Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Usai Menghadiri Puncak Penanaman Mangrove Nasional oleh TNI di Seluruh Indonesia Tahun 2023

Senin, 15 Mei 2023
Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta

Presiden RI:
Ya, ini kan, dilaksanakan di seluruh Tanah Air Indonesia dan ini menjadi puncaknya. Kita tahu, kita memiliki mangrove terluas di dunia, 3,3 juta hektare hutan mangrove kita, terbesar di dunia. Itu yang harus kita rawat, kita pelihara, kalau di tempat-tempat yang kritis, kita tanami kembali sehingga jangan sampai ada hutan mangrove kita yang rusak. Karena ini mangrove penting, yang pertama mengembalikan habitat untuk kepiting, ikan, ada biawak, ada monyet, ada burung-burung banyak sekali, di sini ada burung elang yang sudah mulai kembali lagi datang. Saya kira proses menanam kembali hutan mangrove ini tidak hanya di sini saja tetapi di seluruh Tanah Air harus terus, terus, terus dilakukan dan ini dalam rangka juga melindungi pesisir kita dari kemungkinan nanti adanya perubahan iklim sehingga air dari permukaan laut naik atau ada gelombang besar, juga bisa menahan. Ini memang proteksi alam yang memang kita perlukan.

Wartawan:
Pak, Undang-Undang (UU) TNI direvisi dan membolehkan penambahan jabatan tentara di 18 kementerian atau lembaga, Pak, itu alasannya seperti apa, Pak?

Presiden RI:
Nanti kalau sudah selesai, baru dikomentari.

Wartawan:
Apakah tidak akhirnya mencederai….

Presiden RI:
Baru dalam proses pembahasan. Kalau sudah selesai, baru dikomentari.

Wartawan:
Izin Pak, kan, kemarin Bapak bilang, menteri yang maju nyaleg, kalau misalnya kinerjanya di pemerintahan turun, akan diganti. Mungkin nanti apakah akan ada semacam imbauan untuk menteri-menteri yang maju nyaleg itu untuk mengambil cuti supaya tidak mengganggu kinerjanya nanti, Pak?

Presiden RI:
Semuanya yang paling penting tidak melanggar aturan, tidak melanggar undang-undang (UU), nyaleg juga diperbolehkan tetapi tugas juga tidak boleh ditinggalkan. Nanti akan ada evaluasi, dievaluasi, kalau memang dirasa itu mengganggu, ganti. Biar konsentrasi ke nyaleg-nya, misalnya.

Wartawan:
Kalau menteri yang nyapres, bagaimana, Pak? Apakah hampir sama atau bagaimana?

Presiden RI:
Menteri yang nyapres juga sama. Kalau memang waktunya untuk kampanye kurang, ya, lebih baik cuti atau banyak saya kira, yang paling penting jangan melanggar regulasi, jangan melanggar UU. Khusus yang ini tadi, nanti tolong juga ditanyakan ke Pak Prabowo.

Wartawan:
Pak, soal pengamanan Papua, Pak, sanderanya kan bertambah lagi ya, Pak, ya dari pegawai (menara telekomunikasi) BTS (base transceiver station), mungkin arahan dari Bapak seperti apa?

Presiden RI:
Ya, ini kalau kita melihat di lapangan, situasi lapangan itu tidak semudah yang kita bayangkan kalau kita hidup di Jakarta. Saya ke Nduga dua kali, ke Wamena enggak tahu empat atau lima kali, medannya itu betul-betul medan yang sangat, sangat sulit, hutan belantara, sangat dingin, jurangnya dalamnya beratus-ratus meter. Jadi kalau belum ke sana, belum bisa membayangkan, padahal yang namanya KKB (kelompok kriminal bersenjata) itu menguasai lapangannya. Nah, bukan berarti kita pesimis, enggak, tapi memang medannya seperti itu. Tapi kan, juga kemarin yang sandera sudah ada juga yang sudah bisa diamankan kembali. Jadi medannya kalau Bapak-Ibu ke sana, baru mengerti betul betapa medannya sangat berat sekali.

Wartawan:
Pak, Pak Surya Paloh terlihat kecewa atas hubungannya dengan Bapak, bagaimana Bapak menanggapi itu?

Presiden RI:
Saya biasa saja. Saya biasa saja.

Wartawan:
Apakah ada rencana Bapak untuk bertemu dengan Pak Surya Paloh, Pak?

Presiden RI:
Belum ada.

Wartawan:
Mungkin menteri dari Partai NasDem apakah ada yang di-reshuffle? Posisi menteri dari Partai NasDem di kabinet bagaimana, Pak?

Presiden RI:
Ya, bisa saja.

Wartawan:
Terima kasih, Pak.