Diskusi Forum A1
Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia, Roby Muhamad:
Assalamualaikum Warahmatulah Wabarakatuh.
Salam sejahtera, terima kasih Bapak Presiden Joko Widodo atas kehadirannya, terima kasih Menteri Pak Basuki, terima kasih Pak Menteri Pak Budi, dan terima kasih Pak Iwan. Kita langsung saja, jadi ini adalah sebuah talkshow, santai saja, ringan. Seperti sudah dibagi-bagi di undangan jadi saya membuka acara ini, Roby Muhamad, Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia, wakilnya Pak Iwan. Seperti ditulis di undangan, saya ini ilmuwan. Sedikit cerita dulu, waktu saya waktu kecil ditanya, mau jadi ilmuwan, itu orang sering ngetawain, “kamu ngapain jadi ilmuwan di Indonesia?” gitu, “itu enggak akan dihargai”. Terus, TK, SD, SMP, SMA gitu, sampai saya kuliah di Amerika, pulang. “Kamu ngapain pulang ke Indonesia jadi ilmuwan? Tidak dihargai”, saya dibilangin, “Emang kenapa?” “Ya hanya di negara maju katanya ilmuwan itu dihargai” katanya. Wah, saya begini, Indonesia kapan majunya?
Nah, setelah menunggu 40 tahun, akhirnya kita mendengar sebuah genderang bahwa Indonesia akan maju tahun 2045. Nah, jadi sebagai visi-misi Presiden Bapak Joko Widodo. Tapi saya ini ilmuwan, jadi saya enggak percaya begitu saja. Karena kalau saya lihat dari Global Competitiveness Report 2018, infrastruktur Indonesia itu peringkat 71 dari 140 negara. Bahkan di ASEAN, infrastruktur Indonesia itu peringkat 5, di bawah Thailand tapi masih di atas Viet Nam, jadi masih oke. Nah, soal perhubungan, juga menurut studi dari Frost and Sullivan, ongkos kirim atau biaya logistik atau bahasa kekiniannya ongkir, ongkos kirim, di Indonesia itu masih yang termahal di Asia, 24% dari PDB kita, masih jauh lebih besar daripada Malaysia yang sudah 15% apalagi jika dibandingkan dengan Jepang dan Amerika yang sudah mencapai 10% PDB. Nah, melihat data-data ini, saya jadi bertanya mungkin sekadar, hanya bertanya, apa betul Indonesia itu bisa akan menjadi negara maju pada tahun 2045? Nah, untuk mendengar jawabannya, kita akan dengarkan langsung dari diskusi dari narasumbernya langsung, yang memulai, mencetuskan, menginisiasi, jadi ini inisiator utama di republik ini, Bapak Presiden Joko Widodo. Bagaimana mimpi itu, bukti-bukti nyata yang nanti akan disampaikan oleh kedua Bapak Menteri Perhubungan dan PUPR. Untuk itu saya serahkan kepada Bapak moderator, Pak Iwan Setyawan, untuk memulai diskusi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ketua Umum Inisiator Indonesia, Iwan Setyawan:
Ini kalau di luar, manggilnya “Mas, Mas” di sini “Bapak”. Okay, everybody. Selamat siang, terima kasih semuanya. Assalamualaikum Warahmatulah Wabarakatuh.
Suatu penghargaan tersendiri ini, akhirnya ada Presiden Jokowi hadir di sini, kemudian ada Bapak Budi Karya Sumadi dan Pak Basuki Hadimuljono. Ini talkshow yang menurut saya akan sangat mendebarkan banget. Bukan buat saya tapi buat Menteri-Menterinya ini, karena harus bertanggung jawab ke Presiden. Nah, salah satu kenapa saya pilih bikin talkshow ini ya, salah satunya, saya pernah cek data di Kementerian PUPR, saya kepo-in itu, Pak Bas. Ini luar biasa menurut saya dan belum pernah didengar banyak orang. Jadi saya cek satu-satu nih, saya misalkan jalan tol. Jalan tol di era ini, itu dibangun sekitar 1.500 kilometer, habis itu kalau dibandingkan dengan periode sebelumnya, tahun 1974 sampai 2014, 826 kilometer. Ini memang kayak PUPR kurang kerjaan, ya. Jujur bikin tol banyak banget. Habis itu, kalau rata-rata per tahun, di era sekarang, jalan tol yang dibangun itu 300 kilometer. Sementara sebelum 2014, itu 20 kilometer, itu baru jalan tol. Jadi saya enggak mau mengungkapkan di sini, karena nanti Pak Bas yang akan menyampaikan itu. Dan saya berbicara, ini polanya begini, habis itu ada jalan baru, ada perbatasan, ada bendungan, ada jembatan segala. Dan saya mau bilang bahwa ini kemungkinan besar adalah the biggest infrastructure project development in Indonesian history dalam periode 5 tahun. Tapi saya akan konfirmasi itu dengan Pak Bas, dengan Bapak Presiden, dengan Bapak Budi Karya Sumadi. Apakah pondasi ini sudah cukup kuat untuk membawa Indonesia Maju?
Namun sebelum itu, saya mau laporan dulu ke Bapak Presiden terkait Menteri-Menterinya. Jadi, saya googling nih, Pak Menteri-Menterinya. Pertama Pak Basuki nih. Pak Basuki saya pikir beritanya bakal infrastruktur, bakal jembatan, tol, begitu ya, karena serius dia. Ternyata, mohon izin Bapak, pakai mohon izin sekarang. Yang diberitakan atau diobrolin, itu seperti ini. “Sering ditelepon Jokowi tengah malam, Bapak Infrastruktur rumahnya digusur”, habis itu netizen bilang, “ini Menteri nerd banget, bukan karena cara berpakaiannya tapi karena tingkah dan sikapnya”, “bisa dibilang Menteri era Kabinet yang paling bagus, jauh dari kontroversi”, habis itu viral “Menteri Basuki beri selamat ke diri sendiri”, “Menteri PUPR andalan Jokowi, kinerja gemilang”, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono”, jadi banyak yang lucu-lucu.
