Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)

Selasa, 21 Juli 2020
Halaman Tengah Istana Merdeka, Jakarta

Sesi Pertama

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Bapak/Ibu sehat semuanya? Nggih, alhamdulillah. Jadi, Bapak/Ibu semuanya, saya tahu bahwa situasi saat ini betul-betul situasi yang tidak mudah, situasi yang sangat sulit, utamanya untuk yang berdagang, berusaha baik itu…, saya tahu ini ada yang berjualannya di rumah, benar? Mana? Oh, yang banyak yang di rumah. Ada yang pedagang kaki lima (PKL)? Ada dua, tiga. Ada yang pedagang keliling? Oh, banyak juga. Ada yang pedagang pasar? Oke, nggih.

Jadi saya tahu, mungkin situasi saat ini tidak seperti situasi yang normal, seperti yang dulu-dulu, yang biasanya mungkin omzetnya bisa Rp600 (ribu), bisa Rp800 (ribu), sekarang hanya Rp200 (ribu), hanya Rp250 (ribu), atau mungkin lebih kecil dari itu. Benar, ya? Semuanya merasakan dan ini tidak hanya terjadi untuk yang usaha kecil. Usaha menengah juga kena, usaha gede juga kena, semuanya kena. Ini ada urusan kesehatan karena Covid-19, karena korona, tapi larinya kepada ekonomi sehingga semuanya kena, yang mikro, yang kecil, yang tengah, yang gede, semuanya kena. Yang jualan di pasar, yang jualan di mal, yang jualan di airport, semuanya. Merasakan semuanya.

Dan ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di 215 negara di dunia, semuanya sama, mirip-mirip kita. Dan kita alhamdulillah bersyukur bahwa masih bisa berjualan meskipun omzetnya turun tetapi ya itulah situasi yang harus kita hadapi. Oleh sebab itu, saya minta kepada Bapak/Ibu sekalian, tetap bekerja keras, berusaha keras, agar omzetnya ini bisa sedikit demi sedikit dinaikkan, dinaikkan, dinaikkan.

Tadi sudah di-ini ya, sudah dibagi ini? Sudah tahu isinya? Enggak diberi tahu? Oh, saya kira sudah diberi tahu. Ini nanti akan juga diberikan kepada 12 juta usaha mikro dan usaha kecil di seluruh Indonesia. Tetapi Bapak/Ibu semuanya mengawali. Ini termasuk yang beruntung karena mengawali di depan. Isinya memang tidak banyak tapi saya kira bisa menambah modal kerja Bapak/Ibu semuanya dalam berjualan. Isinya Rp2,4 juta, Rp2,4 juta, sudah. Cukup enggak, untuk yang pedagang keliling tadi? Cukup? Untuk nambah modalnya cukup, kan? Kalau yang bilang enggak cukup, saya suruh maju nanti. Apa, coba? Kalau yang pedagang kaki lima, cukup tambahan ini untuk modal kerja? Cukup? Nah.

Kita syukuri, lah. Karena memang keadaannya bukan hal yang mudah. Saya tahu, saya tahu. Jadi, yang paling penting sekali lagi, ini nanti dipakai untuk tambahan modal kerja. Kalau yang usahanya kelontong di rumah ya mestinya harus ada tambahan barang-barang kelontong yang ada di warung kita. Kalau jualan pedagang kaki lima misalnya, biasanya jualannya hanya tahu sama tempe, bisa ditambahi jualan barang-barang yang lain. Bisa tahu, bisa tempe, bisa telur, bisa…nah, tambahnya banyak karena ada tambahan modal kerja tadi. Jangan sekali-kali, tambahan modal kerja ini dipakai untuk beli HP (handphone) atau beli pulsa, hati-hati. Saya ikuti lo, ini, ya. Nggih, harus dipakai betul-betul untuk tambahan modal kerja.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas kehadirannya. Dan, silakan, kalau Ibu mau bicara? Ndak? Siapa yang mau menyampaikan sesuatu? Kalau ada, kalau enggak ada, ya udah, berarti pertemuan…? Ya, satu, udah.

Pedagang Keliling:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pedagang Penerima BMK:
Salam sejahtera buat kita semua yang hadir pada hari (ini) di sini. Saya mewakili dari teman-teman, mungkin dari tadi Bapak Presiden menawarkan kepada ibu tadi atau yang lain yang tidak bisa atau mungkin bagaimana. Saya mewakili, mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak, yang mana, yang Bapak berikan kepada kami ini adalah untuk memulai dan bisa nanti duplikasinya kepada rekan-rekan. Jadi, sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Bapak diberikan panjang umur, dan selama ini apa yang Bapak kerjakan menjadi berkah untuk semua rakyat Indonesia.

