Produksi Serat Rayon di Pelalawan Dapat Kurangi Ketergantungan Impor Bahan Baku Industri Tekstil

Fasilitas produksi di Pelalawan memproduksi kurang lebih 240.000 ton serat rayon per tahunnya dan akan meningkat menjadi 600.000 ton dalam beberapa tahun ke depan.

Dipublikasikan pada Jumat, 21 Februari 2020 15:59 WIB

Viscose rayon merupakan salah satu bahan baku bagi industri tekstil dan produk tekstil berkelanjutan. Bahan baku tersebut merupakan serat benang yang berasal dari olahan kayu dan dapat terurai secara alami.

Saat meresmikan fasilitas produksi rayon dan benang terintegrasi PT Asia Pacific Rayon di Kabupaten Pelalawan pada Jumat, 21 Februari 2020, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa pengembangan dan pengimplementasian teknologi di fasilitas produksi tersebut perlu diapresiasi.

“Orang hanya tahunya kapas itu menjadi kain, tapi sekarang serat kayu bisa menjadi kain. Ini sebuah teknologi yang juga perlu diberikan apresiasi. Jangan berpikir yang namanya teknologi hanya ada di Eropa, Jerman, dan Skandinavia. Di Indonesia pun ada dan itu di Kabupaten Pelalawan,” tuturnya.

Fasilitas produksi tersebut memproduksi kurang lebih 240.000 ton serat rayon per tahunnya (akan meningkat menjadi 600.000 ton dalam beberapa tahun ke depan) dengan suplai bahan baku yang telah melalui sertifikasi nasional (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan internasional (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Realisasi investasi berupa fasilitas produksi tersebut diharapkan dapat memperkuat industri tekstil dan produk tekstil nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan baku tekstil seperti kapas yang kebutuhannya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.

“Saya kira dengan jumlah nursery bibit yang sampai 300 juta kapasitasnya itu sebuah jumlah yang sangat besar. Ini yang saya kira banyak belum dilihat bahwa kita memiliki sebuah potensi besar dalam industri rayon ke depan,” kata Presiden.

“Jadi tidak usah kita impor rayon, impor viscose. Kita sendiri sudah bisa memproduksinya. Saya kira kekuatan-kekuatan seperti ini yang harus mulai diangkat karena ini juga bisa mengurangi substitusi impor, artinya bisa mengurangi defisit neraca perdagangan kita,” imbuhnya.

Untuk diketahui, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produk rayon dari fasilitas produksi tersebut juga diekspor ke sejumlah negara lain seperti Turki, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, hingga negara-negara Eropa.

(BPMI Setpres)