Sementara Pak Budi Karya Sumadi itu lebih serius, Pak. Beritanya, dia siap untuk jual pempek Pak, kalau enggak di- ini. Ini Menteri yang cukup kasihan, mau jual pempek.
Nah, itu pembukaan dari saya. Tapi intinya saya mau tanya ke pemerintah, yang dilakukan 5 tahun kemarin di bidang infrastruktur dan perhubungan ini apa? Banyak dari kita yang enggak tahu. Saya juga baru tahu ketika saya buka-buka website dari PUPR dan Perhubungan. Pertama, pertanyaan akan saya tanyakan ke Pak Jokowi (Pak, Pak Jokowi, pegang mic, pak). Pak, saya mau tanya yang santai dulu deh, tadi di mobil ngapain, Pak? Biasanya di mobil ngapain?
Presiden RI:
Di mobil, apa ya? Ya, buka-buka sosial media dan berita-berita online.
Iwan Setyawan:
Widih, anak sosmed.
Presiden RI:
Sambil dengerin lagu-lagu.
Iwan Setyawan:
Waduh, sambil telepon-telepon Menteri enggak, Pak?
Presiden RI:
Ndak, kalau siang-siang begini, kita panggil, kita undang. Tapi kalau malam hari, tengah malam, saya telepon.
Iwan Setyawan:
Waduh, paling malam, telepon jam berapa, Pak?
Presiden RI:
Ya enggak, ndak mesti, ya. Bisa jam sepuluh, bisa jam dua belas, bisa jam satu, bisa setengah dua, bisa setengah tiga. Kalau apa, Menterinya sulit ya ajudannya.
Iwan Setyawan:
Wah, dibangunin?
Presiden RI:
Ya, suruh bangunin. Ya, kalau penting sih, seperti itu. Saya biasa seperti itu. Tanyakan ke Menteri-Menteri atau ke Panglima TNI, atau ke Kapolri, atau yang terakhir saya telepon Kasad itu, jam berapa…setengah satu, karena demo. Biasa.
Iwan Setyawan:
Waduh, biasa keganggu Menteri-Menterinya, Pak, ya?
Presiden RI:
Ya, ya memang harus diganggu.
Iwan Setyawan:
Oke, yang kedua ini Pak, ini kan kerasanya Kabinet sudah selesai ini. Perasaan Bapak bagaimana, Pak? Artinya Kabinet selesai, Bapak bikin Kabinet itu kayak gimana sih, sekarang ini?
Presiden RI:
Ya, saya ingin yang Kabinet baru ini adalah kerja tim, teamwork. Karena agenda terbesar kita ini memerlukan sebuah kerja tim, enggak bisa kerja sektoral, enggak bisa kerja Menteri jalan sendiri, Menteri jalan sendiri, enggak bisa. Harus kerja tim.
Iwan Setyawan:
Apakah Kabinet ini akan lebih kompak, Pak daripada yang sebelumnya?
Presiden RI:
Saya lihat, insyaallah akan jauh lebih kompak.
Iwan Setyawan:
Oke. Nah, Pak Jokowi ini kan sudah, term pertama sudah dilewati nih, Pak. Kalau di belakang kan, panjang lebar Pak, kita enggak banyak waktu. Kalau Bapak, dengan tiga kata, merumuskan pengalaman 5 tahun kemarin, itu apa saja, Pak?
Presiden RI:
Tantangan, kerja keras, optimisme.
Iwan Setyawan:
Oke, yang terakhir. Optimisme ini, optimisme apa? Setelah 5 tahun, melihat optimisme, optimisme untuk apa?
Presiden RI:
Itu tadi, tantangannya besar tapi kalau dilalui dengan kerja keras, dari pengalaman kemarin, optimis itu bisa diselesaikan.
Iwan Setyawan:
Oke dan ini Pak, menurut Bapak, ini, ini pertanyaan agak iseng lagi, Pak. Biar enggak bosen yang di sini Pak, Bapak enggak bosan nih, ngelihat Pak Bas dan Pak Budi, nih? Kan ikut ke mana-mana terus ya?
Presiden RI:
Bosan.
Iwan Setyawan:
Atau dipilih gara-gara….
Presiden RI:
Ya, kan saya ngomong apa adanya, kan. Ditanya bosan, ya bosan.
Iwan Setyawan:
Pak, kita yang melihat di TV saja juga bosan, Pak. Jadi itu, kalau dilihat di infrastruktur dan perhubungan itu kan masif, gede-gedean banget, Pak di era 5 tahun kemarin, ya. Kenapa Bapak memilih fokus infrastruktur dan perhubungan ini di 5 tahun kemarin?
Presiden RI:
Ya, yang pertama, saya ini terbiasa kerja fokus. Saya enggak mau kerja semuanya, semuanya dikerjain kemudian hasilnya enggak jelas. Lebih bagus fokus tapi hasilnya bisa terukur, ada angka-angkanya, ya yang saya inginkan itu. Jadi kenapa infrastruktur? Karena ini menjadi sebuah pondasi bagi negara kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Tadi sudah disampaikan oleh beliau mengenai apa, indeks competitiveness kita, indeks daya saing kita terhadap negara-negara lain, kan.
Kita masih pada posisi di tengah, kita ingin berada pada posisi di depan dan infrastruktur itu bukan urusan masalah membuat jalan tol, membuat airport, membuat pelabuhan, atau membuat pembangkit listrik, enggak. Infrastruktur itu yang pertama, cipta lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja, infrastruktur.
Yang kedua, menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru bukan uang beredar, PDB ekonomi kita hanya di Jakarta, hanya di Jawa, ndak. Kita ingin ada titik-titik pertumbuhan ekonomi baru.
