaan dengan pola yang sama juga dilakukan kepada para petani komoditas pangan lain.
“Jangan hanya di jagung saja, harusnya produk-produk yang lain, komoditas yang lain harus bisa didampingi dengan pola yang sama. Kalau jagung bisa, mestinya padi juga bisa, singkong juga bisa, porang juga bisa, kopi juga bisa, semua,” imbuhnya.
Di samping itu, Kepala Negara menuturkan bahwa pembinaan juga harus dilakukan kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti pengemasan produk dan penjenamaan yang baik. Dengan adanya pembinaan tersebut, Presiden berharap produk hasil dari para pelaku UMKM dapat naik kelas hingga pasar internasional.
“Sentuhan-sentuhan seperti itu yang kita harapkan dan kalau bisa pasarnya tidak hanya pasar lokal, tidak hanya pasar domestik, tetapi bisa dibawa untuk pasar ekspor. Ini yang kita harapkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya perusahaan membangun kemitraan dengan UMKM di daerah. Presiden meyakini kemitraan tersebut akan memberikan dampak yang baik, antara lain dalam menangani kemiskinan ekstrem di Indonesia.
“Misalnya ini, akan banyak pabrik otomotif yang akan berdiri di negara kita. Saya sudah sampaikan harus bermitra dengan UKM-UKM industri. Entah bikin knalpotnya, entah bikin spionnya, entah pengerjaan interior kursinya di dalam, bisa perusahaan besar bermitra dengan petani, perusahaan besar bermitra dengan UMKM,” ucapnya.