Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Usai Peninjauan LRT Bersama para Artis
Presiden RI:
Pagi hari ini, saya bersama-sama dengan para artis, ada Mas Ari Lasso, ada Mbak Yuni Shara, ada Desta, ada Nirina, ada Indy, ada Aurel, ada Olla, ada Sari, ada Widi, ada Priscilla, ada Pak Lukman, ada Chelsea, hafal. Kalau Cak Lontong, enggak usah disebutkan. Jadi, ingin melihat lagi, mencoba lagi LRT kita.
Kemarin kan ada perlu penyesuaian di sistem. Saya lihat sekarang ini, tadi saya cek di beberapa stasiun, sudah pas. Nanti cek sekali lagi. (Kalau) bagus, akhir bulan insya Allah sudah dioperasikan.
Dan yang paling penting: diutamakan keamanan dan keselamatan ya.
Wartawan:
Beroperasi tanggal berapa, Pak?
Presiden RI:
Kemungkinan insya Allah (tanggal) 26 Agustus.
Wartawan:
(Audio tidak jelas)
Presiden RI:
Ya, itu urusan teknislah, urusannya LRT.
Wartawan:
Apakah akan (audio tidak jelas) Kereta Cepat?
Presiden RI:
Ya, Kereta Cepat mungkin kita akan coba lagi di September. Begitu siap semuanya, juga segera dioperasikan. Semakin cepat dioperasikan (akan) semakin baik karena kita tahu tiap hari kita ini menghadapi kemacetan, tiap hari kita juga menghadapi polusi. Jadi, perpindahan dari moda transportasi mobil pribadi ke moda transportasi massal itu yang kita harapkan.
Kerugian kita per tahun itu hampir Rp100 triliun karena kemacetan di Jabodetabek dan di Bandung. Setiap tahun merugikan hampir Rp100 triliun. Dan ini memang harus diatasi karena secara makroekonomi merugikan negara besar sekali.
Bahwa harus ada subsidi, ya itu kewajiban pemerintah, kewajiban negara karena ini bentuk pelayanan terhadap masyarakat.
Wartawan:
Bantuan subsidi (audio tidak jelas)?
Presiden RI:
Oleh sebab itu, perlu PSO, ada subsidi. Baik yang namanya Kereta Bandara, baik yang namanya TransJakarta, baik yang namanya KRL, baik yang namanya Kereta Api, baik yang namanya LRT, baik yang namanya MRT, baik yang namanya Kereta Cepat, semuanya harus ada subsidinya karena itu bisa menarik orang dari mobil pribadi masuk ke moda transportasi massal.
Wartawan:
Pak, subsidinya berapa? Subsidinya sudah dihitung berapa?
Presiden RI:
Yang jelas, (subsidi itu) ada. Itu urusannya Menteri Perhubungan. Biar dihitung nanti secara teknis.
Masa Presiden disuruh menghitung-hitung seperti itu?!
Wartawan:
Isu lain boleh, Pak?
Freeport Indonesia (audio tidak jelas)?
Presiden RI:
Ya, enggak apa-apa. Yang jelas hilirisasi tidak akan berhenti. Hilirisasi, setelah nikel setop, kemudian akan masuk ke tembaga, ke copper. Nanti masuk lagi ke bauksit dan seterusnya.
Memang siapa pun, negara mana pun, organisasi internasional apa pun saya kira enggak bisa menghentikan keinginan kita untuk industrialisasi, untuk hilirisasi dari ekspor bahan mentah ke barang setengah jadi atau barang jadi karena kita ingin nilai tambah ada di dalam negeri
Wartawan:
(Audio tidak jelas) karena lebih menguntungkan negara lain. Bagaimana, Pak?
Presiden RI:
Bagaimana? Hitungannya bagaimana?
Kalau hitungan kita ya, contoh, saya berikan contoh nikel, saat diekspor mentahan, bahan mentah, setahun kira-kira hanya Rp17 triliun. Setelah masuk ke industrial downstreaming, ke hilirisasi, menjadi Rp510 triliun. Bayangkan saja.
Kita, negara itu hanya mengambil pajak. Mengambil pajak dari Rp17 triliun (dibandingkan) sama mengambil pajak dari Rp510 triliun, (lebih) gede mana? Dari situ, dari hilirisasi kita bisa mendapatkan PPn, PPh Badan, PPh Karyawan, PPh Perusahaan, royalti, bea ekspor, penerimaan negara bukan pajak, semuanya ada di situ. Coba dihitung saja. Dari Rp17 triliun (dibandingkan) sama yang Rp510 triliun, (lebih) gede mana?
Wartawan:
(Audio tidak jelas)
Presiden RI:
Ya, logikanya tidak seperti itu. Logikanya tadi sudah diberikan (berupa) angka begitu. Bagaimana sih?! Artinya apa? Kontribusi terhadap PDB itu pasti lebih gede dong. Logikanya bagaimana?!
Wartawan:
(Audio tidak jelas)
Presiden RI:
Saya menghormati keputusan yang ada. Kita harus menghormati.
Wartawan:
Pak, kata Pak Ahmad Muzani, Pak Presiden mempertimbangkan untuk menghapus?
Presiden RI:
Dipertimbangkan. Akan dicek secara mendalam dulu plus minusnya ya.
Terima kasih.