Menyaksikan Pentas #PrestasiTanpaKorupsi
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bapak/Ibu sekalian, anak-anaku semuanya yang saya hormati, yang saya cintai,
Tadi kita sudah melihat, drama yang diperankan oleh, tahu kan ya, tukang baksonya siapa tadi? (Pak Erick Thohir!) Bang Erick Thohir. Coba berdiri lagi, Pak Erick. Menteri BUMN, tahu semua ya? (Tahu!)
Kemudian ada juga, Pak Mendikbud, Mas Menteri Dikbud, Mas Nadiem Makarim. Saya tadi ketemu di depan, saya pikir kelas 3, ternyata kelas 1.
Yang ketiga, Mas Wishnutama. Silakan berdiri, Mas! Pak Wishnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemudian Mas Bedu, mana tadi? Nah. Menteri apa ini?
Yang kelima, Mas Sogi, Menteri apa? Oh, Mantri bukan Menteri.
Tadi anak-anak menangkap semuanya ya, pesan yang disampaikan oleh beliau-beliau tadi, ya? Bahwa yang namanya korupsi itu tidak boleh, sekecil apa pun, itu tetap korupsi, tidak gede, tidak kecil, tidak boleh.
Yang kedua, tadi yang disampaikan mengenai nepotisme. Mau masuk ke perguruan tinggi, mentang-mentang bapaknya pejabat, enggak pakai aturan main langsung diterima, itu juga tidak boleh. Kembali lagi, yang namanya KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) tidak boleh. Dan anak-anak sejak dini harus tahu mengenai ini, karena korupsi lah yang banyak menghancurkan kehidupan kita, kehidupan negara kita, kehidupan rakyat kita.
Jadi contoh yang bisa kita ambil dari drama tadi adalah ya satu, kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kita, benar? (Benar!) Tadi kan uang kas yang akan dipakai untuk Pensi (pentas seni) dipakai beli bakso, enggak boleh. Sekecil apa pun tidak boleh karena itu uang bersama dari anak-anak yang sudah dikumpulkan secara gotong royong, hati-hati hal-hal seperti itu. Korupsi itu dimulai dari hal-hal yang kecil seperti ini. Tapi kalau kita sadar semuanya bahwa itu tidak boleh, ya tidak boleh, sekecil apa pun, untuk beli bakso enggak boleh, untuk beli permen pun enggak boleh, kalau memang itu bukan hak kita. Jadi jangan sampai disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Uang kas, uang untuk Pensi digunakan untuk kepentingan pribadi, digunakan untuk kepentingan kelompok, tidak boleh.
Dari drama tadi juga kita memperoleh pelajaran bahwa tidak hanya korupsi masalah uang, korupsi masalah waktu pun juga tidak boleh. Karena memang korupsi itu dimulai dari hal-hal yang kecil-kecil. Kalau yang kecil-kecil ini tidak diperhatikan, larinya nanti ke yang besar. Korupsi waktu pun tidak boleh. Tadi yang ada mau masuk kelasnya mundur-mundur tadi, Basuki tadi, enggak boleh. Ngapain kukur-kukur (menggaruk)begini-begini?
Dan menggunakan waktu belajar, waktu pembelajaran juga, untuk hal-hal yang tidak seharusnya, juga tidak boleh. Karena dari situlah bibit-bibit korupsi itu muncul. Dimulai dari yang kecil-kecil. Kalau enggak diperhatikan, nanti akan membesar, membesar, dan menjadi betul-betul sebuah korupsi besar, betul. Oleh sebab itu, kita harus membiasakan sejak kecil untuk berpikir dan bersifat kritis. Kalau ada hal-hal yang memang tidak baik, bicaralah itu tidak baik, “Ini tidak baik,” kepada teman-teman kita. Diingatkan, diberi tahu. saya kira Bapak/Ibu guru juga sama, harus memberitahukan hal-hal seperti itu kepada anak-anak kita. Dan kita juga harus membiasakan untuk hidup disiplin, disiplin, (ini) penting. Tepat waktu, itu penting. Percaya diri, itu penting. Optimis, itu penting. Berpikir produktif, itu penting. Berpikir kolaboratif, bersama-sama bekerja, penting. Karena itu menjadi kunci sukses bagi kita dalam kehidupan ke depan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, pembiasaan-pembiasaan yang berkaitan dengan nilai-nilai integritas, yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran, sejak dini harus kita mulai dan nanti akan menjadi sebuah budaya, baik budaya kerja, budaya kita dalam kehidupan sehari-hari kita. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.