Kemudian yang ketiga, ada perbaikan jaringan logistik kita. Karena ini, negara ini 17.000 pulau, Bapak/Ibu bisa bayangkan, 17.000 pulau yang memerlukan semuanya infrastruktur sehingga jaringan logistik kita akan menjadi lebih baik. Kemudian ini juga memberikan fasilitas pada produksi, memfasilitasi produksi sehingga infrastruktur yang sudah kita kerjakan 5 tahun kemarin harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi, baik itu produksi pertanian, produksi nelayan, produksi sentra-sentra industri kecil, kawasan industri, harus terhubung ke sana semuanya.
Kemudian yang keempat itu juga pelayanan publik. Karena apapun, ada sekolah, tidak ada jalan menuju ke sekolah, bagaimana? Ada puskesmas atau rumah sakit tapi enggak ada jalan ke sana, bagaimana orang akan datang ke sebuah puskesmas, ini pelayanan publik. Saya berikan contoh yang paling nyata, misalnya dari Wamena ke Nduga, yang sebelumnya harus jalan kaki butuh waktu 4 hari 4 malam, dengan jalan yang sudah dibangun oleh Kementerian PUPR, dari Wamena ke Nduga sekarang hanya kira-kira 5-6 jam sudah sampai. Sehingga kalau ada yang sakit di Nduga untuk dibawa ke rumah sakit di Wamena, tidak harus kita membopong selama 4 hari 4 malam, bisa dibawa dengan mobil, dengan sepeda motor ke rumah sakit itu hanya dalam 4-5 atau 6 jam. Ini pelayanan publik.
Kemudian yang paling penting bahwa kita membangun infrastruktur ini juga membangun peradaban. Orang sering lupa, kita ini membangun peradaban. Budaya antri, budaya disiplin, dan itu terlihat misalnya kita membangun MRT, kelihatan di situ. Orang mulai ada budaya antri, budaya disiplin untuk masuk secara berurutan, nanti LRT jadi juga seperti itu. Ini membangun sebuah peradaban atau kalau kita membangun nanti airport di pulau-pulau yang belum ada airport-nya juga sama, ini membangun peradaban.
Kemudian yang terakhir, infrastruktur itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya di Jakarta yang dibangun, tidak hanya di Pulau Jawa yang dibangun, tetapi juga seluruh provinsi yang ada di negara ini harus kita sentuh dengan kehadiran infrastruktur-infrastruktur yang kita bangun. Nah, ini infrastruktur artinya banyak sekali. Dan dengan itulah, kita nanti memiliki pondasi yang kuat untuk berkompetisi dengan negara lain lewat tadi, ukuran-ukuran indeks daya saing, indeks competitiveness yang itu akan terlihat kita di urutan berapa, angkanya berapa.
Iwan Setyawan:
Kalau saya lihat Pak, ini menantang banget, ya. 17.000 pulau mesti dibangun infrastruktur dari Aceh sampai Papua, ujung utara, ujung selatan. Makanya suka telepon Menteri malam-malam, itu kali Pak, ya?
Presiden RI:
Iya, kalau enggak kita…kadang-kadang saya masih tulis-tulis malam itu ada hal yang sangat penting, ya saya telepon. Saya perintahkan, ini harus diselesaikan dengan cara ini, ini, ini, ini. Ini harus dirampungkan karena memerlukan ini.
Iwan Setyawan:
Kalau orang bilang mungkin begini Pak, ya “Memang enak jadi Presiden?”
Presiden RI:
Enak.
Iwan Setyawan:
Bapak, itu….
Presiden RI:
Enak pusingnya, maksudnya.
Iwan Setyawan
Enak pusingnya. Tidur berapa jam Pak, jadinya Pak? Setelah ngurusin ini, ini?
Presiden RI:
Kalau saya tidur itu sering sih. Di mobil dari Jakarta-Bogor, saya bisa tidur. Dari Bogor ke Jakarta juga bisa tidur. Di pesawat, saya tidur 30 menit, 20 menit. Atau di helikopter pun, saya itu bisa tidur. Yang lain enggak tidur, saya tidur sendiri, 10 menit, 15 menit ya. Ya kalau malamnya memang tidurnya dibandingkan yang lain, saya lebih sedikit tapi saya memang bisa, ya ini alhamdulillah diberikan kenikmatan itu, gampang tidur di mana pun, dengan suara apapun. Kayak helikopter itu, suaranya seperti itu, ya tidur saja.
Iwan Setyawan:
Kalau di rumah malah enggak bisa tidur, ya. Pak, tapi saya pengin tanya itu fondasinya sudah bagus di infrastruktur, nah apa lagi yang bisa membuat Bapak yakin bahwa Indonesia ini bakal menjadi negara maju? Karena kalau kita lihat, tiap pemimpin itu membawa segerbong-gerbong yang berbeda. Soekarno membawa gerbong kemerdekaan, Soeharto membawa gerbong kemajuan, habis itu kita memasuki gerbong demokrasi, habis itu kita akan memasuki gerbong kemajuan dan itu Bapak yang merintis pembukaan gerbong itu. Seberapa yakin Bapak, Indonesia akan menjadi negara maju di 2045?
Presiden RI:
Ini yang saya pelajari dari negara-negara maju, negara-negara besar yang sudah jauh mendahului kita ya memang tahapan besarnya itu. Infrastruktur ini kita kerjakan dan nanti akan terus tetap dilanjutkan kemudian kita akan masuk ke agenda besar yang kedua, ini yang lebih sulit menurut saya, pembangunan sumber daya manusia. Dua hal besar ini akan menjadi sebuah pondasi kokoh bagi kita untuk menuju ke Indonesia Emas 2045. Baru masuk ke tahapan besar yang selanjutnya yaitu bidang inovasi dan teknologi. Silakan, siapapun pemimpinnya yang akan datang, memang masuk, mau tidak mau harus kita giring untuk masuk ke agenda besar inovasi dan teknologi. Tapi sekarang ini, pondasi yang sangat diperlukan ya tadi yang saya sampaikan, infrastruktur kemudian agenda besar berikutnya, sumber daya manusia.
