Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Usai Kunjungi Pusat Perbelanjaan Sarinah
Wartawan:
Sore, Pak.
Pak, hari ini ke Tanah Abang agendanya apa?
Presiden RI:
Melihat dan menanyakan kepada pedagang mengenai penjualannya selama Ramadan, sebelum Lebaran, apakah ada kenaikan, apakah ada penurunan, dan semuanya menyampaikan kepada saya, ada yang naik omzetnya 80 persen, ada yang naik 60 persen, ada yang naik 50 persen, tapi semuanya hampir naik. Ini saya kira bagus, sesuai dengan prediksi kita bahwa peredaran uang selama menjelang Lebaran, dan selama liburan Lebaran itu naik sangat tinggi sekali. Perkiraan kita, baru perkiraan ya, kurang lebih sampai mencapai Rp230 triliun.
Wartawan:
Pak, besok jadi ke Lampung (atau) enggak, Pak? Besok jadi ke Lampung (atau) enggak, Pak, untuk mengecek jalan yang rusak, yang viral itu, Pak?
Presiden RI:
Ke Lampung? Iya besok.
Wartawan:
Agendanya apa saja, Pak?
Wartawan:
Pak, kalau Nasdem kan kemarin tidak diundang, itu diundang atau tidak diundang sebenarnya?
Presiden Joko Widodo:
Lampung dulu.
Wartawan:
Pak, kan viral tuh jalanannya diperbaiki karena Pak Jokowi mau kunjungan, jalanannya yang rusak itu Pak, diperbaiki karena Pak Jokowi mau datang.
Presiden RI:
Ya, baik dong.
Wartawan:
Ini (karena) Pak Jokowi mau datang saja, Pak.
Presiden RI:
Ndak. Begini, jadi, ini kita baru mengumpulkan data-data jalan-jalan kabupaten dan kota, jalan-jalan provinsi yang rusak parah karena anggaran yang ada di provinsi maupun kabupaten/kota tidak banyak diarahkan kepada pembangunan infrastruktur, dan itu hal yang sangat penting sekali. Begitu jalan rusak, apalagi jalan produksi, (itu) akan mengganggu yang namanya komoditas itu, mobilitas orang, mobilitas barang, biaya logistik akan naik sehingga barang itu tidak bisa bersaing dengan provinsi lain, daerah lain, atau negara lain. Ini yang kita harus tahu semuanya manfaat infrastruktur ada di situ.
Saya ingin memastikan, saya besok mau melihat betul apakah yang ada di video, apakah yang ada di media, itu benar atau enggak benar.
Wartawan:
Besok jalan jam berapa, Pak? Jalan jam berapa?
Presiden RI:
Pagi-pagi benar.
Wartawan:
Pak, soal politik dong, Pak. Waktu pertemuan politik kemarin, kenapa sih, Pak. Nasdem tidak diundang?
Presiden RI:
Ya, memang tidak diundang.
Wartawan:
Kenapa. Pak, alasannya?
Presiden RI:
Nasdem itu ya—kita harus bicara apa adanya ya—kan sudah memiliki koalisi sendiri. Dan ini gabungan partai yang kemarin berkumpul itu kan juga ingin membangun kerja sama politik yang lain. Mestinya ini kan memiliki strategi besarnya apa. Ya, masa yang di sini tahu strateginya. Kan mestinya enggak seperti itu. Dalam politik, itu wajar-wajar saja, biasa.
Dan saya itu adalah pejabat publik sekaligus pejabat politik. Jadi, biasa kalau saya berbicara politik, ya, boleh dong? Iya kan? Saya berbicara (yang) berkaitan dengan pelayanan publik juga bisa, dong? Ya, memang itu kan tugas seorang Presiden. Hanya memang, kalau sudah nanti ada ketetapan KPU, saya gitu.
Wartawan:
Pak, ada pembahasan tentang cawapres? Ada pembahasan tentang Ganjar-Prabowo kemarin, Pak?
Presiden RI:
Wah, yang dibicarakan banyak sekali (selama) tiga jam, banyak sekali.
Wartawan:
Cawapresnya Pak Ganjar apa dibicarakan juga?
Presiden RI:
Semuanya dibicarakan.
Wartawan:
Koalisi besar, ya, Pak? Siapa saja, Pak? Nama-namanya?
Presiden RI:
Semuanya dibicarakan. Bukan itu saja, semuanya dibicarakan, utamanya yang berkaitan dengan politik negara: ke depan akan seperti apa, tantangannya negara ini apa, semuanya. Dan itu butuh kepemimpinan nasional dengan leadership yang kuat, yang dipercaya oleh rakyat, yang dipercaya oleh internasional, yang dipercaya oleh investor.
Wartawan:
Pak, duet Pak Prabowo sama Mas Gibran? Kan ada isu-isu, selentingan keluar duet Pak Prabowo dan Mas Gibran, dijodohkan.
Presiden RI:
Begitu saja juga didengerin.
Pertama, umur. Yang kedua, kan, baru dua tahun saja jadi wali kota.
Yang logis sajalah.
Wartawan:
Pak, KTT ASEAN, Pak? Kalau target Bapak untuk penguatan ASEAN dari KTT yang besok itu, apa, sih? Penguatan ASEAN seperti apa yang diharapkan?
Presiden RI:
Kita tahu ya, potensi ASEAN ini sangat besar. Penduduknya 650 juta orang. Pertumbuhan ekonominya selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia, ya. Banyak barang-barang produksi dihasilkan oleh anggota ASEAN. Kekuatan inilah yang ingin kita satukan agar kawasan ini menjadi sebuah pusat produksi, utamanya sesuai dengan potensi yang kita miliki, misalnya EV battery, kemudian electric vehicle, dan produk-produk yang memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan produksi dari negara-negara yang lain.
Jadi, konsentrasi kita nanti adalah ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, epicentrum of growth. Arahnya ke sana
Wartawan:
Pak, 20 WNI di Myanmar, yang kabarnya disekap di Myanmar?
Presiden RI:
Ya, ini Kementerian Luar Negeri sedang berkomunikasi dengan Myanmar agar WNI kita yang ada di sana—ini kan penipuan, sudah dibawa ke tempat yang tidak diinginkan oleh mereka—jadi, kita sedang berusaha untuk membawa, mengevakuasi mereka untuk keluar dari Myanmar.
Sudah ya, Kementerian Luar Negeri, Bu Menlu sedang berusaha untuk melakukan evakuasi itu, ya.
Wartawan:
Terakhir, Pak, terkait urgensi mengumpulkan ketum parpol di Istana, karena itu dianggap cawe-cawe begitu, Pak. Bagaimana, Pak?
Presiden RI:
Bukan cawe-cawe. Itu diskusi aja, kok (dianggap) cawe-cawe? (Itu) diskusi.
Saya, kan, tadi sampaikan, saya ini juga pejabat politik tapi bukan cawe-cawe. Urusan capres-cawapres itu urusannya partai atau gabungan partai. Sudah bolak-balik saya sampaikan, kan? Tapi kalau mereka mengundang saya, saya mengundang mereka, boleh-boleh saja. Apa konstitusi yang dilanggar dari situ? Enggak ada.
Tolonglah mengerti bahwa kita ini juga politisi, tapi juga pejabat publik.
Wartawan:
Terima kasih, Pak.