Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)

Rabu, 19 Agustus 2020
Halaman Tengah Istana Merdeka, Jakarta

Sesi Pertama
Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Negara, Pak Menteri Koperasi dan UKM, Bapak/Ibu sekalian para pedagang yang sore hari ini hadir.

Saya tadi mendapatkan bisikan bahwa yang hadir di sini ada pedagang kaki lima (PKL), benar? Mana? Ada yang pedagang rumahan? Oh, banyak yang (pedagang) rumahan. Yang pedagang pasar? Ada juga. Yang (pedagang) asongan? Enggak ada? Oke.

Jadi, pemerintah nanti, minggu depan ini akan membagikan yang namanya modal kerja darurat, namanya banpres produktif, sebanyak berapa, Pak Menteri? Totalnya nanti? Totalnya 9…, kepada 9,1 juta pengusaha kecil dan mikro. Sekali lagi, akan dibagikan 9,1 juta pedagang, pengusaha kecil dan mikro. Untuk apa? Untuk tambahan modal kerja kepada para pengusaha kecil. Karena kita tahu, dalam masa pandemi seperti ini, kita juga merasakan betapa sangat sulitnya…tapi bukan hanya yang kecil saja, yang kecil sulit, yang tengah juga sulit, yang gede juga sulit, semuanya.

Oleh sebab itu, kita harus bekerja lebih keras lagi agar bisa kembali ke situasi normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Kita harapkan itu. Jadi, Bapak/Ibu semuanya kita undang di sini ini mengawali terlebih dahulu, sebelum nanti pembukaan besarnya nanti di minggu depan, untuk yang 9,1 juta pengusaha di seluruh Tanah Air akan dikirim lewat transfer semuanya. Tapi kalau Bapak/Ibu semuanya, sudah mendapatkan ini, kan? Sudah? Di dalamnya ada berapa, sudah tahu? Belum ada yang ngitung? Belum ada yang buka? Jadi, di dalamnya ini ada Rp2,4 juta yang bisa Bapak/Ibu pakai untuk tambahan modal kerja darurat dalam masa pandemi ini, nggih. Berapa tadi, Bu? Rp2,4 juta. Berapa, Pak? Rp2,4 juta. Ya, supaya nanti dihitung, kalau kurang serupiah, ngomong saya, nggih.

Saya tahu, selama pandemi ini mungkin omzetnya Bapak/Ibu sekalian kan turun, benar? Ada yang naik, ndak? Enggak ada yang naik? Ya, ya, kita tahu bahwa semuanya turun. Ada yang turun separuh, benar? Ada yang lebih dari separuh, saya juga tahu, karena saya selalu cek, cek, saya cek, keadaannya memang seperti itu dan itu dialami oleh semua negara. Jadi virus korona ini, virus Covid-19 ini, ini ada di semua negara, di 215 negara, yang lebih parah dari kita. ini semuanya memang terkena pandemi ini. Memang ini sebuah cobaan dan ujian untuk kita bersama tetapi saya meyakini, insyaallah, kalau kita kerja keras, kita akan bisa lepas dari ujian dan cobaan yang diberikan pada kita semuanya.

Saya rasa itu…yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya akan cek, nanti setelah satu bulan atau dua bulan, dagangannya tambah ndak, omzetnya tambah ndak, dan moga-moga semuanya tambah lebih baik, insyaallah, ya. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya di Istana.

Ibu, dari mana? Jakarta Pusat? Apa jualannya, Bu? Warung rumahan, apa? Kelontong, gitu? Ya, kecil-kecilan, tahu. Omzet berapa (dalam) sehari sekarang?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Gini, Pak. Saya tadinya buka…, Assalamu’alaikum, Pak.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Nama saya Wiwik. Saya ini tadinya pedagang di rumah. Saya pedagang rumahan, kelontong, kecil-kecilan.

