Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Mengenai Dua Warga Negara Indonesia Yang Positif Korona
Presiden RI:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pagi hari ini saya ingin berbicara mengenai virus korona, ya. Sejak awal, kita ini serius dan sangat ketat mengikuti protokol kesehatan dari WHO yang berkaitan dengan korona, dan juga bekerja sama dengan perwakilan WHO yang ada di Jakarta.
Ketika ada kasus di Wuhan, di (Provinsi) Hubei, di Tiongkok, kita juga mempersiapkan mengevakuasi 238 WNI kita, kita evakuasi juga dengan prosedur, protokol yang ketat ke Natuna. Setelah 14 hari kita cek, observasi, hasilnya negatif dan kemudian kita kembalikan pada masyarakat. Kemudian kita juga evakuasi, yang kedua, di Kapal World Dream yang berada di dekat Batam dan Singapura, yang berjumlah 188 orang dengan juga prosedur protokol kesehatan yang ketat, kita bawa ke Pulau Sebaru di Kepulauan Seribu, ini masih di sana. Kita observasi dan setiap hari selalu kita cek yang berkaitan dengan kesehatan. Dan yang terakhir, tadi malam ada 69 orang kru Kapal Diamond Princess yang juga kita evakuasi dengan protokol (kesehatan) yang ketat, juga ke Pulau Sebaru lewat airport Kertajati di Provinsi Jawa Barat.
Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan-persoalan yang ada, yang berkaitan dengan virus korona. Kita juga menjaga 135 pintu masuk ke negara kita baik itu darat, baik itu laut, maupun udara. Semuanya dijaga ketat meskipun dalam praktiknya ini tidak mudah, karena mengecek dengan yang namanya thermal scanner itu kadang-kadang keakuratannya juga tidak bisa dijamin 100 persen. Oleh sebab itu, begitu ada informasi, minggu yang lalu ada informasi bahwa ada orang Jepang yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia, dan dicek di sana ternyata positif korona, tim dari Indonesia langsung menelusuri. Orang Jepang ini ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu dengan siapa, ditelusuri dan ketemu.
Sudah ditemukan, ternyata orang yang telah terkena virus korona ini berhubungan dengan 2 orang, seorang ibu yang umurnya 64 tahun dan putrinya yang berumur 31 tahun. Dicek oleh tim kita, ternyata pada posisi yang sakit. Dicek dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menteri Kesehatan bahwa ibu ini dan putrinya positif korona.
Tetapi juga perlu saya sampaikan, bahwa sejak awal pemerintah ini benar-benar mempersiapkan. Persiapan, misalnya rumah sakit, lebih dari 100 rumah sakit yang siap dengan ruang isolasi mengenai virus korona, dengan standar isolasi yang baik. Kita juga memiliki peralatan yang memadai sesuai dengan standar internasional. Kita juga memiliki persiapan untuk reagen yang cukup. Kita juga memiliki tim gabungan, yang ini juga tidak pernah saya sampaikan, tim gabungan TNI-Polri dan sipil dalam penanganan (virus korona) ini. Kita juga memiliki SOP (standard operating procedure) yang standarnya sama dengan standar-standar internasional yang ada. Kita juga memiliki anggaran, anggarannya ada dan ini juga diprioritaskan untuk menangani ini. Karena kalau kita tidak serius menangani ini atau dianggap tidak serius, ini sangat berbahaya karena memang penyakit ini perlu kita waspadai dan perlu hati-hati, ya.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Wartawan:
Pak, ibu dan anak tadi yang positif korona itu di Indonesia atau di Malaysia?
Presiden RI:
Di Indonesia.
Wartawan:
DI daerah mana, Pak?
Presiden RI:
Tadi, tadi kan sudah (disampaikan) di rumah sakit, tadi kan sudah saya sampaikan bahwa yang (orang) Jepang ini ke Indonesia bertemu dengan anaknya ibu tadi, yang berumur 31 tahun dan ibunya yang berumur 64 tahun, dua-duanya positif korona. Itu ada di Indonesia, di sini.
Wartawan:
Di daerah mana, Pak? Di rumah sakit, Pak?
Presiden RI:
Nanti biar dijelaskan lebih detail oleh Menteri Kesehatan, dr. Terawan, ya.