Iwan Setyawan:
Pak, kalau saya lihat tadi, pencapaian 5 tahun ke belakang kan sudah cukup masif Pak, bisa saya katakan itu pembangunan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah, kalau saya bilang, punten, bisa dibuktikan lewat data dan angka. Untuk 5 tahun ke depan, Perhubungan dan PUPR ini Pak, mau dikasih tugas apa?
Presiden RI:
Ya masih, melanjutkan infrastruktur yang ada tapi mulai dihubungkan. Misalnya, airport jadi. Contoh nih, airport di Labuan Bajo jadi, ini harus dikoneksikan, dihubungkan dengan kawasan-kawasan wisata yang ada di sekitar airport itu. Lewat apa? Jalan-jalan yang diperlebar, diperbaiki menuju ke sana. Airport-nya jadi, runway-nya sudah diperpanjang, harus terkoneksikan ke titik-titik yang lain. Misalnya tol, jadi. Harus dihubungkan. Kalau hanya tol saja, ndak akan sambung dengan yang namanya men-trigger pertumbuhan ekonomi, enggak mungkin. Ini harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi. Masukkan ke sentra pertanian, sentra perkebunan, sentra-sentra nelayan, ini dihubungkan lagi. Belum rampung ini, infrastruktur ini. Hubungkan lagi dengan kawasan wisata sehingga memunculkan nanti titik-titik pertumbuhan ekonomi baru dan itu agregatnya akan muncul di dalam PDB ekonomi kita nanti, pertumbuhan ekonomi secara nasional. Itu akan kelihatan nanti. Ini, ini belum rampung, jadi jangan…ini memang pekerjaan yang…pekerjaan, agenda besar, pekerjaan besar tapi tidak langsung bisa dinikmati langsung.
SDM apalagi, itu akan kelihatan 10, 15, atau 20 tahun yang akan dating. Tidak sekarang, tapi, resiko itu yang harus kita berani ambil. Memang tidak akan nampak tapi akan kelihatan nanti kalau 10, 15, 20 tahun lagi kita melihat anak-anak kita sekarang muncul dalam level yang, level SDM ya, kualitasnya lebih baik. Karena sekarang memang disiapkan dulu, misalnya hal-hal yang harus kita geser, ada shifting dari yang pekerjaan lama ke pekerjaan baru, banyak sekali. Teknisi coding, teknisi programming, itu baru kelihatan nanti, dan yang lain-lain. Mungkin yang berkaitan dengan AI, yang berkaitan dengan ya hal-hal yang, hal-hal yang sekarang ini akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang mungkin harus disiapkan dari sekarang. Artinya ada upscaling, artinya ada perbaikan skill, kualitas skill semuanya.
Roby Muhamad:
Jadi ini bukan hanya menghubungkan beton Pak, ya? Tapi menghubungkan ekonomi dan ujungnya menghubungkan peradaban begitu Pak, ya?
Presiden RI:
Iya, betul. Pada suatu titik, nah itu peradaban baru akan muncul.
Roby Muhamad:
Indonesia, peradaban baru. Luar biasa, Pak.
Iwan Setyawan:
Ini Pak Bas dan Pak Budi….
Roby Muhamad:
Tugasnya berat.
Iwan Setyawan:
Mau bicara sekarang? Atau mau duduk dulu? Deg-degan…, oke.
Roby Muhamad:
Ngomong peradaban, berat, Mas.
Iwan Setyawan:
Ini sedikit saja, mumpung ada Presiden, saya mau ngetes para Menteri-Menterinya, berani enggak? Sekarang Pak Presiden saja, tanya tanggung jawab mereka selama 5 tahun ngapain saja, Pak? Jadi, saya pengin tanyakan langsung saja Pak, ya.
Selama 5 tahun ini ngapain saja? Kita mulai dengan Menteri…itu dulu, enak saja. Pak, ini yang datang duluan nih, datang jam 12 sudah di sini. Eh, sebentar. Pak Bas saya mau bacain lagi nih, contekan. Fakta menarik tentang Pak Bas ya, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono”, sampai ada yang bikin ini, Pak, “9 potret uwu Menteri PUPR Hadimuljono yang menghibur netizen”. Uwu itu apaan, Mbak? Unyu, ya. Habis itu, ini banyak banget viral, “Menteri Basuki beri salaman ke diri sendiri”. Pak, ini ceritanya lucu semua nih, Pak. Kesannya Bapak enggak serius nih, bikin PUPR nih. Tapi kalau saya lihat, statistik PUPR itu amazing. Saya bisa bilang tadi, infrastruktur terbesar sepanjang sejarah.
Yang sudah dilakuin 5 tahun, ngapain saja, Pak? Ini sudah 40 tahun Pak Bas ini di PUPR. Saya umur 5 tahun, beliau sudah bangun jembatan. Silakan, Pak Bas. 40 tahun, Pak Bas.
Menteri PUPR:
Ya, pada saat saya, 5 tahun ke belakang, kan? Yang lalu, kan?
Iwan Setyawan:
Ya, enggak 40 tahun Pak, kelamaan.
Menteri PUPR:
Bukan, apa yang sudah saya lakukan, jadi pada saat saya ditunjuk beliau untuk menjadi Menteri PUPR yang 2014, tugasnya itu, semua tugas harus…beliau ini kan bekerja detail dan target. Setelah ditarget, kalau saya sudah bilang bisa, ya harus bisa. Makanya kalau yang di 2015-2019, kalau teman-teman masih ingat, kerja saya rock and roll, begitu, kan. Rock and roll, jadi kalau orang biasa dengan kerja satu shift, jam 7-jam 8 sampai jam 5, pasti enggak akan bisa. Jam 5 sampai jam 10 pun masih kurang. Makanya harus 3 shift, 7 hari seminggu. Dan itu saya cek betul. Itu makanya saya bilang, ini kita enggak bisa lagi kerja dengan langgam lagu pop. Lagunya harus rock and roll supaya kita bisa….
