Presiden Jokowi Optimistis Hilirisasi Industri Mampu Tingkatkan Nilai Tambah di Sektor Industri

Selain hilirisasi dan industrialisasi, Presiden juga menegaskan pentingnya pengintegrasian bahan mentah. Apabila nanti terintegrasi, Presiden meyakini Indonesia akan mampu membuat barang jadi dengan bahan mentah milik sendiri.

Dipublikasikan pada Kamis, 18 November 2021 21:44 WIB

Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendorong program hilirisasi industri dengan mengurangi ekspor bahan mentah atau raw material. Menurut Presiden, kebijakan tersebut diambil guna meningkatkan nilai tambah di sektor industri.

“Kita ingin nilai tambah, kita ingin added value, kita ingin ciptakan lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya dan itu sekarang mulai disadari oleh negara-negara lain,” ujar Presiden saat berpidato dalam acara Kompas 100 CEO Forum 2021 di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis, 18 November 2021.

Saat pertemuan Group of Twenty (G20) di Roma Oktober lalu, Presiden mengatakan bahwa beberapa negara banyak menyampaikan opininya mengenai kebijakan pemerintah untuk mengurangi ekspor nikel. Presiden kemudian menawarkan opsi untuk melakukan kerja sama barang setengah jadi atau barang jadi.

“Kerja sama setengah jadi di Indonesia enggak apa-apa, nanti setengah jadi dikirim ke negaramu jadikan barang jadi, enggak apa-apa kok, kita terbuka. Tapi bikin di sini, investasi di sini. Jadi kita tidak menutup diri kok, kita terbuka. Tapi kalau kita suruh kirim bahan mentah terus, ndak, ndak, ndak. Jangan berpikir Indonesia akan kirim bahan mentah,” tambahnya.

“Pilihannya hanya itu saja. Silakan mau investasi sendiri bisa, mau dengan swasta silakan, mau dengan BUMN silakan, kita terbuka,” lanjutnya.

Presiden menjelaskan, melalui strategi hilirisasi, defisit neraca perdagangan atas Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kepala Negara meyakini Indonesia mampu mengalami surplus perdagangan atas RRT pada tahun 2022.

“Ini dari mana ini turun? Dari besi baja, dari nikel yang jadi barang itu. Di 2021 sampai Oktober ini tinggal minus USD1,5 miliar. Nanti tahun depan 2022, saya yakin kita sudah plus, sudah surplus perdagangan kita dengan RRT, saya yakin itu,” jelasnya.

Selain hilirisasi dan industrialisasi, Presiden juga menegaskan pentingnya pengintegrasian bahan mentah. Apabila nanti terintegrasi, Presiden meyakini Indonesia akan mampu membuat barang jadi dengan bahan mentah milik sendiri.

“Mau mobil listrik, electric vehicle (EV) semuanya dari kita, dan barang-barang yang lainnya. Rare earth itu untuk semikonduktor. Semuanya dari sini, mau tidak mau orang akan datang untuk membangun,” ucapnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Investasi/Kepala BPKM Bahlil Lahadalia, dan CEO Kompas Gramedia Group Lilik Oetama.

(BPMI Setpres)