Presiden RI:
Kelontong, ya.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Sebelum Covid-19, saya dagang pulsa juga.

Presiden RI:
Pulsa, terus?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Dagang kopi, Indomie, gitu….

Presiden RI:
Kopi, Indomie….

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Nah, setelah…eh, sebelum Covid-19 itu, omzet saya lumayan, Pak.

Presiden RI:
Berapa?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Sehari saya bisa dapat Rp700 (ribu) sampai Rp1 juta. Tapi setelah Covid-19….

Presiden RI:
Rp700 ribu sampai Rp1 juta?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Iya, iya…, tapi setelah Covid-19, omzetnya langsung drastis. Saya cuma sehari itu…, bisa dapat uang Rp100 ribu saja sudah bersyukur, Pak.

Presiden RI:
Sudah baik, ya.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Minim banget, gitu.

Presiden RI:
Nggih.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Kebetulan saya punya 4 orang anak, anak saya SD, SMP, SMK, dan kuliah. Itu…saya sangat…sangat…sulit. Suami saya pun kerja harian, bukan pegawai. 

Presiden RI:
Tahu…tahu….

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Jadinya, kondisi Covid-19 ini sungguh sangat….

Presiden RI:
Semuanya…, sangat sulit.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Tapi alhamdulillah, saya dapat kabar baik kemarin, katanya saya dipanggil ke Istana untuk terima bantuan. Terima kasih banyak, Bapak Jokowi.

Presiden RI:
Sama-sama.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Untuk bantuan ini, semoga usaha saya bisa berjalan kembali dengan lancar dan Bapak sehat selalu bersama keluarga.

Presiden RI:
Amiin…nggih, Bu Wiwik kerja keras, tegar. Ini pasti ada akhirnya, kok. Nanti kalau vaksin sudah ketemu, perkiraan nanti kira-kira bulan Januari, ini sudah mulai vaksinasi nanti. Ah, itulah yang namanya nanti kita akan kembali ke situasi seperti sebelum pandemi.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Ya.

Presiden RI:
Sebelum ketemu vaksinnya, memang kita harus bekerja lebih keras, itu saja saya titip, nggih.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Iya, iya Pak, terima kasih banyak, Pak.

Presiden RI:
Anu yang banyak…, semua negara terkena kok, ya, jadi kita harus kerja keras, bertahan, agar bisa lebih baik lagi, ya.

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Rumahan Toko Kelontong):
Ya, baik, Pak. Terima kasih banyak, Bapak Jokowi.

Presiden RI:
Ibu…sama-sama, Bu. Ibu, dari mana? Jakarta Timur di mana? Mana? Oh, Pisangan Baru, Pisangan Baru.

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Ya, Assalamu’alaikum, Pak. Nama saya Juwita, saya dari Pisangan Baru.

Presiden RI:
Ini juga Pisangan Baru? Ibu (dari) Pisangan Baru, Ibu juga? Oh, Pulau Seribu? Lo, tadi yang Pisangan Baru, tadi?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Aku.

Presiden RI:
Oh, di sana toh. Aduh, keliru. Lha, tadi di sini yang…, karena pake ini…, kan yang bunyi yang mana ini, oke. Ini dari Pulau Seribu…Pulau Seribu…pulau apa? Pulau…Pramuka? Oke. Oke, oh…pedagang keliling telur…?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Telur gulung.

Presiden RI:
Telur gulung?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Nama saya Ibu I’in dari Pulau Pramuka.

Presiden RI:
Pulau Pramuka.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Saya pedagang keliling telur gulung.

Presiden RI:
Telur gulung?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Iya, dengan tamu wisata, Pak.

Presiden RI:
Iya, nggih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Semenjak adanya korona, menurun, Pak.

Presiden RI:
Iya…, sama dengan di sana, menurun.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Mudah-mudahan Pak, dengan modal ini, saya…, bermanfaat untuk keluarga saya, Pak.