Jadi hanya itu, Pak, yang bisa saya sampaikan. Lebih-kurangnya ya Yang Mahakuasa yang memberikan kepada Bapak, apa yang Bapak minta, apa yang Bapak mau, dan apa yang diminta oleh negara ini untuk menjadi maju bersama. Begitu Pak, dari saya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih Pak, terima kasih. Jadi, kita sekali lagi, ini memang baru mengawali, kita memberikan kepada kemarin, sudah ada berapa grup? Dua grup di sini (Istana Merdeka, Jakarta), kemudian dua grup di (Istana Kepresidenan) Bogor juga, kita harapkan nanti setelah ini, langsung dengan sistem bank nanti akan kita bagi kepada kurang-lebih 12 juta usaha mikro, usaha kecil.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Selamat bekerja, semoga semuanya nanti bisa menaikkan kembali omzetnya, keuntungannya, dan berada pada posisi normal kembali.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Sesi Kedua

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim,.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati, Bapak Kepala Staf Kepresidenan Pak Jenderal Moeldoko, Kasetpres Pak Heru, serta Bapak/Ibu sekalian seluruh (pedagang) usaha mikro dan kecil yang hadir di Istana pada sore hari ini.

Ini tadi saya baca, ada yang pedagang keliling, ada ya? Mana? Ada yang pedagang di rumah, rumahan? Oh. Ada yang pedagang kaki lima (PKL)? Banyak juga. Ada yang (pedagang) asongan? Enggak ada? Enggak ada? Oke.

Saya tahu, ekonomi sekarang ini sangat sulit dan Bapak/Ibu saya kira juga merasakan semuanya. Benar? Yang dulu mungkin omzetnya sehari bisa Rp600 ribu atau Rp800 ribu, sekarang tinggal Rp200 ribu atau Rp150 ribu. Benar, ya? Iya. Itulah kondisi yang sangat sulit sekarang ini. Dan itu tidak dirasakan (usaha) yang kecil saja. (Usaha) Yang mikro kena, yang kecil kena, yang tengah kena, yang gede juga kena, semuanya kena.

Dan juga tidak hanya di Indonesia saja. Terjadi di 215 negara, semuanya kena. Negara yang maju kena, negara yang sedang kena, negara yang miskin juga kena, kena semuanya. Covid-nya kena, ekonominya juga kena, semuanya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita kehilangan semangat bekerja. Saya ingin Bapak/Ibu tetap bekerja keras dalam rangka agar omzet dan keuntungan nanti kembali pada posisi normal. Setuju? Nggih.

Dan, saya lihat pas saya ke kampung atau pas saya ke desa, juga saya lihat sama saja. Enggak di kampung, enggak di desa, sama. Dan, Bapak/Ibu semuanya ini adalah kloter yang kedelapan, seinget saya yang kita undang ke sini, termasuk yang pertama. Karena setelah ini, nanti kita akan mengirimkan langsung lewat bank kepada usaha mikro, usaha kecil, sebanyak 12 juta (usaha mikro dan kecil) yang ingin kita transfer langsung.

Bapak/Ibu tadi sudah diberi tahu, ini isinya berapa? Belum dibisikin? Belum diberi tahu? Ya. Isinya Rp2,4 juta, ini. Kita harapkan tambahan ini bisa memperkuat modal kerja Bapak/Ibu semuanya. Kalau warungnya dulu, stoknya katakanlah hanya 300 buah, lha jadi 900 buah. Misalnya, kalau dulu stoknya di warung, berasnya hanya 10 kilogram, sekarang bisa 30 kilogram karena ada tambahan ini. Dan jangan sampai ini dibelikan handphone (HP), enggak boleh, jangan dibelikan HP. Jangan juga dibelikan pulsa. Ini untuk tambahan modal kerja. Setuju? Nggih.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Bapak apa? Pedagang? Rujak? Coba, pegang. Sehari, kalau yang dulu normal, biasanya berapa?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Bisa mencapai Rp500 (ribu) sampai Rp400 (ribu).

Presiden RI:
Rp500 (ribu)? Keadaan normal?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Iya.

Presiden RI:
Bisa Rp500 (ribu). Sekarang? Sekarang berapa?  

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Sekarang Rp50 (ribu) saja susah, Pak.

Presiden RI:
Rp50 (ribu) saja susah?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Susah.

Presiden RI:
Benar?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Benar.

Presiden RI:
Masa dari Rp500 (ribu) ke Rp50 (ribu)? Benar?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Benar, Pak.

Presiden RI:
Hmm…, modalnya berapa kalau sehari untuk nyiapin rujak?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Ya, paling cuma Rp300 (ribu) sampai Rp200 (ribu), Pak.

Presiden RI:
Waduh, kebanyakan dong ini?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Ya, enggak apa-apa. Enggak apa-apa, Pak.

Presiden RI:
Ya, oke, enggak apa-apa. Nggih, jadi dari biasanya Rp500 (ribu) turun menjadi hanya….

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rujak):
Rp50 (ribu).

