Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Seusai Pelepasan Kontingen Indonesia Pada SEA Games XXX Di Filipina 2019
Wartawan:
Pak Jokowi, bagaimana untuk target 2 besar tadi?
Presiden RI:
Ya tadi kan sudah jelas saya sampaikan bahwa di SEA Games sebelumnya kita di ranking ke-5, sebelumnya lagi juga di ranking ke-5. Saya tadi sudah minta dengan sangat agar kita bisa masuk ke 2 besar, begitu.
Wartawan:
Amin…nanti kalau takut, enggak, Pak?
Presiden RI:
Ya, harus optimis.
Wartawan:
Bonusnya apa Pak, untuk atlet yang mampu mendapatkan emas, Pak? Bonusnya apa Pak, kalau tembus 2 besar? Untuk penyemangat begitu, Pak.
Presiden RI:
Kalau masuk 2 besar, ya tentu ada bonusnya nanti.
Wartawan:
Apa Pak, bonus yang disiapkan oleh pemerintah? Berapa, Pak?
Presiden RI:
Kalau SEA Games yang dulu berapa?
Wartawan:
Rp2,5 miliar, Pak.
Presiden RI:
Itu kan Asian Games. Ya nanti kita hitung, yang jelas pemerintah akan memberikan bonus-bonus khusus untuk yang peraih medali, ya.
Wartawan:
Ada cabang olahraga khusus yang dijagokan, Pak?
Presiden RI:
Hmm?
Wartawan:
Ada cabang olahraga khusus?
Presiden RI:
Bola.
Wartawan:
Kemarin bagaimana, Pak?
Presiden RI:
Kemarin kan (bertanding) sama Thailand saja menang.
Wartawan:
Amin. Optimis ya Pak, nanti?
Presiden RI:
Ya, optimis. Saya kira dengan pembukaan seperti itu, saya kira seluruh atlet, pelatih, dan ofisial semuanya optimis.
Wartawan:
Pak, soal lain Pak.
Presiden RI:
Sebentar. Saya ini mau urusan atlet dulu to. Hmm? Hmm? Sudah ya? Cukup, ya oke sudah cukup.
Wartawan:
Pak, pemberian grasi untuk Annas Maamun, pertimbangannya apa sih, Pak? Grasi untuk Annas Maamun?
Presiden RI:
Oh, begini ya, kita harus tahu semuanya. Dalam ketatanegaraan kita, grasi itu adalah hak yang diberikan kepada Presiden atas pertimbangan dari Mahkamah Agung (MA), itu jelas sekali dalam Undang-Undang Dasar kita, jelas sekali.
Wartawan:
Tapi dia koruptor, Pak.
Presiden RI:
Tidak semua yang diajukan kepada saya, kita kabulkan.
Coba dicek, berapa yang mengajukan? Berapa ratus yang mengajukan dalam 1 tahun? Yang dikabulkan berapa? Dicek betul.
Kenapa itu diberikan? Karena memang dari pertimbangan MA seperti itu. Pertimbangan yang kedua dari Menko Polhukam juga seperti itu, diberikan. Yang ketiga memang dari sisi kemanusiaan, ini kan sudah, umurnya juga sudah uzur dan sakit-sakitan terus sehingga dari kacamata kemanusiaan itu diberikan.
Tapi sekali lagi, atas pertimbangan Mahkamah Agung dan itu adalah hak yang diberikan kepada Presiden dalam Undang-Undang Dasar.
Wartawan:
Nanti tidak khawatir Pak, bahwa dinilai komitmen pemerintah, posisi pemerintah (terkait kasus korupsi)?
Presiden RI:
Nah, kalau setiap hari kita keluarkan grasi untuk koruptor setiap hari atau setiap bulan itu baru, baru silakan dikomentari.
Wartawan:
Pak Undang-Undang Wamen digugat ini, Pak, ke MK.
Presiden RI:
Ya enggak apa-apa, wong digugat saja, kok. Undang-undangnya kan juga tercantum jelas, diperbolehkan.
Wartawan:
Karena dinilai pemborosan, Pak.
Presiden RI:
Ya, itu kan penilaian. Karena kita ini mengelola negara sebesar 17.000 pulau, 267 juta (jiwa), itu tidak mungkin dikerjakan untuk kementerian-kementerian tertentu yang memiliki beban yang berat, tentu saja membutuhkan kontrol, membutuhkan pengawasan, membutuhkan cek lapangan. Itu lah yang kenapa kita berikan.
Contoh saja, BUMN, 143 perusahaan hanya dipegang oleh Menteri, ya sangat berat, ya. Contoh lagi, Kementerian Desa, 75.000 desa di seluruh Tanah Air, hanya Menteri Desa saja, siapa yang mengontrol dananya? Siapa yang mengontrol bahwa anggaran itu sampai ke tujuan? Saya kira itu, tujuannya ke sana, ya. Jadi kalau mau ada yang menggugat, ya saya kira enggak ada masalah.
Wartawan:
Pak, berarti meskipun semua, berbagai pihak menganggap bahwa Kabinet ini kan menjadi gemuk, tapi Pak Presiden menyampaikan di sini semuanya akan efektif?
Presiden RI:
Ndak, fungsional dan harus efektif. Ini tidak masalah banyaknya dong, pekerjaan apa yang dikerjakan. Jangan menilai sesuatu dari banyaknya. Bandingkan dengan negara-negara lain yang penduduknya lebih sedikit, organisasinya seperti apa, efektivitas seperti apa.
Wartawan:
Pak, soal Gerindra yang memprediksi Bapak akan melakukan reshuffle besar-besaran, dan Pak Ahok akan masuk di Kabinet, bagaimana Pak tanggapannya?
Presiden RI:
Hmm? Tanyakan ke yang memprediksi.