Iwan Setyawan:
Ngobrol rock and roll tapi serius banget, Pak Bas.
Menteri PUPR:
Iki deg-degan, rek…. Jadi, tugas itu yang saya kerjakan. Saya dulu memang kalau saya ditanya, “apa misinya Pak Basuki?” saya enggak punya misi. Misi saya melaksanakan visi Presiden. Jadi kalau visi Presiden dalam, baik yang kemarin maupun yang ke depan, enggak tercapai di bidang infrastruktur PUPR, bukan beliau yang salah. Bukan saya bicara, ngomong di depan beliau, tapi saya yang bersalah kalau sampai ada yang tidak tercapai dan ada yang tidak tercapai. Ya memang waktu dibahas di Sidang Kabinet, target-target kan, ya namanya target, pasti bisa ada yang tercapai, ada yang tidak tercapai. Jadi beliau sudah mengetahui, Pak JK juga sudah. Jangan diturunkan target, jadi tetap target yang tercapai yang mana, yang belum mana, ini yang akan kita teruskan, begitu.
Iwan Setyawan:
Oke. Kalau nanti data statistiknya berapa kilometer jalan, jembatan, itu bisa dibagikan nanti Pak, ya?
Menteri PUPR:
Jangankan statistiknya, fotonya pun saya punya, bukti kan? Bukti, kan?
Iwan Setyawan:
Perlu bukti?
Menteri PUPR:
Perlu bukti, iya.
Iwan Setyawan:
Kalau Pak Bas nih, mumpung ada Bapak Presiden. Dalam 3 kata, kerja sama Pak Jokowi itu seperti apa?
Menteri PUPR:
Nikmat, walaupun beliau bosan dengan saya begitu tapi saya nikmat. Deg-degan. Terukur.
Iwan Setyawan:
Terukur, ditarget itu soalnya Pak, ya?
Menteri PUPR:
Iya. Dan nikmat karena beliau memercayai kita penuh. Jadi saya kerja 2, trust and loyalty. Beliau trust dengan saya, saya loyal pada beliau.
Iwan Setyawan:
Oke. Ini masih banyak pertanyaan bagus, sayang waktunya Bapak enggak banyak ya, saya akan beralih ke Pak Budi Karya Sumadi sebentar. Kalau di Kemenhub….
Menteri PUPR:
Terus saja enggak apa-apa.
Iwan Setyawan:
Iiihhh…kayak begitu tuh, Pak. Tadi makan siang cerewet banget, di sini enggak mau ngomong. Kalau Pak Budi Karya Sumadi, di Perhubungan seperti apa, Pak? 5 tahun kemarin ngapain saja? Apa yang dibangun?
Menteri Perhubungan:
Ya, saya dulu telah terbiasa atau pernah dengan Pak Presiden, ya. Jadi memang tugasnya tuh, begitu menantang begitu, ya. Sehingga kalau, seperti kalau kita mau ujian itu kan, kalau menantang adrenalinnya keluar terus begitu, ya. Jadi, setiap saat adrenalin itu keluar dan ini yang menjadi modal yang paling besar bagi saya. Jadi, menantang dan karena menantang, kita harus all effort, harus serius banget, begitu untuk mengerjakan itu. Karena tugas-tugasnya selalu beyond, apa iya bisa dikerjain? Ya, sekian bandara, waktunya Presiden selesai lo, tahun depan 2020, 5 Bali baru. Apa iya? Tapi saya yakin karena kita itu adrenalinnya selalu keluar, kita semangat sekali.
Iwan Setyawan:
Kalau 3 kata, pengalaman bekerja dengan Pak Jokowi, apa saja?
Menteri Perhubungan:
Satu ya, menantang. Pasti menantang, selalu menjadi itu.
Iwan Setyawan:
Ngeri ya, kerja dengan Pak Jokowi?
Menteri Perhubungan:
Ngeri, ngeri. Tapi yang kedua, gembira, ya. Karena beliau tahu persis, kita itu kerja apa enggak. Kelihatannya saja Pak Jokowi itu enggak melihat.
Iwan Setyawan:
Kalau kerja bagus, gembira Pak, kalau enggak bagus, ngeri.
Menteri Perhubungan:
Jadi kalau kita kerja itu, kelihatannya Pak Presiden itu enggak melihat tapi apa yang kita kerjakan, tahu. Makanya kita harus optimis. Jadi satu menantang, kedua gembira, yang ketiga adalah harus optimis.
Iwan Setyawan:
Optimis, oke. Saya sekarang kembali ke Bapak Presiden, nih. Sebentar, pertanyaannya lupa nih Pak, saya, Pak. Tadi negara maju, ini PUPR, ini…untuk ibu kota, Pak. Ini bisa jadi representasi Indonesia maju. Konsep Bapak untuk ibu kota negara baru ini seperti apa? Kalau Pak Bas tadi mau mindahin ibu (kota) negara, ke Cimahi. Pak Bas ini lumayan, ini. Bagaimana Pak, untuk bahwa ibu kota baru ini, itu representasi dari Indonesia maju juga?