Presiden RI:
Rp50 (ribu). Hmmm, hmmm. Nggih, ya itulah. Memang semuanya sekarang pada posisi yang tidak gampang, sulit. Sekali lagi tadi saya sampaikan, (usaha) yang mikro, yang kecil, yang sedang, yang gede, semuanya. Tapi kita berdoa bersama agar keadaan kembali normal, pulih kembali, sehingga kita bisa yang tadi omzetnya rujak bisa Rp500 (ribu) ya Rp500 (ribu) kembali, syukur bisa di atasnya itu karena semua negara sekarang mengalami.

Ibu, apa? Di pasar? Apa, jualan apa?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Tahu.

Presiden RI:
Jualan tahu?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Iya.

Presiden RI:
Biasanya kalau yang dulu normal, berapa sehari bisa jualan?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Bisa Rp600 (ribu).

Presiden RI:
Rp600 (ribu). Sekarang?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Sekarang paling Rp200 (ribu), Pak.

Presiden RI:
Rp200 (ribu), ya lebih baik dari yang rujak tapi, (dari) Rp600 (ribu) masih (jadi) Rp200 (ribu), yang tadi rujak (dari) Rp500 (ribu) jadi Rp50 (ribu), kan berat. Rp200 (ribu), kenapa? Menurut Ibu, kenapa? Dulu bisa Rp600 (ribu) sekarang Rp200 (ribu), kenapa?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Sepi, pasarnya sepi.

Presiden RI:
Karena sepi. Kenapa pasarnya sepi?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Karena Covid.

Presiden RI:
Takut semua ke pasar? Gitu, ya?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Tahu):
Iya.

Presiden RI:
Nggih, terima kasih.

Yang jualan di rumah ada? Yang jualan di rumah, coba yang belakang.

Apa, jualannya apa, Pak?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Jualan kolang-kaling, Pak.

Presiden RI:
Kolang-kaling? Di mana Bapak jualannya?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Di Tanah Abang.

Presiden RI:
Oh, di Tanah Abang. Di dekat pasarnya?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Pasar (Tanah Abang) Blok G, paling belakangnya.

Presiden RI:
Oh, di Blok di belakang Blok G?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Iya, Pak.

Presiden RI:
Oh…, oke. Apa itu? Jualan apa? Kolang-kaling?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Kolang-kaling, Pak, buah atap.

Presiden RI:
Kolang-kaling mentahan? Masih mentah?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Mentah.

Presiden RI:
Mentah?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Iya.

Presiden RI:
Berarti kalau saya beli, itu bisa dipakai untuk buat es (buah) itu, ya?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Bisa. Bisa, Pak.

Presiden RI:
Hmm…, sekarang bawa, ndak?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Enggak Pak, dekat sih, Pak.

Presiden RI
Oh, enggak bawa.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Kalau mau, dekat, ada.

Presiden RI:
Kalau bawa, saya mau beli. Tapi wong enggak bawa, enggak usah.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Siap, Pak.

Presiden RI:
Bapak, biasanya omzet keadaan normal bisa dapat berapa?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Saya kalau keadaan normal, bisa dapat 2-3 kuintal sehari, Pak.

Presiden RI:
Woh…

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Iya, Pak.

Presiden RI:
Berapa itu? Bisa berapa juta itu?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Ya, sekuintalnya kan Rp500 (ribu), Pak.

Presiden RI:
Berarti?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Berarti Rp2-Rp3 juta, Pak.

Presiden RI:
Rp2-Rp3 juta?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Iya.

Presiden RI:
Terus, sekarang?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Sekarang Pak, Rp500 (ribu) aja enggak bisa, Pak.

Presiden RI:
Hmm….

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Ya, enggak sampai 50 kilogram.

Presiden RI:
Hmm…, iya, memang. Ya itulah. Keadaan yang kita hadapi sekarang dan moga-moga kalau Covid-nya nanti rampung, vaksinnya ketemu. Tadi pagi, vaksinnya sudah mulai masuk ke Biofarma, moga-moga nanti…tadi saya tanya, kapan bisa diproduksi? Bisa disuntikkan ke masyarakat? Ya, kira-kira bulan Januari (tahun 2021). Masih nunggu Januari (tahun 2021). Masih nunggu Januari (tahun 2021), ya. Sehingga kita harus kerja keras, bertahan, agar nanti kalau vaksin ketemu, kita akan kembali pada posisi normal, ya. Kita berdoa bersama, semoga itu segera bisa kita lakukan vaksinasi ke seluruh masyarakat. Nggih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Mari, Pak.

Presiden RI:
Terima kasih, terima kasih, Pak. Berarti kolang-kalingnya tadi masih anu ya, Pak, ya? Masih putih itu, ya? Masih mentahan putih ya?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Kolang-Kaling):
Mentahan.

Presiden RI:
Oke, tahu, tahu. Nggih.

Baiklah, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian dan sekali lagi, marilah kita kerja keras, berusaha agar nanti pada saat normal, kita omzetnya seperti yang tadi Bapak/Ibu sekalian miliki sebelumnya, syukur bisa lebih banyak dari itu.

Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.