Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Seusai Inspeksi Mendadak Ke Tempat Pelaksanaan Simulasi Vaksinasi Covid 19
Presiden RI:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pagi hari ini, saya datang ke puskesmas di Kota Bogor ini, Puskesmas Tanah Sareal di Kota Bogor karena kemarin saya mendengar bahwa di puskesmas ini akan diadakan simulasi untuk vaksinasi. Dan karena memang saya tinggal di sini sehingga saya mampir ke Puskesmas Tanah Sareal ini
Yang pertama, mengenai vaksin terlebih dahulu. Kita berharap vaksin ini datang di akhir bulan November ini tapi kita ingin berusaha…tapi kalau tidak bisa berarti ya masuk ke bulan Desember baik itu dalam bentuk vaksin jadi maupun dalam bentuk nantinya bahan baku yang akan diolah di Bio Farma.
Kemudian yang kedua. Semua vaksin yang kita pakai itu harus masuk dalam list-nya WHO (World Health Organization), ini wajib, harus masuk ke list-nya WHO. Kemudian setelah vaksin masuk ke Indonesia, kita terima, itu masih ada tahapan lagi, tidak bisa langsung disuntikkan. Masih ada tahapan lagi di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Karena kita memerlukan emergency use authorization dari sana. Sehingga tahapan itu memerlukan waktu, mungkin antara kurang lebih tiga mingguan. Setelah mendapatkan izin dari BPOM, baru kita lakukan vaksinasi. Kaidah-kaidah saintifik, kaidah-kaidah ilmiah ini juga saya sudah sampaikan, wajib diikuti. Kita ingin keselamatan, keamanan masyarakat itu harus betul-betul diberikan tempat yang paling tinggi.
Kalau melihat tadi di lapangan dan melihat simulasi tadi, kita memperkirakan kita akan mulai vaksinasi itu di akhir tahun (2020) atau di awal tahun (2021). Akhir tahun 2020 atau di awal tahun 2021. Karena memang proses persiapannya itu tidak hanya menerima vaksin kemudian langsung disuntikkan. Kita juga harus menyiapkan distribusi ke seluruh Tanah Air, ini yang tidak mudah, mendistribusikan vaksin itu tidak mudah. Ini bukan barang seperti barang-barang yang lain, memerlukan…cold chain, kedinginan dengan derajat tertentu, setiap vaksin dari produk yang berbeda memerlukan juga model distribusi yang berbeda. Inilah yang terus kita siapkan agar nanti daerah-daerah juga segera mendapatkan vaksin, dan vaksinnya juga tidak rusak.
Kemudian siapa yang akan divaksin terlebih dahulu? Yang akan divaksin, pertama adalah nanti tenaga kesehatan, baik itu dokter, para dokter, para perawat, dan juga tenaga medis, paramedis yang ada, itu yang diberikan prioritas. Plus TNI dan Polri, kemudian nanti baru ASN untuk pelayanan-pelayanan publik yang ada di depan, guru, dan kemudian tentu saja kita semuanya. Kalau ada yang bertanya, Presiden nanti di depan atau di belakang? Kalau oleh tim diminta saya yang paling depan, ya saya siap.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Wartawan Kompas, Sdri. Nina Susilo:
Terkait…kan sudah ada pengujian yang menunjukkan setidaknya (ada) dua perusahaan yang menunjukkan efikasinya 90 sampai 95 persen, Moderna dan Pfizer. Apakah Indonesia juga akan mencoba mengadakan vaksin dari dua perusahaan itu, Pak?
Presiden RI:
Tadi saya sampaikan, bahwa kita akan membeli vaksin itu dari perusahaan merek yang ada di dalam daftar list-nya WHO. Saya enggak berbicara mereknya apa. Asal sudah ada di dalam list-nya WHO, itu yang akan kita beli. Kemudian yang kedua, juga kemanfaatan dari vaksin itu harus maksimal.
Wartawan LKBN Antara, Sdri. Desca Lidya Natalia:
Ada anjuran Bapak supaya semua masyarakat mau divaksin, Pak?
Presiden RI:
Ya terus kita lakukan, sosialisasi, pemberitahuan, agar nanti yang ikut vaksin itu sebanyak-banyaknya, baik nanti yang ikut vaksinasi lewat program, vaksinasi program maupun vaksinasi mandiri. Jadi ada yang tidak membayar, gratis, vaksinasi program. Ada yang membayar yaitu vaksinasi mandiri. Ini dua hal yang berjalan beriringan nantinya, ya.
Wartawan Kompas, Sdri. Nina Susilo:
Harga untuk vaksinasi mandiri ini apakah sudah diperhitungkan, Pak?
Presiden RI:
Nanti ditanyakan kepada Menteri Kesehatan, ya.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.