Presiden RI:
Ya, kita ini juga ingin menunjukkan bahwa ini negara besar dan pada suatu titik nanti akan menjadi negara dengan…masuk dalam ekonomi terkuat, 5 besar dunia atau 4 besar dunia atau 3 besar dunia. Karena memang tantangan yang ada menuju ke sana itu, kelihatan. Sehingga, yang pertama yang perlu saya sampaikan, di Jawa ini penduduknya kira-kira 56% dari seluruh penduduk yang ada di negara kita. Yang ada di Jawa, 56%, jumlahnya kira-kira 149 juta, kurang lebih. Kemudian, PDB ekonomi, 58% itu ada di Pulau Jawa juga dan paling gede itu ada di Jakarta sehingga ini perlu yang namanya pemerataan. Oleh sebab itu, kita…dan ini kan memang rencana dan gagasan ini kan sudah dimulai sejak zaman presiden pertama kita, Bung Karno. Zaman Pak Harto juga ada keinginan untuk memindahkan dan kajian-kajian yang lalu-lalu kan juga sudah ada. Sehingga 5 tahun yang lalu, kita memulai kajian itu lagi. Sebenarnya di mana sih, tempat yang paling tepat untuk pemindahan ibu kota. Ketemu, ditemukan yaitu di Kaltim. Kenapa di Kaltim, karena yang pertama dari sejarah itu jauh dari bencana baik gempa bumi, tsunami, banjir. Sejarahnya memang di situ memang, hampir dikatakan belum pernah ada.
Kemudian yang kedua, juga lahan yang ada tersedia. Dan itu lahannya, tanahnya adalah tanah negara sehingga tidak ada pembebasan lagi. Kemudian kita ingin nanti ini menjadi sebuah titik pertumbuhan baru, tetapi gagasan besar kita adalah, kita tidak hanya pengin pindah tempat, bukan itu. Tapi kita juga ingin pindah pola pikir. Kita juga ingin pindah budaya kerja, kita harus pindah semuanya nanti. Sehingga kultur kerja kita pindah itu harus berubah semua, sehingga kita harapkan di ibu kota baru ini sudah terinstall sistem yang baru. Oleh sebab itu, nanti birokrasi kita masuk, pemerintah kita masuk ke sana itu sistemnya sudah siap, orang mengikuti sistem. Inilah yang ingin kita capai.
Dan kita juga, sudah saya sampaikan, karena ini dilombakan dan saya juga sangat surprise yang ikut lomba itu 755 perusahaan, banyak sekali yang ingin ikut di dalam mendesain ide dan gagasan besarnya dulu.
Yang saya sampaikan kepada mereka, bahwa kita ingin ibu kota ini adalah compact city. Yang kedua, juga tadi terinstall sebuah sistem yang baik, artinya juga smart city.
Yang ketiga, green. Ya, artinya zero emission. Sehingga nanti kayak fasilitas infrastruktur yang paling diutamakan itu pejalan kaki. Yang kedua, kalau agak jauh berarti ada juga sepeda, jalur sepeda. Yang ketiga, kalau tidak bisa dua ini, masuk ke transportasi publik tapi yang juga memakai bahan bakar yang bebas emisi. Kira-kira itu anunya, apa, konsep besarnya.
Yang ingin kita bangun bukan hanya masalah gedung pemerintahan, bukan itu. Tapi yang tadi, kita ingin ada sebuah peradaban baru di ibu kota ini, sehingga nanti klaster-klaster. Di sini ada klaster pemerintahan. Nanti di sini ada klaster untuk pelayanan pendidikan, artinya dari TK, SD, SMP sampai universitas. Kita ingin membangun universitas yang betul-betul yang masuk di sini adalah, kalau enggak top50 ya top40, atau yang top100. Pokoknya yang di situ punya world class university. Ini konsep besarnya.
Juga di pelayanan kesehatan juga sama, ada klaster rumah sakit. Dan juga ada klaster untuk inovasi dan teknologi. Kira-kira klasternya itu saja. Sehingga kitya harapkan talent–talent global, talent–talent kita ini bisa bertemu di sini. Dan inilah ide besar, sehingga saya ingin menyambungkan misalnya, kita memang harus mulai menyiapkan bagaimana agar, baik talent–talent kita maupun talent–talent global ini mau ke sana. Ya itu, harus ada daya tarik yang kuat sehingga ibu kota ini betul-betul memang sebuah indonesia yang baru dengan peradabannya yang baru pula.
Iwan Setyawan:
Kalau dari paparan Bapak tadi, Pak Basuki sendiri siap enggak membangun ibu kota baru?
Menteri PUPR:
Ini saya kira nikmat saya bekerja dengan beliau. Jangan ketawa dulu. Jadi begini, saat diberi tugas untuk itu, supaya ini optimis ”Bisa enggak, pindah?”, “Bisa, pak”. “kalau begitu, tahun 2024 yang harus pindah pertama kali adalah PUPR,” ini nikmat ini Pak. Ini challenging, demanding.
Jadi itu, kalau kita tidak dipaksa itu pasti tidak akan dikerjakan. Makanya kita dulu kalau dapat PR hari Senin, dikumpulkan Senin depan, dikerjakannya pasti Minggu malam. Bapak juga kan, pasti begitu. Sehingga saya kira dengan beliau ini, supaya terlihat optimisme kita, apabila kita serius untuk pindah ibu kota dengan gagasan besar tadi, tahun 2024 kalau sudah mulai ada perpindahan dan yang pertama harus pindah adalah PUPR. Nikmat, untuk itu harus kerja keras.
Iwan Setyawan:
Tambah satu lagi pertanyaan buat Bapak, tadi kan ibu kota baru nih. Lima tahun kemarin sudah dibangun besar-besaran Pak. Jalan tol saja sudah 1500km, yang dulu per tahun hanya dibangun 20km sekarang 300km per tahun. Kira-kira tahun ini akan dibangun jauh lebih besar atau masih mengikuti ritme yang sama Pak?
Menteri PUPR:
Lima tahun ke depan, sesuai dengan target beliau, sekitar 2500km kita akan bangun. Karena Trans-Sumatra toll harus nyambung, kemudian Cigatas Cileunyi-Garut-Tasik, kemudian Kulonprogo-Jogja-Solo, dan Bawen-Solo, belum nanti Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Tuban. Ini nanti Samarinda-Balikpapan langsung ke IKN (Ibu Kota Negara) itu juga tol lagi, ke Bontang. Jadi kira-kira kami hitung harus selesai 2500km tol (dalam) lima tahun ke depan.
