Terima Petani Pengunjuk Rasa di Istana, Presiden Jokowi Akan Tindak Lanjuti Aspirasi Petani
Dalam pertemuan tersebut, para petani menyampaikan secara langsung persoalan reforma agraria kepada Presiden.
Presiden Joko Widodo menerima sejumlah perwakilan petani yang berunjuk rasa di depan Istana. Para pengunjuk rasa diterima Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Dalam pertemuan dengan 8 perwakilan pengunjuk rasa, Presiden Jokowi didampingi oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Usai pertemuan, Moeldoko menjelaskan dalam pertemuan tersebut para petani menyampaikan secara langsung persoalan reforma agraria kepada Presiden.
“Tadi presiden telah menemui pergerakan tani, sudah menyampaikan persoalan dalam konteks reforma agraria. Sudah dicatat semua oleh Presiden di antaranya bagaimana tentang redistribusi, perhutanan sosial, masyarakat transmigrasi, dan macam-macam,” kata Moeldoko.
Menurut Moeldoko, pihaknya akan mengundang perwakilan petani untuk audiensi dengan Presiden sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut.
“Presiden sudah catat semuanya, besok saya akan undang mereka untuk dalami persolan lebih detail lagi. Saya akan mapping, nanti harus ada langkah-langkah konkret. Bagi Presiden tidak masalah karena kasus nenek di Riau 20 tahun lebih Presiden bisa selesaikan. Ini sebuiah model penyelesaian konflik agraria ini bisa jadi model lain dan beliau tadi sampaikan ada kesamaan pandangan,” jelas Moeldoko.
Saat bertemu Presiden Jokowi, perwakilan petani mengusulkan revisi Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Moeldoko mengatakan, substansi Perpres tersebut akan ditinjau kembali.
“Dari teman-teman tadi untuk melakukan revisi Perpres 86/2018 isinya redistribusi dan konflik agraria supaya di-handle langsung oleh Presiden. Akan kami cek kembali substansinya dari perpres tersebut,” tandas Moeldoko.
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika yang merupakan salah satu perwakilan pengunjuk rasa menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa reforma agraria yang dijanjikan 9 juta hektare untuk diredistribusikan kepada petani itu belum dijalankan. Menurutnya hal tersebut dikarenakan masih banyaknya masalah-masalah atau konflik lahan yang tidak dituntaskan dalam kerangka reforma agraria.
“Jadi intinya memang kami berharap ada perubahan mendasar tentang bagaimana kebijakan reforma agraria itu dapat dijalankan, memastikan petani-petani mendapatkan hak atas tanahnya secara penuh, baik itu yang diklaim perusahaan swasta atau pun negara,” ujarnya.
“Pak Presiden tadi punya komitmen bahwa pelaksanaan reforma agraria itu beliau setuju ini harus dipimpin langsung oleh presiden, tidak bisa di level seorang menteri,” imbuhnya.