Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Usai Pimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertama Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau (The 1st High Level Meeting of Archipelagic and Island States (AIS) Forum)
Presiden RI:
Selamat siang.
Saya sering mengatakan, sudah sering saya katakan bahwa dunia tidak sedang baik-baik saja, ancaman perubahan iklim sangat nyata, kenaikan permukaan laut, pencemaran laut oleh sampah dan limbah dan semakin terasa dampaknya dan mengancam tidak hanya bagi keberlangsungan laut tetapi juga kedaulatan dan kesatuan wilayah negara.
Pelaksanaan KTT AIS (Archipelagic and Island States) ini merupakan salah satu komitmen Indonesia untuk bekerja sama di level yang lebih tinggi menjadi organisasi menjadi organisasi internasional dalam melakukan langkah-langkah konkret untuk penanganan isu kawasan dan isu dunia dan untuk terus menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan.
KTT AIS sepakat untuk memegang prinsip solidaritas, kesetaraan, dan inklusivitas sebagai landasan bersama dalam bekerja sama. Negara berkembang dan negara kepulauan memiliki hak yang sama untuk maju, memiliki hak yang sama untuk melakukan pembangunan. Oleh sebab itu, kolaborasi dan kesatuan negara kepulauan dan negara pulau sangat dibutuhkan untuk dapat tumbuh bersama dan mengatasi beragam tantangan-tantangan yang ada.
Dimana Indonesia sebagai negara maritime akan terus menjadi barisan terdepan mendukung AIS Forum sebagai kerja sama yang inklusif, negara kepulauan, dan negara pulau. Dan, Indonesia juga berkomitmen menyiapkan dana hibah untuk dimanfaatkan terutama dalam mengatasi perubahan iklim dan pengembangan inovasi baru dan tata kelola laut yang berkelanjutan.
Berbagai kerja sama AIS juga telah memberikan manfaat yang konkret kepada masyarakat termasuk bagi masyarakat pesisir melalui pemberian beasiswa, pendanaan research bersama, pengembangan AIS Blue Startup Hub, pelatihan digitalisasi UMKM, pengembangan pendanaan inovatif. Selain itu juga memberikan manfaat strategis terkait dengan penghitungan karbon laut dan pelestarian hutan bakau.
Bagi Indonesia laut bukan pemisah tetapi laut justru sebagai pemersatu, laut justru sebagai perekat dan penghubung. Oleh sebab itu, di Forum AIS Indonesia mengajak seluruh negara yang hadir untuk tetap menjaga kesatuan dan kolaborasi walaupun di tengah dunia yang terbelah karena kolaborasi adalah kunci kemajuan.
Demikian. Terima kasih.
Wartawan TVRI Bali – Sdri. Galuh Praba:
Selamat siang, Pak.
Izin saya Galuh Praba dari TVRI Bali. Dalam pertemuan KTT AIS, Indonesia akan memimpin negara pulau dan kepulauan tentunya untuk bersinergi Pak dalam upaya mengembangkan inovasi yang tadi Bapak sampaikan untuk mengatasi permasalahan global khususnya krisis iklim dan sampah plastik.
Apa kemudian Pak upaya nyata yang akan dilakukan serta manfaat apa yang akan dirasakan masyarakat Indonesia secara langsung? Terima kasih.
Presiden RI:
Iya mungkin saja jawab dulu sajalah, saya jawa dulu.
Jadi, negara kepulauan dan negara pulau ini adalah negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim sehingga butuh inovasi, butuh teknologi. Dan, AIS Forum mendorong pengembangan inovasi yang mencakup empat area, empat area kerja sama, yaitu mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, kemudian implementasi ekonomi biru, kemudian yang ketiga perlindungan ekosistem laut, dan yang keempat kemajuan tata kelola laut yang baik.
Dan, sebagai negara kepulauan tentu ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat karena laut adalah sumber kehidupan utamanya nelayan. Dan, inovasi yang ditemukan dapat kita terapkan. Saya kira yang paling penting itu.
Wartawan NHK Japan – Mrs. Ito:
Good afternoon, Mr. President.
I am Ito from NHK Japan. I want to ask about Indonesia’s initiative for this forum. Recently, especially Pacific island countries, major powers are trying to increase their influence. Admitting this situation, Indonesia is as one of the global house leaders, how do you feel about the importance of Indonesia’s initiative to strengthen cooperation among the countries? Thank you.
Presiden RI:
At the time, when many parties choose rivalry, Indonesia chooses to strengthen cooperation and collaboration that is inclusive with many countries as possible. At the time, when many parties prefer long discussions, Indonesia chooses concrete cooperation whose benefits can be fed immediately by the people. This is an initiative whose purpose is none other than to create an Indo-Pacific region that is peaceful, prosperous, and stable because what we want is to grow together, to progress together, and to prosper together.
Sudah saya kira. Masih? Sudah, satu lagi.
Wartawan Harian Kompas – Sdr. Mahdi:
Terima kasih, Pak Presiden.
Saya Mahdi, Pak. Dari Harian Kompas. Ada dua pertanyaan mengenai…
Presiden RI:
Satu saja.