Presiden RI:
Nggih, baik, nggih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Terima kasih ya, Pak.

Presiden RI:
Terima kasih, terima kasih, Bu, nggih. Pokoknya kerja keras.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Iya, terima kasih, Pak.

Presiden RI:
Nanti…ini kan, wisata juga mulai merangkak naik, nggih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Alhamdulillah Pak.

Presiden RI:
Nggih, pelan-pelan, memang ini pelan-pelan, enggak bisa kok, langsung mbalik, gitu. Memang…ya, nggih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Alhamdullilah Pak, tamu wisata sudah dibuka mah, ya bisa untuk ekonomi juga, Pak lah, bantu suami. Terima kasih ya, Pak.

Presiden RI:
Ya, nggih, terima kasih, nggih, nggih, terima kasih, terima kasih.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Keliling Telur Gulung):
Terima kasih ya, Pak. Assalamu’alaikum.

Presiden RI:
Nggih, silakan, Bu. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Aku Juwita dari Pisangan Baru, Pak. Dagangnya di rumah.

Presiden RI:
Apa tuh, jualannya?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Makanan anak-anak, Pak.

Presiden RI:
Apa tuh, makanan anak-anak?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Kayak otak-otak, terus minuman, Indomie, kopi.

Presiden RI:
Oh, oh, sehari bisa dapat?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Sehari aku bisa (dapat) Rp200-an (ribu), Pak, kalau sebelum Covid-19. Sesudah Covid-19, itu bisa Rp70 ribu dia sudah alhamdulillah, Pak.

Presiden RI:
Sepertiga, ya?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Anak-Anak):
Iya.

Presiden RI:
Oke, nggih. Ya, semuanya harus kerja lebih keras lagi dalam kondisi yang tidak normal seperti ini. Tapi sekali lagi, suatu saat nanti pasti kita akan kembali ke normal, nggih. Kita ini…apa…baru proses, apa…vaksinnya juga baru proses diuji, ada uji klinis yang ketiga, ini sudah ketiga, sudah di-cobain ke relawan, ke manusia, sudah dicoba. Saya harapkan nanti kalau sudah…, syukur nanti doa Bapak/Ibu semuanya bisa maju, tidak (bulan) Januari tetapi maju lebih cepat, ya itu alhamdulillah, kita syukuri, nggih.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Selamat bekerja. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Sesi Kedua

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim. 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Negara, Bapak Menteri Koperasi dan UKM, Bapak/Ibu sekalian para pengusaha kecil, mikro, para pedagang yang sore hari ini hadir.

Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya di Istana dan kita tahu, saat ini, ada pandemi Covid-19 yang mengenai kita semuanya. Kesehatan kena, ekonominya juga kena, dan itu dialami tidak hanya yang kecil saja, yang mikro saja, tapi yang tengah juga kena, yang gede juga kena, kena semuanya. Yang terkena juga hampir semua negara. Negara maju kena, negara sedang kena, negara miskin kena, semuanya kena, 215 negara terkena, terpapar Covid-19.

Saya juga tahu bahwa Bapak/Ibu semuanya…pedagang, berjualan, ada yang di rumah? Ada? Mana…yang dagang di rumah? Oh, oh, banyak banget yang di rumah. Di pasar? Di pasar, di pasar, di pasar. Ada yang (pedagang) kaki lima? Ada, (pedagang) kaki lima. Ada yang (pedagang) asongan? Enggak ada? Oh, ada, itu, nggih, baik. Saya tahu…bahwa kondisi omzet Bapak/Ibu semuanya tidak seperti pada saat normal, benar, ya? Yang dulunya mungkin bisa jualan sampai Rp1 juta sekarang mungkin tinggal di bawah Rp500 (ribu). Yang biasanya dulu jualan sampai Rp500 ribu, sekarang mungkin tinggal Rp100 (ribu) atau Rp200 (ribu), benar? Tapi itu sekali lagi, mengenai tidak hanya yang kecil saja, tapi yang menengah, yang gede, semuanya juga sama.

