Pemberian Banpres Produktif Untuk UMKM

Kamis, 8 Oktober 2020
Gedung Pertemuan Umum Handep Hapakat, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.  

Yang saya hormati, Bapak Kepala Staf Kepresidenan, Pak Jenderal Moeldoko;
Yang saya hormati, Gubernur Kalimantan Tengah;
Bapak/Ibu sekalian para pengusaha kecil, mikro, yang saya hormati.

Kita tahu semuanya bahwa keadaan ekonomi sekarang memang tidak mudah, tidak gampang, sulit, dan itu dialami oleh semua, segmen lapisan pengusaha, baik yang gede…sulit, yang tengah…sulit, yang kecil-mikro…juga sulit. Karena apa? Karena pandemi Covid-19, karena pandemi virus korona. Dan tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, dialami oleh 215 negara yang keadaannya kurang-lebih sama, bahkan jauh lebih parah dari kita, banyak.

Oleh sebab itu, saya minta kita semuanya tetap semangat kerja, jangan sampai kendur, jangan sampai menyerah, jangan sampai usaha kita ini tutup, ndak. Semuanya harus bekerjanya lebih giat lagi, lebih keras lagi. Bertahan…sampai nanti keadaan menjadi normal kembali. Insyaallah nanti awal tahun (2021) atau akhir tahun ini, kalau vaksinnya sudah disuntikkan pada masyarakat, keadaannya akan menuju pada normal kembali, baik sisi kesehatan maupun sisi ekonomi. Oleh sebab itu, hari ini, kita sampaikan bantuan modal kerja, banpres produktif kepada Bapak/Ibu sekalian agar Bapak/Ibu bisa bertahan sampai keadaan normal kembali. Saya tahu di sini, banyak…usaha kecil-mikro yang jualannya berbeda-beda, usahanya berbeda-beda.

Ada yang usahanya di rumahan, ada? Enggak ada? Hmm?  Tunjuk jari yang usahanya di rumah. Oh, banyak. Kok enggak ada yang tunjuk (jari) tadi? Gini semua. Disuruh tunjuk (jari) saja kok. Coba, yang tinggi, yang…coba yang tinggi yang usahanya di rumah, tunjuk jari. Nah…banyak banget gitu, enggak ada yang tunjuk (jari) tadi. Ada yang pedagang kami lima? Ada, ada, ada, oh. Ada yang usahanya di pasar? Pasar, ada? Pasar, pasar, ah, banyak gitu, kok enggak ada yang berani tunjuk (jari) saja.

Bapak/Ibu semuanya sudah tahu? Jadi bantuannya ini berapa, sudah tahu semuanya? Sudah, ya. Jadi…kita bantu Rp2,4 juta agar suntikan (dana) ini bisa memperbanyak dagangan atau produk-produk yang Bapak/Ibu jual sehingga bisa menaikkan omzet kembali. Tadi…yang usaha di pasar siapa tadi, ya? Ada tadi. Siapa? Oh, Ibu apa…usahanya apa? Apa…jualannya apa, ya? Sebentar…kalau gitu, sebentar. Nih, nih.

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Assalamu’alaikum, Pak.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Sebelumnya, saya ucapkan selamat siang kepada Bapak Presiden. Perkenalkan nama saya Mukayyah, Pak.

Presiden RI:
Iya.

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Usaha saya sudah berjalan sekitar enam tahun, Pak.

Presiden RI:
Sudah enam tahun?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Nggih.

Presiden RI:
Iya, apa itu…jualannya apa?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Makanan masak, Pak.

Presiden RI:
Makanan?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Masak.

Presiden RI:
Apa itu?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Seperti…cenil.

Presiden RI:
Apa?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Cenil, Pak.

Presiden RI:
Cenil?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Nggih.

Presiden RI:
Nggih, terus? Oh, makanan basah ya, apa lagi?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Terus…urap.

Presiden RI:
Oh…sehari bisa jualan berapa?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Lontong sayur, Pak.

Presiden RI:
Lontong sayur. Sehari bisa jualan berapa…omzetnya?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Kalau sebelum Covid Pak, sekitar Rp900 (ribu), Rp800 (ribu)….

Presiden RI:
Rp900-Rp800…ribu?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Ribu, nggih.

Presiden RI:
Iya, sekarang?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Kalau sekarang paling dapat Rp300 (ribu), Pak, sama modalnya.

Presiden RI:
Separuh, ya? Separuh lebih, ya?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Separuh.

Presiden RI:
Hmm…tapi itu tetap harus diyukuri lo, ya. Karena masih…omzetnya masih Rp300 (ribu). Ada (usaha) yang sudah tutup, banyak (usaha) yang sudah tutup. (omzet) Masih Rp300 (ribu), masih separuh, masih bagus. Harus disyukuri, alhamdulillah.

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Alhamdulillah.

Presiden RI:
Nggih, terus?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Makanya…setelah dapat bantuan dari Bapak Presiden, alhamdulillah dapat modal, Pak.