Wartawan Harian Kompas – Sdr. Mahdi:
Baik, Pak. Saya cut jadi satu, Pak. Mengenai konsep blue economy, Pak. Kita kan beberapa tahun ini kita membicarakan mengenai green economy dan itu, green economy Pak. Tarik-menarik antara negara maju dan negara miskin berkembang sangat kencang seperti itu. Nah, bagaimana Indonesia sebagai pemimpin di Forum AIS ini bisa memastikan bahwa konsep blue economy itu benar-benar berkaitan untuk negara kepulauan dan pulau termasuk Indonesia dalam hal ini.
Terima kasih, Pak.
Presiden RI:
Iya, potensi ekonomi biru sangat, sangat besar di negara kita juga di negara-negara kepulauan dan negara pulau. Dan, perlu dimanfaatkan agar berkelanjutan, agar bisa menjadi pilar pertumbuhan, menjadi pilar kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, kerja sama yang dilakukan penting untuk digerakkan berdasarkan prinsip bahwa laut harus menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Saya banyak, banyak bertanya juga ke negara-negara kepulauan dan negara pulau lainnya, baik Presiden maupun Perdana Menteri, policy apa yang sudah dilakukan di sana. Dan, AIS Forum telah menyepakati di mana tadi sudah saya sampaikan bahwa solidaritas, bahwa kesetaraan, dan inklusivitas itu adalah landasan-landasan bersama. Oleh karena itu, kerja sama yang dilakukan penting untuk digerakkan berdasarkan prinsip bahwa laut itu sumber kehidupan.
Menteri Luar Negeri:
Terima kasih, Bapak Presiden. Teman-teman mungkin hanya menambahkan sedikit. Biasanya ada pertanyaan mengenai apa hasil utama dari KTT yang pertama yang dilakukan dalam konteks AIS Forum ini. Jadi, KTT ini menghasilkan sebuah deklarasi teman-teman. Deklarasi dengan judul Solidarity of the Archipelagic and Island States Forum.
Nah, pertanyaan selanjutnya tentunya apa isi deklarasi tersebut. Ada dua hal besar isi dari deklarasi tersebut, yaitu:
- Pertama, para pemimpin sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam konteks AIS Forum yang lebih bersifat charter based menuju pada pembentukan sebuah organisasi internasional. Di dalam kaitan ini para leaders menugaskan para menteri dan juga SOM untuk mulai bicara roadmap dan untuk bicara mengenai masalah modalitisnya.
- Hal kedua, yang dicangkup dalam deklarasi tadi Bapak Presiden sudah menyampaikan mengenai prioritas-prioritas kerja sama yang akan dilakukan kedepan. Ada empat prioritas yang masuk di dalam deklarasi. Yang pertama, adalah mitigasi dan perubahan iklim, (maksudnya) mitigasi dan adapatasi perubahan iklim. Yang kedua adalah ekonomi biru, tadi ada pertanyaan mengenai ekonomi biru, so blue economic is there as one of the priorities dan juga ecotourism. Ecotourism juga banya di bahas di dalam pertemuan. Prioritas ketiga adalah mengatasi sampah laut, marine and coastal plastic debris. Dan, yang keempat adalah tata kelola maritim yang baik atau good marine governance.
Dan, yang membedakan forum ini dengan forum-forum yang lain (yaitu) forum-forum yang lain mungkin lebih banyak top down. Sementara, forum ini kalau teman-teman tadi di pembukaan melihat videonya, banyak sekali yang community based yang dari bawah dilakukan kerja sama yang betul-betul menyentuh kepentingan rakyat.
Dan, di dalam acara makan siang tadi kita hadirkan dua briefers, yaitu yang pertama yang mewakili kelompok anak muda innovators dan satu lagi yang betul-betul mewakili anak muda yang memiliki ide-ide baru di dalam menangani perubahan iklim. Jadi, pada saat kita bicara mengenai masalah inclusiveness, we walk the talk, bahwa kita betul-betul inclusive community based dari bawah ke atas dan juga mencakup semua stakeholders.
Terima kasih Bapak Presiden.
Presiden RI:
Ibu Menteri LHK, tambah.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan:
Izin Bapak Presiden yang kami hormati, kawan-kawan media. Mohon izin, kami melaporkan bahwa salah satu side event dari AIS Forum ini adalah terkait dengan Kehutanan. Pada konteks side event ini berkembang diskusi tentang kewaspadaan kita untuk memanfaatkan hutan di dalam mengendalikan perubahan iklim seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Presiden bahwa kondisinya sudah cukup kritis.
Oleh karena itu, di dalam side event, berkembang diskusi tentang awareness tentang kepada forest dalam hal ini mangrove dari negara-negara AIS. Kalau kita lihat contohnya Indonesia punya 120 juta hektare, Papua Nugini punya 36 juta hektare, Suriname kira-kira 18 juta hektare, kemudian Filipina hampir 8 juta (hektare). Jadi, banyak sekali juga mereka punya hutan dan ini katakanlah bisa menjadi diskusi awal yang akan kita bawa nanti di COP28.
Mangrove kemudian menjadi pembahasan yang intens karena kalau bicara hutan di wilayah kepulauan pasti larinya melipir dari wilayah pesisir sampai ke daratan untuk mangrove. Kemarin beberapa menteri, Bapak Presiden kami laporkan, juga ada yang nengokin persemaian mangrove G20 kita, Menteri Seychelles dan Menteri Sao Tome katanya juga mau belajar dan pada dasarnya didiskusikan dan akan terus dikembangkan. Ini baru permulaan tapi kita sudah mengawali.
Terima kasih, Bapak Presiden.