Oleh sebab itu, saya mengajak Bapak/Ibu semuanya untuk tetap bekerja keras, tetap bersemangat agar kita bisa melewati situasi yang tidak normal ini. Kapan? Kalau vaksinnya sudah jadi. Ini vaksinnya baru uji klinis, uji klinis yang ketiga ini, diperkirakan nanti di (bulan) Desember atau (bulan) Januari sudah diproduksi. Artinya nanti, (bulan) Januari semuanya divaksin. Setelah itulah, kita akan masuk ke situasi seperti sebelum pandemi yang lalu. Tapi ini masih butuh waktu karena masih uji klinis, diujikan. Kemarin sudah saya cek sendiri di Bandung, sudah diujikan ke apa…1.620 relawan yang di…yang disuntik oleh vaksin itu. Dan kita harapkan nanti berhasil, kemudian vaksinnya bisa diproduksi.

Bapak/Ibu semuanya sudah diberi ini, ya? Sudah? Semuanya sudah? Isinya tahu? Belum ada yang buka? Ya, jadi ini adalah bantuan modal kerja, yang kita berikan, besarnya dua juta empat ratus (ribu rupiah), dua juta empat ratus (ribu rupiah) untuk menambah modal kerja Bapak/Ibu semuanya dalam berusaha, dalam berdagang. Cukup Rp2,4 (juta)? Rp2,4 (juta), cukup? Yang enggak cukup, tunjuk jari. Ya, kita syukuri, alhamdulillah, ini bisa untuk tambahan Bapak/Ibu semuanya. Karena nanti minggu depan akan kita bagi, kepada 9,1 juta pengusaha kecil di seluruh Indonesia. Bapak/Ibu sudah dapat duluan. Hari Senin nanti akan dibagi yang namanya banpres produktif sebanyak 9,1 juta untuk pengusaha kecil dengan rupiah yang sama. Karena kita ingin menggerakkan ekonomi yang di bawah ini, agar bergerak terus.

Jadi, itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Bapak, jualan apa? Sayuran? Berhenti atau keliling? Keliling? Setiap pagi? Jam berapa berangkat, Pak?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Jam setengah tujuh.

Presiden RI:
Jam setengah tujuh, berangkat keliling? Terus, habis jam berapa?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Jam satu siang.

Presiden RI:
Jam satu siang sudah?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Itu belum tentu habis, Pak.

Presiden RI:
Oh, belum tentu habis tapi sudah berhenti?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Sudah berhenti.

Presiden RI:
Sudah berhenti, ya. Berapa omzet Pak, sehari, sekarang?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Saya belanja itu…sekitar Rp1 juta itu, untuk kebutuhan semua sayuran. Kalau untuk keuntungan itu…dalam pandemi ini, enggak menentu, Pak Presiden.

Presiden RI:
Ya, berapa?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Ya…bangsa Rp100 ribu, Rp120 (ribu) untuk ekonomi sekarang…hidup di Jakarta.

Presiden RI:
Sebelumnya berapa?

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Kalau sebelumnya bisa sampai Rp300 (ribu)….

Presiden RI:
Rp300 (ribu)….

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
…saya masih bisa menyimpan.

Presiden RI:
Oke…ya, tetap kita syukuri, masih Rp120 (ribu), bisa keuntungan….

Pedagang Penerima BMK 1 (Pedagang Keliling Sayur):
Alhamdulillah….

Presiden RI:
Ya, disyukuri. Karena memang situasinya sangat sulit semuanya. Kita harus apa…, ngerti, situasi ini situasi yang tidak kita kehendaki tetapi ini ujian dan cobaan yang diberikan kepada kita, ya, kita hadapi tantangan yang berat ini. Tapi sekali lagi, insyaallah di bulan Januari itu vaksinnya sudah mulai disuntikkan sehingga kita bisa masuk ke situasi normal. Tadi yang (pedagang) rumahan siapa, ya? Ibu? Ya…dari mana, Bu? Pulau Seribu?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Ya, Pulau Kelapa, Pak.

