Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Seusai Peninjauan Kebun Bibit Desa dan Penanaman Serentak Bibit Vetiver oleh Presiden RI dan Komponen Masyarakat
Presiden RI:
Ya gini jadi, jadi di tempat-tempat yang terjadi bencana banjir dan utamanya lagi yang tanah longsor, pendekatan kita sekarang bukan hanya pendekatan-pendekatan fisik saja, bukan hanya bangunan-bangunan fisik saja tetapi juga yang berkaitan dengan vegetatif seperti ini, mulai kita dekati, sehingga ekosistem yang ada itu tidak terganggu dan rusak karena memang kita perbaiki.
Apa yang, misalnya saya berikan contoh di Sukajaya ini, apa yang kita siapkan sekarang ini? Tahapan pertama, kita menyiapkan kurang lebih 92.000 tanaman, baik itu yang untuk sisi ekonominya, ada tadi misalnya jengkol, durian, sirsak, petai, sengon, ekonomi tetapi juga ada yang fungsi-fungsi untuk perbaikan ekologi, perbaikan ekosistem yaitu vetiver, sirih wangi, karena akarnya bisa sampai 3 meter, 2 meter, 4 meter, ini yang akan terus kita dekati dengan cara-cara itu. Sehingga kita harapkan dengan dua pendekatan ini, bencana yang terkait dengan banjir, longsor, bisa kita selesaikan. Tetapi untuk yang lebih luas, ya kita akan siapkan lagi dalam jumlah jutaan, bibit-bibit seperti ini. Jangan sampai kita hanya sekali lagi, hanya pendekatan fisik tetapi pendekatan yang vegetatif, ekologi, ekosistem juga kita lakukan juga, ya. Seperti tadi yang ditanam di (Desa) Harkatjaya tadi ada kemiringan, kemiringan, sudah ditanam (dengan) vetiver, vetiver, vetiver, ya.
Wartawan:
Sosialisasi kepada warga sendiri gimana Pak, untuk punya kesadaran dalam menjaga wilayahnya terhadap bencana gitu, Pak?
Presiden RI:
Ya ini, ini nanti termasuk kita mengedukasi masyarakat agar tanaman vetiver atau sirih wangi tidak dicabut karena ada nilai ekonominya, tetapi tolong ya dipakai untuk nilai ekonomi, tadi durian, sirsak, tadi ada jambu, ada jengkol, yang itu, itu. Saya kira nanti dari Kementerian LHK menanam sambil mengedukasi masyarakat karena yang menanam itu juga masyarakat, ya.
Wartawan:
Disiapkan anggaran berapa Pak untuk mereboisasi ini?
Presiden RI:
Oh, gede banget itu, kalau di seluruh Indonesia itu kalau enggak keliru Rp1,9 (triliun).
Wartawan:
Triliun itu ya, Pak? (untuk) Tahun 2020?
Presiden RI:
Triliun, untuk 2020. Kita sudah petakan, misalnya kita tidak hanya yang terkena bencana tetapi yang airnya sudah…, debit airnya sudah turun, seperti Danau Toba, itu kan kita siapkan juga jutaan, kita hijaukan kembali. (Waduk) Gajah Mungkur yang sedimentasinya sudah turun masuk ke waduk juga sama, sampai kapan pun kalau kita keruk hanya sedimen-sedimen di atasnya, di hulunya tidak ditanami ya akan ya balik lagi dengan urusan-urusan kayak gini terus, berulang-ulang, ya.
Wartawan:
Pak untuk penambangan liar dan sisa-sisa penambangan, baik liar maupun yang legal seperti apa Pak?
Presiden RI:
Saya kira dari (Kementerian) LHK sudah ditutup. Sudah ditutup tapi juga harus direhabilitasi lagi, ditutup tapi direhabilitasi, ya.
Wartawan:
Artinya, pemiliknya harus dicari dan bertanggung jawab Pak?
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan:
Pemeriksaannya lagi dilakukan, Mbak.
Presiden RI:
Baru dalam proses pemeriksaan, semuanya. Ya, sudah?
Wartawan:
Pak soal lain Pak, soal relokasi WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Pak?
Presiden RI:
Ini tadi saya sampaikan agar nanti Bu Bupati, Pak Gubernur, menentukan lokasi secepatnya. Kalau memang itu memakai lahan PTPN, nanti itu bagian dari pemerintah pusat akan langsung saya perintahkan kepada Menteri BUMN untuk segera diberikan, sudah, secepat-cepatnya.
Wartawan:
Untuk pembangunannya sendiri, Pak?
Presiden RI:
Begitu land clearing selesai, (Kementerian) PUPR langsung masuk, secepatnya kita siap, kita sudah siap. Hanya tinggal penentuan lokasi di Pak Gubernur sama Bu Bupati, ya.
Wartawan:
Pak, soal relokasi WNI dari Wuhan Pak kan di Natuna Pak, nah masyarakat Natuna merasa resah dengan adanya keberadaan mereka (WNI) yang dari Wuhan, bagaimana Pak?
Presiden RI:
Ya kemarin kan sudah disampaikan oleh Menteri lah, saya kira itu lah.
Gini, jadi yang pertama, saya sangat mengapresiasi, saya sangat menghargai apa yang sudah dilakukan oleh kerja tim bersama Kementerian Luar Negeri, TNI-Polri, Kementerian Kesehatan, BNPB, Menko PMK yang mengoordinir ini sehingga keputusan kemarin yang sudah saya lakukan, saya putuskan evakuasi dalam waktu yang sangat singkat bisa dilakukan dengan baik yaitu membawa (WNI) dari Provinsi Hubei, Kota Wuhan, dibawa kembali ke Tanah Air. Saya mengapresiasi itu, saya juga berterima kasih kepada masyarakat Natuna yang juga sudah memberikan lampu hijau karena ini adalah saudara-saudara kita sendiri, 243 (WNI yang dievakuasi dari Wuhan) itu adalah sehat tetapi dalam protokol kesehatan. Itu diperlukan yang namanya tahapan-tahapan sebelum dikembalikan ke keluarga.
Tahapan observasi, sehingga betul-betul dinyatakan mereka clean, bersih sehingga bisa kembali ke keluarganya masing-masing. Itu adalah protokol kesehatan yang harus kita ikuti. Memang kemarin ada beberapa alternatif (fasilitas observasi), ada yang kemarin Morotai misalnya, Biak misalnya, karena apa? Kita memang memerlukan untuk turun, itu memerlukan landasan, memerlukan runway sehingga pesawat bisa turun, tidak semua pulau bisa dipakai, kemudian juga kita mengukur tingkat kesiapan dari tim kesehatan yang ada di situ sehingga keputusan dari tim adalah di Natuna. Saya kira kita memerlukan kebesaran hati seluruh masyarakat Indonesia, apa pun mereka adalah saudara-saudara kita, ya.
Wartawan:
Baik, terima kasih Pak.