Dialog Presiden Republik Indonesia Dengan Perwakilan Kelompok Nelayan, Penjual Ikan, Dan Pedagang Pasar
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang terhormat, Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo;
Yang saya hormati, Menteri BUMN;
Yang saya hormati, Menteri Perhubungan;
Yang saya hormati, Bapak Gubernur Maluku;
Hadirin sekalian yang berbahagia.
Atas nama pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, mengucapkan selamat datang di Kabupaten Maluku Tengah. Selanjutnya kami laporkan bahwa di hadapan Bapak Presiden Republik Indonesia ada para nelayan, ada 16 orang yang mewakili nelayan Kabupaten Maluku Tengah. Dan mereka semua bersedia untuk berdialog dengan Bapak pada siang hari ini.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Terima kasih Pak Bupati. Jadi, siang hari ini saya ingin mendengar situasi urusan yang berkaitan dengan perikanan, dengan nelayan di saat pandemi seperti ini, apakah ada pengaruhnya atau tidak? Dan ada kesulitan-kesulitan apa? Nggih, saya rasa itu mungkin yang bisa saya sampaikan.
Silakan menyampaikan, kalau ada. Kalau enggak ada, berarti enggak ada masalah.
Nelayan:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih telah diberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan apa yang akan saya sampaikan.
Terima kasih untuk Bapak Presiden, telah datang ke Maluku ini, untuk melihat kita khususnya di Desa Hitu ini, untuk menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional di daerah Indonesia (bagian timur) ini.
Yang ingin kita sampaikan dalam pandemi ini memang tidak ada masalah Pak, untuk dalam pencaharian kita ini. Kita sudah, dalam artian, pencaharian kita ini sudah mantap Pak. Cuma kita masyarakat di sini lagi kekurangan Pak, dalam artinya alat penangkapan dan transportasinya yang masih kurang, dalam artinya rumpon Pak, masih kurang Pak.
Presiden RI:
Rumpon?
Nelayan:
Iya Pak.
Presiden RI:
Apa itu?
Nelayan:
Bagan, Pak. Bagan rumpon.
Iya Pak. Iya, itu saja Pak. Terima kasih banyak Pak.
Presiden RI:
Jadi kalau satu rumpon itu dipakai untuk berapa nelayan ya?
Nelayan:
Satu rumpon dipakai untuk satu nelayan Pak. Iya Pak? Satu rumpon kira-kira tujuh sampai delapan Pak, delapan juta (rupiah), iya Pak.
Iya, terima kasih banyak Pak.
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Ada lagi? Ada? Mumpung beliau ada.
Pedagang pasar Bapak, Yusuf Uwen:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih. Selaku warga negeri Hitu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Presiden republik Indonesia yang berkenan untuk berkunjung ke negeri kami yang kami cintai.
Nama saya Yusuf Uwen. Pekerjaan saya sehari-hari adalah pedagang. Dengan adanya Covid-19 ini kita punya omzet turun drastis, disebabkan karena…ya?
Presiden RI:
Berdagang apa? Dagang apa?
Pedagang pasar Bapak, Yusuf Uwen:
Sembako Pak. Yang selama ini sebelum Covid-19 itu bagus, tapi setelah Covid-19 menurun. Disebabkan karena transportasi, yang pertama.
Yang kedua, saya minta dengan hormat, dengan sangat, dengan murah daripada Bapak, tolong lihat kitong punya jembatan sebagai sarana untuk transportasi dari SBB (Seram Bagian Barat), karena semua transportasi sebagian depan ini masuk di Hitu. Nah, makanya dengan adanya kekurangan transportasi, sehingga kami punya pendapatan pun juga turut menurun, karena disebabkan ada Covid-19.
Itu saja, wabillahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Dermaga Pak, yang diminta dermaga Pak. Dermaga laut supaya ada transportasi dari SBB, kapal-kapal. Jadi di samping ini ada pasar Pak. Pasar rakyat.
Presiden RI:
Ini yang lain juga tadi apa? Masalah apa tadi?
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Nelayan, nelayan, rumpon.
Presiden RI:
Sama, ada masalah semua? Itu barang apa sih, rumpon itu apa?
(audio tidak terdengar jelas, tidak menggunakan mikrofon)
Ini semua…semuanya punya rumpon enggak? Punya? Ada grup rumpon? Kenapa enggak ada?