Presiden RI:
Pulau Pramuka?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Pulau Kelapa.

Presiden RI:
Oh, Pulau Kelapa. Jualannya apa, Bu?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Jualannya jualan di rumah….

Presiden RI:
Apa?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Es, jus, gorengan, Pak.

Presiden RI:
Gorengan, terus?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Mie.

Presiden RI:
Mie?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Iya.

Presiden RI:
Oh, berapa sehari bisa dapat?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Kalau sebelum pandemi, ya…sekitar Rp300 (ribu). Kalau sekarang Cuma Rp100 (ribu) saja enggak sampai, Pak.

Presiden RI:
Ya karena wisatawan enggak bisa ke sana, kan?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Iya.

Presiden RI:
Tapi ini kan, sudah mulai dibuka….

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Iya, Pak.

Presiden RI:
Sudah mulai kelihatan belum, ada yang ke sana? Belum?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Belum.

Presiden RI:
Belum?

Pedagang Penerima BMK 2 (Pedagang Rumahan Makanan Minuman):
Iya.

Presiden RI:
Ya, jadi memang, pelan-pelan, ini pelan-pelan. Ini yang terkena paling berat itu yang tempat-tempat wisata. Bali, Labuan Bajo, Banyuwangi, yang gitu-gitu. Tapi sudah mulai pelan-pelan dibuka. Jadi kita harapkan nanti sama, di Pulau Seribu juga akan mulai merangkak naik sehingga omzet Ibu bisa kembali normal lagi. Ini yang kita harapkan itu. Nggih, terima kasih. Bapak? Jualan? Nasi? Di mana? Kelapa Gading? Nasi apa itu, ya?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Nasi warteg (warung tegal), Pak.

Presiden RI:
Oh, nasi warteg. Berapa omzet sekarang?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Sekarang Rp800 (ribu), Pak. Rp700 (ribu) lah, Pak.

Presiden RI:
Biasanya dulu, kalau normal?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Biasanya…bisa, memang…kalau…kan kebetulan jualannya di pasar ya, Pak, ya. Jadi efeknya enggak begitu….

Presiden RI:
Terasa?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Terasa sekali. Tapi menurun ada, kan gitu?

Presiden RI:
Oke, ya…wah, berarti lebih bersyukur lagi kalau turunnya enggak banyak, ya, disyukuri.

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Alhamdullilah, Pak.

Presiden RI
Di…di…Kelapa Gading?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Ya, di Pasar Inpres Kelapa Gading, Pak.

Presiden RI:
Oh, Pasar Inpres, tahu, tahu, tahu, nggih. Jualannya apa itu? Warteg…apa? Nasi apa, nasi apa itu?

Pedagang Penerima BMK 3 (Pedagang Nasi Warung Tegal):
Ya…nasi warteg lah, itu…apa, rames gitu ya, Pak.

Presiden RI:
Oh, nasi rames, nggih.

Nggih, baiklah, Bapak/Ibu sekalian, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, marilah kita terus bersemangat, bekerja keras, agar kita bisa melewati masa pandemi ini dan pemerintah terus berusaha menurunkan agar yang terpapar itu semakin sedikit, semakin sedikit tapi juga itu hal yang tidak mudah karena ini barangnya saja enggak kelihatan. Yang namanya Covid-19 itu barangnya enggak kelihatan. Oleh sebab itu, saya mengajak kita semuanya untuk terus tetap pakai masker, menjaga jarak, kemudian habis kegiatan selalu cuci tangan, saya kira memang itu, cara menghindarinya. Dan tidak berada di tempat kerumunan yang saling berdesakan, saya kira itu, cara yang harus kita lakukan. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.