Presiden Kembali Ingatkan Pentingnya Keseimbangan “Gas dan Rem”
Dari sisi penanganan pandemi, kondisi kasus aktif di Indonesia menjadi semakin baik. Sementara dari sisi ekonomi juga menunjukkan tren positif.
Pandemi Covid-19 benar-benar memberikan tekanan yang tidak mudah bagi mayoritas negara-negara di dunia. Tekanan tersebut pada praktiknya sering menghadapkan kita pada situasi menentukan pilihan, yakni menangani dampak kesehatan akibat Covid-19 dan memulihkan ekonomi yang juga disebabkan pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2020 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 18 November 2020, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa keseimbangan antara “gas dan rem” sebagaimana yang berkali-kali disampaikannya harus betul-betul dilakukan.
“Sering saya sampaikan, gas dan rem ini harus betul-betul kita kendalikan, kelola, dan manage dengan baik,” ujarnya.
Dari sisi penanganan pandemi, perlu disyukuri bahwa semakin hari kondisi kasus aktif di Indonesia menjadi semakin baik. Berdasarkan data terbaru, per hari ini rata-rata kasus aktif Indonesia berada di angka 12,73 persen yang sudah jauh lebih baik dari rata-rata kasus aktif dunia di angka 27,97 persen.
Demikian halnya dengan rata-rata kesembuhan Indonesia yang kini berada di angka 84,02 persen, juga lebih tinggi dari rata-rata kesembuhan untuk dunia di angka 69,62 persen.
“Hal seperti inilah yang harus kita jaga dan terus kita perbaiki agar ke depan angka-angka itu lebih baik lagi,” tuturnya.
Adapun dalam hal pemulihan ekonomi, Kepala Negara sekali lagi menegaskan bahwa hal yang paling dibutuhkan saat ini ialah memperbanyak peredaran uang di masyarakat untuk meningkatkan konsumsi masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka belanja pemerintah harus dipercepat secara maksimal menjelang akhir tahun ini.
“Saat ini memang yang paling banyak diharapkan adalah berasal dari konsumsi dan belanja pemerintah,” kata Presiden.
Untuk diketahui, pada kuartal kedua tahun ini, konsumsi dan belanja pemerintah tumbuh negatif hingga minus 6,90 persen. Namun, pada kuartal ketiga, belanja pemerintah tumbuh positif yang memicu bergeraknya roda perekonomian nasional.
“Itulah yang men-trigger pertumbuhan ekonomi kita. Di kuartal kedua di angka 5,32 persen minus, tetapi di kuartal ketiga masuk ke tren positif di angka minus 3,49 persen. Ini yang terus kita perbaiki,” ucapnya.