Presiden RI:
Nggih, biasanya itu kalau jualan itu modalnya berapa sih semuanya, kira-kira, modal?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Kalau dulu, Pak, sekitar Rp500 (ribu)

Presiden RI:
Rp500 ribu, modalnya?

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Iya.

Presiden RI:
La ini dapat Rp2,4(juta) kebanyakan dong berarti? Nggih, enggak apa-apa. Yang penting nanti, suatu saat, enggak tahu suatu saat, saya mungkin bisa datang ke Bapak/Ibu sekalian untuk melihat usahanya berkembang atau tidak berkembang, hanya itu saja keinginan kita. Nggih, ya, terima kasih, Bu.

Pedagang Pasar Makanan, Ibu Mukayyah:
Terima kasih, Pak.

Presiden RI:
Ya, terima kasih, sama-sama.

Ini yang usaha rumahan tadi siapa tadi? Usaha rumahan? Ya. Usaha rumahan lagi siapa? Usaha rumahan, usaha rumahan, usaha rumahan, oh banyak yang rumahan. Oke. Ya, silakan. Nama kemudian usahanya apa. Sudah?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Nama saya Helniyati, tinggal di Jalan Panunjung Tarung. Usaha saya usaha rumahan…

Presiden RI:
Tinggalnya di mana, Bu?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Panunjung Tarung sini, Pak. Dekat sini.

Presiden RI:
Apa namanya tadi?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Jalan Panunjung Tarung.

Presiden RI:
Tanjung?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Panunjung.

Presiden RI:
Ya, ya sudah, sudah, saya diberi tahu pun enggak ngerti juga di mana. Ya, oke. Berapa kilo(meter) dari sini?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Nggih. Usaha saya rumahan, penjahit, Pak.

Presiden RI:
Ha?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Menjahit, menjahit baju.

Presiden RI:
Apa?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Menjahit.

Presiden RI:
Menjahit?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Ya.

Presiden RI:
Ya, ya, ya.

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Nggih. Nah, sebelum pandemi kan, ibaratnya banyak pesanan-pesanan itu, Pak.

Presiden RI:
Iya. Berapa pesanan kalau sebelum…sebelumnya?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Ya, setelah pandemi ini, agak kurang.

Presiden RI:
Berapa, sebelumnya berapa, sekarang berapa?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Ya kalau yang sebelumnya sih, ya berapa pasang ya satu anu itu, bisa seminggu itu kita bisa menghasilkan…pesanan orang itu bisa kita anu-kan gitu, Pak.

Presiden RI:
Hmm….

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Kita usahakan, selesaikan. Kalau ini, kita untuk beli-beli bahan, untuk jahit itu susah hasilnya, Pak. Untuk yang modal…balik-balikkan modalnya kembali susahnya….

Presiden RI:
Hmm….

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Nggih, karena bahannya kan lagi mahal sekarang….

Presiden RI:
Ya.

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Sedangkan untuk modal kita cuma dari situ saja kita memutarnya.

Presiden RI:
Modalnya berapa, sih?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Ya, nggih. Sekarang ini sih, kita usaha untuk jahit-jahit kayak bikin masker, terus….

Presiden RI:
Oh, bikin masker.

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Iya, nggih. Kan sekarang ini kan memang ramainya untuk bikin masker itu lo, Pak. Kan wajib pakai masker. Jadi, ya dulu kepikiran saja mau bikin, gitu.

Presiden RI:
Masker…kalau masker dijual berapa (harganya)?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Sekarang ini kalau di Pulang Pisau ini mungkin belum seberapa banyak kita…pesanan kita, Pak. Lalu saya punya adik yang di Banjarmasin, dia yang menjual secara online.

Presiden RI:
…yang menjual.

Satu harganya berapa, satu masker?

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Kalau yang kain mungkin kita bikin sih, insyaallah, satu-satu itu mungkin Rp5.000.

Presiden RI:
Rp5.000.

Pedagang Rumahan Penjahit, Ibu Helniyati:
Nggih, itu kan sama, istilahnya tahu kan pendapatan orang susah kan, Pak. Jadi, istilahnya kita saling bantu lah, itu. Yang penting enggak sampai kita rugi lah itu saja, nggih.

Presiden RI:
Ya. Ya saya kira sama, kadang-kadang memang ada peluang yang bisa kita masuki, seperti sekarang musimnya pandemi seperti ini yang laku ya ini, masker. Kalau memang bisa memproduksi itu, mungkin ini adalah barang yang sekarang ini banyak dicari. Tapi kalau yang jualan lontong kemudian disuruh pindah ke jualan masker begini ya sulit, ya kan. Ya tetap harus itu.

Oleh sebab itu, memang harus bertahan betul. Jangan sampai…tapi saya senang tadi omzetnya masih separuh meskipun turun juga masih bisa…bertahan. Saya kira yang kita inginkan itu. Ya jangan sampai ada usaha Bapak/Ibu semua tutup sehingga waktu keadaaan normal itu memulainya sulit, kalau sudah tutup itu sulit. Jadi bertahan terus, sampai keadaan normal dan kita insyaallah nanti semuanya lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian. Selamat bekerja.

Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.