Iwan Setyawan:
Ternyata enggak berhenti ya, terus saja jadinya?
Menteri PUPR:
Begini Bapak, jadi seperti yang beliau-beliau tadi. Kita ini ketinggalan. Kalau tadi dibilang kalah dengan Malaysia, dengan Thailand tapi masih menang dengan Vietnam. Kita harus kejar terus, stok infrastruktur kita kan paling rendah. Jadi kita mau mengejar ini, bukan mau wah-wahan atau gimana. Kita ini sekadar mau mengejar, dan kita harus kerja kayak gitu. Iya, jadi jangan dikira “Wah ini ugal-ugalan,” No, wah bahasa inggris. Ini untuk, benar-benar untuk hanya mengejar ketertinggalan kita terhadap negara-negara di sekitar saja. Oke.
Iwan Setyawan:
Pak Bas, dengan project sebanyak itu ya. Pernah libur enggak, dikasih libur enggak oleh Bapak Presiden?
Menteri PUPR:
Beliau sendiri ini enggak pernah libur, kok kita libur. Beliau kalau enggak ini… besok sudah ngajak pergi saya. Dulu pernah dengan protis (Protokol Istana), “Pak menteri, ini alhamdulillah ini. Dua minggu ini beliau akan stay di Jakarta.” Saya bilang “Emang tahan 2 minggu di Jakarta?” Nah, ternyata enggak. Seminggu sudah ngajak pergi itu. Jadi saya kira kalau soal libur, saya kira buat kami, buat kabinet ini adalah cukup barang mewah untuk libur. Sebab kalau kita libur 3 minggu itu malah bingung.
Iwan Setyawan:
Awas lo, ngomongnya di dekat Presiden lo.
Menteri PUPR:
Beliau 3 hari di rumah itu sudah nyari mall pasti kan. Sudah maunya pergi saja, jadi body clock-nya sudah kayak gitu.
Iwan Setyawan:
Ntar akan kita tagih 5 tahun kemudian Pak.
Sekarang ke kementerian Perhubungan. Saya pengin tahu ini, kan di era ada yang baru, LRT, MRT. Nanti pengembangannya seperti apa itu di masa depan?
Menteri Perhubungan:
Ya itu tadi ya, menantang dan beyond. Jadi Pak Presiden, saya bayangin kan waktu itu “Oh, ngembangin Jakarta saja 100km lima tahun itu,” Tiba-tiba ada ibu kota baru. Tapi saya pertama kali sedikit pesimis. Tapi begitu tahu Pak Presiden memilih tempatnya itu indah sekali, wow, nanti sama-sama kita lihat ke sana. Ada satu danau yang panjang, lebarnya 5km panjangnya 80km, dari situ ada hutan…
Menteri PUPR:
Itu teluk, itu bukan danau. Teluk.
Menteri Perhubungan:
Oh, aku baru belajar. Saya sudah belajar kalau untuk jawab interupsi itu bagaimana, tapi tetap enggak bisa. Ya dengan itu saya pastikan, apalagi ada ide peradaban baru. Satu contoh kota baru, ada tempat kesehatan world class, ada universitas world class. Kalau Pak Basuki pertama kali berkantor di sana, saya pertama kali naik kereta api ngajak Pak Jokowi di sana. Keretanya kereta listrik lagi, kan keren.
Iwan Setyawan:
Kalau selain di Ibu kota baru Pak, pegembangan MRT, LRT akan seperti apa? Ini kemarin kan sudah dicoba itu, kemarin LRT di Cibubur.
Menteri Perhubungan:
Jadi ide Pak Presiden, waktu itu saya cerita belakang, saya kan di DKI, itu ngomongin LRT hampir 20 tahun, MRT. Jadi bosan, ganti gubernur ngomong lagi, ganti gubernur ngomong lagi. Pak Presiden hanya dalam waktu mungkin 2-3 bulan. Jalan, begitu. Jadi yang menginisiasi kereta api itu bukan pemerintah pusat, tapi Pak Presiden waktu itu berani, sampai kita ketar-ketir, apa bisa itu ya. Tapi itu selalu menantang, beyond dan terlaksana. Jadi MRT itu membanggakan sekali.
Iwan Setyawan:
Oke, nah Indonesia ini kan luas banget Pak. Daerah-daerah terpencil enggak terjangkau pun banyak banget. Ini saya dengar bikin bandara-bandara perintis, itu ada berapa bandara perintis yang sudah Bapak bangun di 5 tahun kemarin?
Menteri Perhubungan:
Kalau bandara perintis kira-kira kita membangun dan merenovasi hampir 50. Ya, bayangkan kalau di puncak-puncak, kemarin Pak Presiden, saya ngeri juga di Pegunungan Arfak. Itu masuk sana itu kabut semuanya. Terjadi waktu itu di Maluku Utara, semua Pangdam, Kapolda enggak berani. Saya kan tahu Pak Presiden, makin ditantang makin berani. Waktu di Maluku Utara saya jalan dulu walaupun ketar-ketir. Benar, begitu datang, Pak Panglima terpaksa ikut. Nah, ini juga, kemarin di Pegunungan Arfak, kan kita enggak pernah ke sana, tiba-tiba kita ke sana. Suatu tempat yang indah sekali, ada danau yang indah, kita juga masuk dari celah-celah awan, mendarat. Masyarakat juga antusias sekali, dan saya pikir tempat itu memang mesti jadi tempat wisata.
Nah, banyak sekali tempat-tempat seperti itu yang kita di Jakarta ini enggak ngerti. Di ujung dan dia merasa, entar dulu…
Iwan Setyawan:
Pak Bas mau nyolot lagi. Pak Presiden enggak saya kasih mic.
Menteri Perhubungan:
Itu waktu di Miangas, kita sudah membangun jalan-jalan, kita mendarat di sana. Miangas itu 400 km dari Manado, hanya 50 km dari Filipina. Mereka itu nyanyi Indonesia Raya, lagu kebangsaan bisa semuanya. Bayangkan kalau kita enggak kasih bandara, mereka enggak merasa Indonesia. Itu lah tempat yang namanya indonesia centris diplacing oleh Pak Presiden dalam lima tahun ini. Dan itu terjadi, bukan cuma cerita.