Nelayan:
Biayanya belum kuat.
Presiden RI:
Punya rumpon, belum? Belum?
Nelayan:
Ada juga yang punya Pak, tapi karena faktor alam, kalau angin kencang putus Pak.
(audio tidak terdengar jelas, tidak menggunakan mikrofon)
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Jadi, Pak Presiden, mungkin saya jelaskan sedikit. Rumpon adalah satu tempat di tengah laut di mana pada malam harinya itu ada dipasang lampu Pak. Lampu itu lalu perahu-perahunya itu, bisa dua sampai empat perahu bisa menangkap ikan di sana Pak.
Presiden RI:
Oh, itu yang ngumpul itu?
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Iya, yang ngumpul, iya Pak.
Presiden RI:
Memang diberi lampu-lampu, ikan datang?
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Betul, Pak. Iya Pak
Nelayan:
Kalau disorot, otomatis ikan-ikan datang,kalau ada lampu.
Presiden RI:
Terus, setelah itu dijaring?
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Setelah itu dijaring Pak.
Presiden RI:
Berapa jam dari sini? Dari pantai ini berapa jam?
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Sekitar 500 meter dari sini.
Presiden RI:
500 meter? Oh, oke.
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Jadi itu kalau tangkap ikan bisa berton-ton Pak. Jadi (rumpon) bukan dipergunakan oleh satu orang tapi banyak (nelayan) yang bisa. Iya, jaring Pak.
Presiden RI:
Oke, ini rumponnya dibeli ya, besok ya. Ini semua, sudah. Ini berapa orang? 1,2,3,4,5,6,7,8…ini yang nelayan siapa saja? Nelayan. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11. Sebelas, berarti berapa?
Nelayan:
Dikalikan delapan (juta rupiah).
Presiden RI:
Dikalikan delapan (juta rupiah), Rp88 (juta), ya.
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Butuh sarana prasarana untuk tangkap ikan? Semua sudah punya ya? Armada? Sampaikan.
Presiden RI:
Terus yang lain, apa tadi? Pedagang, pedagang, pedagang. Yang pedagang berapa orang ya? Tiga? Yang dagang tiga. Sudah, sekalian, yang dagang tiga. Oh, ada penjual ikan, empat. Berarti dua belas, sudah. Dua belas kali delapan (juta rupiah).
Terus kalau ini…jual ikan, sulit enggak? Kalau dapat ikan, jualnya sulit? Ada? Ada yang menampung semua? Oke. Di sini atau harus ke Ambon?
Penjual Ikan:
Ada yang di sini, ada juga yang ke Ambon Pak.
Presiden RI:
Oke.
Pak Menteri, ada yang mau disampaikan? Sudah kenal belum, ini Pak Menteri siapa?
Nelayan:
Cuma lihat di TV saja, Pak.
Presiden RI:
Ini yang paling kanan Pak Menteri BUMN, siapa itu yang kanan?
Nelayan:
Pak Erick Thohir.
Presiden RI:
Kalau Pak Menteri Perhubungan, tahu siapa?
Menteri BUMN:
Pak Budi Karya.
Presiden RI:
Oh, karena suka main bola, tahu Pak Erick. Oke, oke.
Bupati Maluku Tengah, Bapak Tuasikal Abua:
Kalau di sini, banyak pemain bola, Pak.
Presiden RI:
Oh…tahu ndak, Pak Erick ini pemilik kesebelasan apa, tahu?
Nelayan, Penjual Ikan, dan Pedagang Pasar:
Tahu.
Presiden RI:
Tahu? Apa?
Nelayan, Penjual Ikan, dan Pedagang Pasar:
Inter Milan.
Presiden RI:
Oh, tahu juga. Kalau di Indonesia, pemilik (kesebelasan) apa?
Nelayan, Penjual Ikan, dan Pedagang Pasar:
Bandung….
Menteri BUMN:
Tahunya yang Bandung, Pak.
Presiden RI:
Yang Persis, yang baru saja beli Persis juga di Solo, semua dibeli.