Wartawan:
Pak, yang berinteraksi dengan orang Jepang itu tentu kan tidak hanya 2 orang saja.
Menteri Kesehatan:
Nanti saya jelaskan.
Presiden RI:
Nanti biar dijelaskan oleh dr. Terawan.
Wartawan:
Pak, mau tanya ini kan menyusul kemarin ada penghentian sementara dari jemaah umrah lalu kemudian ada kedutaan besar di Indonesia, Kedutaan Belanda yang tutup kemarin karena takut akan virus korona dan dari DPR sendiri meminta pemerintah, terutama Bapak Presiden, bisa lebih gencar untuk meyakinkan mereka. Itu kalau dari Bapak bagaimana?
Presiden RI:
Ndak, saya kira semua negara sekarang ini semuanya hati-hati, termasuk kita sejak awal juga hati-hati. Tetapi sekali lagi, ini semuanya sudah ditangani oleh tim dan kita bekerja seperti biasanya.
Wartawan:
Imbauan kepada masyarakat Pak? Penguatan di dalam negeri sendiri di bidang kesehatan?
Presiden RI:
Nanti dr. Terawan yang menyampaikan.
Wartawan:
Mungkin ada imbauan untuk masyarakat kita Pak, agar lebih waspada dari virus korona ini?
Presiden RI:
Ya, saya kira sejak awal saya sampaikan, bahwa kita harus menjaga (tetap) higienis, banyak mencuci tangan kita, penting sekali (menghindari) kontak-kontak yang tidak perlu, saya kira tidak perlu dilakukan terlebih dahulu, kemudian juga menjaga tubuh agar fit sehingga imunitas itu ada dari dalam (tubuh) kita, ya.
Wartawan:
Indonesia kan sudah dikelilingi oleh negara-negara yang terkena virus korona tetapi masker-masker di Indonesia ini sudah mulai kehabisan Pak, dan masyarakat sudah mulai langka untuk mencari masker, mungkin dari pemerintah sendiri akan memberi?
Presiden RI:
Ndak, nanti dr. Terawan yang akan menjelaskan.
Wartawan:
Pak, pemerintah kan memberi insentif untuk pariwisata. Nah, sementara ini juga baru ada kasus kejadian dari WNA nular ke WNI yang ke Indonesia. Ini insentif untuk pariwisata seperti diskon tiket pesawat terus biaya influencer itu apa tidak menambah risiko?
Presiden RI:
Ndak, itu berbeda. Insentif itu kan kita berikan untuk wisatawan dari daerah-daerah yang sudah diperkirakan tidak menjadi epicentrum dari virus korona. Saya kira sudah dihitung semuanya, ya. Karena kita ingin kasus-kasus ini terselesaikan tetapi ekonomi kita juga pada kondisi yang baik dan normal, itu keinginan kita, ya. Saya kira itu.
Wartawan:
Terima kasih, Pak.
Pak, soal ibu kota baru, Pak?
Presiden RI:
Apa?
Wartawan:
Pak, soal ibu kota baru boleh, Pak? Soal ibu kota baru. Kepala Badan Otoritanya katanya sudah ditentukan ya Pak? Katanya Pak Ahok ya, Pak?
Presiden RI:
Sudah.
Wartawan:
Pak Ahok bukan, Pak? Boleh Pak, sedikit Pak. Kepala Badan Otorita, Pak.
Presiden RI:
Apa?
Wartawan:
Kepala Badan Otorita.
Presiden RI:
Ya. Jadi, namanya Otoritas Ibu Kota Negara, ini memang kita akan segera tandatangani Perpres di mana di situ nanti ada CEO-nya. Nah, CEO-nya sampai sekarang belum diputuskan dan akan segera diputuskan, insyaallah, dalam minggu ini.
Wartawan:
Tapi kabarnya Pak Ahok, Pak?
Presiden RI:
Apanya?
Wartawan:
Kandidatnya salah satunya ada Pak Ahok?
Presiden RI:
Ya, kandidatnya ada banyak.
Wartawan:
Misalnya? Ada kriteria khusus mungkin, Pak?
Presiden RI:
Yang Namanya kandidat ya, memang banyak. Satu, Pak Bambang Brodjonegoro. Dua, Pak Ahok. Tiga, Pak Tumiyana. Empat, Pak Azwar Anas, cukup.
Wartawan:
Terima kasih, Pak.