Iwan Setyawan:
Nah saya ingin balikin lagi nih ke Pak Presiden.
Pak Ini kan tantangannya luas banget ini Pak. Mimpi Indonesia maju itu mimpi yang luar biasa besar ini. Ini closing juga buat Bapak, karena Bapak akan pergi dalam waktu 5 menit. Bagaimana mewujudkan pemerataan pembangunan tadi Pak, kayak bandara perintis ini biar semuanya ikut maju semua?
Pak Bas tolong jangan menyela ya.
Menteri PUPR:
Enggak berani kalau yang ini.
Presiden RI:
Ya satu-satu yang dibutuhkan oleh sudut-sudut yang ada di setiap provinsi, di setiap daerah itu yang harus dikerjakan sehingga nantinya terjadi sebuah pemerataan ekonomi yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau kita tidak berani atau menunggu, menunggu pertumbuhan ekonomi di provinsi itu terlebih dahulu atau menunggu pertumbuhan ekonomi yang ada di kabupaten itu dulu, ya ini kayak ayam sama telur. Sehingga kita harus berani memutuskan. Ya ini langsung bangun airportnya. Ya ini harus bangun jalannya. Memang harus seperti itu, mendahului dulu. Karena rumusnya itu jelas, kalau ada infrastruktur itu baik pertumbuhan ekonomi pasti akan ada, akan tumbuh. Itu sudah teori ekonomi.
Kalau kita menunggu ekonominya tumbuh dulu baru infrastruktur diberikan, ya itu sampai kapan pun kita juga hanya menunggu tidak menyerang. Kalau ini kan kita menyerang tetapi dengan sebuah perencanaan yang baik, dengan sebuah agenda besar dengan ukuran-ukuran yang sudah kita kalkulasi, kita hitung sehingga menjadi tembakannya itu tepat dan fokus.
Iwan Setyawan:
Karena waktunya enggak banyak ya, kita akan closing segera baik buat Pak Bas dan Pak Budi. Kayaknya harus kita lanjutkan di, bikin forum kayak gini lagi pak biar waktunya lebih panjang nanti ya. Jadi saya pengin closing dari Bapak Presiden. Tolong yakinkan saya, yakinkan para media, yakinkan publik bahwa kita bisa menuju Indonesia Maju Pak.
Presiden RI:
Ya kuncinya tadi, di depan saya sampaikan. Kuncinya kalau infrastruktur ini bisa kita selesaikan secepat-cepatnya sehingga indeks daya saing kita semakin baik. Yang kedua, pembangunan sumber daya manusia itu bisa betul-betul bisa kita laksanakan sehingga kualitas skill dari SDM-SDM kita juga meloncat naik dan kita bisa masuk ke era inovasi dan teknologi itu benar-benar SDMnya siap, ya sudah. Itu langsung betul-betul kita bisa lepas landas pada era Indonesia negara maju.
Iwan Setyawan:
Terima kasih, kita berikan applause kepada ketiga pembicara. Nanti akan kita lanjutkan di forum yang lain. Sebelum bapak pulang, satu lagi pak. Pak Bas kasihan dari tadi pegang mic mau ngomong enggak jadi.
Bapak, saya ada pertanyaan dikit saja pak. dan ini harus bapak jawab cepat nih. Tadi kan dilemesin sebagai penutup saya lemesin saya minta Pak Presiden jawab dengan cepat, pertanyaan ini.
Pilih gunung atau pantai?
Presiden RI:
Gunung dan pantai.
Iwan Setyawan:
Pak pilih satu Pak.
Presiden RI:
Gunung.
Iwan Setyawan:
Kenapa gunung?
Presiden RI:
Dingin.
Iwan Setyawan:
Makan bubur diaduk atau makan bubur tidak diaduk?
Presiden RI:
Diaduk
Iwan Setyawan:
Dicampur ya.
Pakai pantofel atau pakai sneakers?
Presiden RI:
Yang saya pakai ini.
Iwan Setyawan:
Abis itu saya mau tanya, ini sepatunya kok enggak ganti-ganti ya?
Presiden RI:
Tapi bukan hanya satu, saya punya ini banyak banget sneakers ini. Jangan dipikir punya hanya satu, ndak. Saya kalau enggak keliru punya 1,2 3,4, 5 sepatu. Dengan warna yang sama, dengan ukuran yang sama, dengan merek yang sama.
Iwan Setyawan:
Oh, maaf Bapak.
Pilih anak atau cucu?
Presiden RI:
Cucu.
Iwan Setyawan:
Mas Kaesang kalau di luar sana jangan patah hati.
Masa SMA atau masa kuliah?
Presiden RI:
Kuliah.
Iwan Setyawan:
Kenapa kuliah, begitu indah atau..?
Presiden RI:
Ya kan, apa ya?.. mulai pacaran
Iwan Setyawan:
SMA enggak pernah pacaran Pak?
Presiden RI:
Ya sudah tapi di kuliah kan pacarannya ya pacaran.
Iwan Setyawan:
Terakhir sebagai penutup, mencintai atau dicintai?
Presiden RI:
Dua-duanya, enggak bisa satu itu. Dua-duanya.
Iwan Setyawan:
Oke terima kasih Bapak Presiden, terima kasih Pak Basuki, terima kasih Pak Budi Karya Sumadi.
Menuju Indonesia Maju menurut saya bukan hanya impian tapi kerja keras yang akan kita tunggu bersama dan bisa dilakukan oleh kita bersama ke 2020.
Terima kasih rekan-rekan yang sudah hadir di sini. Terima kasih sekali lagi kepada narasumber. Kita akan lanjutkan di forum selanjutnya. Saya tutup.