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Pak Presiden, mohon izin, ya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jadi mungkin saya mewakili para nelayan, penjual ikan, dan para penjual pasar, sembako. Jadi, mohon izin, begini Pak, menyangkut pelabuhan kita…jadi kalau pelabuhan ini itu pelabuhan transit. Jadi sewaktu-waktu kalau musim ombak, itu kapal-kapal yang dari Namlea, itu dia enggak bisa lewat Tanjung Alang karena ombaknya itu sangat besar. Nah, pada akhirnya, itu jadi kadang sewaktu-waktu ketika musim ombak itu alternatif, itu pertama.
Yang kedua, jangkauan kita ke SBB ketimbang kalau mereka itu dari…kalau dari ibu kota SBB, Piru, kalau dia mau ke kota itu dengan feri, kurang lebih sampai lima-enam jam baru dia sampai kota. Tapi katakanlah kalau hari ini kapal cepat masuk sini, itu kurang lebih akses dari sana ke sini, cuma kurang-lebih mungkin satu jam. Dan dari sini ke bandara itu kurang-lebih cuma 45 menit, ke kota juga kurang-lebih sama. Jadi, aksesnya lebih cepat ketimbang mereka harus memutar…daripada mereka berputar, mendingan mereka ke sini.
(audio tidak terdengar jelas, tidak menggunakan mikrofon)
Dan…saya yakin, kalau seperti apa yang disampaikan oleh salah satu pedagang, kalau akses transportasi ini dibuka itu pasti berdampak kepada perekonomian mereka. Iya, iya, dan….
Presiden RI:
Dan dari pulau-pulau lain juga….
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Pulau-pulau lain itu ya…pasti dia…ya, pesan dari sini.
(audio tidak terdengar jelas, tidak menggunakan mikrofon)
Presiden RI:
Ini nanti juga tidak hanya ini, untuk anu saja…diaspal lagi.
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Iya, siap.
Dan ini kebetulan ada Pak Menteri BUMN. Pak Menteri, ini ada salah satu aset BUMN di sini, itu Perikani, cuma kurang-lebih…Perikani. Dia….
Presiden RI:
Perikani?
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Iya…kantor…kalau di sini biasanya disebut…apa? Apa Perikani ini kalau satu paket?
Menteri BUMN:
Iya, Perinus atau Perindo, ya?
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Perindo, iya.
Menteri BUMN:
Iya, Perindo.
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Dia (Perindo)…jadi ada aset di depan rumah raja situ, itu kurang lebih hampir 30 tahun lebih itu enggak difungsikan.
Menteri BUMN:
Baik.
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Artinya kalau…mohon berkenan, artinya kalau tidak difungsikan, mungkin kita dari Negeri bisa pakai untuk fasilitas Negeri.
Menteri BUMN:
Baik.
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Siap.
Presiden RI:
Kecil atau gede? Besar?
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Ya, di pas depan…ya, kurang-lebiih mungkin sekitar…lebarnya 20 (meter), panjangnya kurang-lebih 30-an (meter), ya.
Menteri BUMN:
600 meter (luasnya). Ya, fasilitas yang diperlukan mungkin pendinginan, ya?
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Ndak, itu dulu bekas kantor cuma sudah kurang-lebih 30 tahun lebih itu ndak…enggak dipakai.
Menteri BUMN:
Kantor saja, ya?
Raja Negeri Hitu Lama, Bapak Salhana Pelu:
Iya. Jadi mungkin aset tanah dan itu kalau katakan, kalau tidak dipakai oleh negara dan mungkin BUMN…mungkin bisa ke…kita ke Negeri, buat kita jadi aset negeri, Pak. Hmmm, mungkin kita bisa buat sarana perkantoran itu di situ.
Presiden RI:
Ya, saya titip tadi, yang mau dibeli rumpon tadi, ya. Nanti segera besok dibeli, nanti kapan pedagang juga. Saya nanti cek, sudah dibelikan belum, sudah itu saja, ya. Ini nelayan, sini, nelayan. Silakan diambil. Ini pedagangnya, Pak, empat orang, diambil, nggih. Untuk tambah dagangan, sudah, modal. Jangan dibelikan handphone, awas nanti kalau ada yang beli handphone dari sini, saya ikuti.
Ya, saya rasa itu. Selamat bekerja dan enggak ada yang (terkena) Covid-19, kan? Sehat semuanya? Sehat? Ya, saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.