Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)
Sesi Pertama
Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, Bapak Menteri (Koperasi dan) UKM, Pak Teten;
Yang saya hormati, Pak Menteri Sekretaris Negara, Prof. Pratikno;
Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati.
Jadi, pertama…saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya di Istana Bogor ini. Yang kedua, saya tahu Bapak/Ibu semuanya ada yang pedagang rumahan, ada? Siapa? Banyak. Ada yang pedagang kaki lima (PKL)? Banyak juga. Ada yang (pedagang) asongan? Ada, satu. Ada yang…apa lagi? Yang lain, apa berarti? Pedagang pasar? (pedagang) Pasar ya, pedagang pasar, ada, nggih.
Ya, kita tahu bahwa sekarang ini, memang baru pada kondisi pandemi Covid-19, semuanya merasakan, termasuk Bapak/Ibu semuanya, saya kira merasakan semuanya, benar? Ini terjadi tidak hanya di Indonesia, terjadi di 215 negara, kondisinya sama persis, kesulitan-kesulitannya, kesusahannya, semuanya sama. Tidak hanya (pedagang) yang kecil, tidak hanya mikro, yang menengah, yang gede, semuanya juga pada posisi yang sama, kesulitan semuanya. Oleh sebab itu, pada kondisi seperti ini, kita harus…ya kerjanya lebih keras lagi, harus bertahan dan bekerja lebih keras lagi. Memang kalau apa…ditanyakan, saya kira sama, saya sudah bertemu dengan ribuan pengusaha kecil dan mikro, sama, omzetnya turun separuh, ada yang omzetnya turun sepertiga, ada yang keuntungannya turun lebih dari separuh, ada yang keuntungannya tinggal seperempat, tahu. Dan itu dialami oleh yang menengah maupun yang besar.
Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini, yang paling penting sekali lagi, semangat kerja jangan turun dan kita harapkan insyaallah nanti di bulan Desember (2020), sudah mulai vaksin masuk, nah pada kondisi nanti tahun depan sudah agak normal, Bapak/Ibu sekalian jangan sampai kehilangan momentum. Artinya, pada saat sudah normal malah modal kerjanya sudah enggak ada, lah, ini yang harus betul-betul dihitung betul bahwa yang namanya…ya usaha itu pasti naik turun, itu hal yang biasa, saya mengalami. Saya dulu mulai juga seperti Bapak/Ibu sekalian. Jadi saya mengalami, saya ngerti. Jadi sekali lagi, semangat kerja jangan sampai kendur, kemudian apa…pertahankan agar usaha Bapak/Ibu sekalian jangan sampai tutup, jangan sampai rugi, untung sedikit enggak apa-apa tapi jangan sampai pada kondisi tutup. Karena begitu tutup, itu nanti untuk memulai lagi pada kondisi normal di awal tahun depan, itu akan lebih sulit lagi.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Bapak anunya…apa, usahanya? Ya. Ya?
Pedagang di Kantin Sekolah:
Di kantin sekolah.
Presiden RI:
Oh, kantin sekolah.
Pedagang di Kantin Sekolah:
Iya, kantin sekolah.
Presiden RI:
Terus, sekolahnya sekarang tutup?
Pedagang di Kantin Sekolah:
Ya…itu, tutup sekarang.
Presiden RI:
Ya, kantinnya…sekolahnya kan tutup, berarti kantinnya juga tutup?
Pedagang di Kantin Sekolah:
He’eh, Pak.
Presiden:
Tutup?
Pedagang di Kantin Sekolah:
He’em.
Presiden RI:
Terus Bapak jualan untuk siapa sekarang?
Pedagang di Kantin Sekolah:
Ya, di rumah kebetulan pinggir jalan, jadi masih bisa lah, gitu.
Presiden RI:
Oke, berarti masih bisa. Itu yang namanya semangat kerja, tetap bertahan, jangan sampai kita kehilangan peluang dan kesempatan. Ya, ya, ya memang inilah sebuah cobaan besar untuk kita semuanya dan ya…harus kita hadapi. Cobaan, ujian dari Allah itu harus kita hadapi dan kita ambil hikmahnya. Jangan sampai ada yang mengeluh dan jangan sampai ada yang…sekali lagi, yang tutup usahanya, harus bertahan terus, nggih.
Omzet sekarang berapa, dulu berapa?
Pedagang di Kantin Sekolah:
Ya, dulu…per bulan, Pak?
Presiden RI:
He’eh.
Pedagang di Kantin Sekolah:
Sampai Rp5 juta lah, gitu.
Presiden RI:
Per bulan (omzetnya) sampai Rp5 juta?
Pedagang di Kantin Sekolah:
He’eh, iya.
Presiden RI:
Wah, ya besar, ya.
Pedagang di Kantin Sekolah:
He’eh. Sekarang mungkin ya…Rp2 juta lah, mungkin.
Presiden RI:
Ya, berarti masih, oke masih, berarti masih…masih, masih baik lah kalau apa…masih Rp2 juta (omzet per bulan), saya kira masih baik. Oke, nggih, ya.
Yang lain, yang apa tadi…yang, yang…pedagang kaki lima? Ada? Ya, silakan Bu. Di mana, jualan apa? Di mana, jualan apa?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Saya Tika, jualan di Jalan Malabar, gang Maxindo, jualan gado-gado.
Presiden RI:
Oh, di (jalan) Malabar, jualan gado-gado. Gado-gado itu modalnya berapa, sih?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Gado-gado, Rp500 ribu, Pak.
Presiden RI:
Rp500 ribu, oke, Rp500 ribu. Kalau dulu jualan, sehari bisa berapa?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Sehari Rp150 (ribu), kalau sekarang Rp75 (ribu) paling, Pak.
Presiden RI:
Separuh ya? Oke, oke, oke, oke. Ya, semuanya sama lah, kira-kira yang dulu-dulu yang saya tanya juga…turunnya separuh sampai separuh lebih, nggih, gado-gado.
Hanya gado-gado saja?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Sama ketoprak, Pak.
Presiden RI:
Sama ketoprak.
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Tapi maaf Pak, sekarang kan lagi pandemi….
Presiden RI:
He’eh.
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Sedangkan di…di sepanjang Jalan Malabar itu mau dibongkar
Presiden RI:
Dibongkar?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Iya.
Presiden RI:
Yang bongkar?
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Akhir November…awal November sekarang, Pak Jadi gimana kalau lagi pandemi gini dibongkar.
Presiden RI:
Oke, itu dari pemerintah kota nanti saya tanyakan biar dicatat Pak Menteri, oke, nggih.
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Ya, terima kasih, Pak.
Presiden RI:
Ya, sama-sama.
Pedagang Kaki Lima Gado-Gado:
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam. Nggih, ya…memang di lapangan kejadiannya sering seperti itu. Saya kira…saya kira ya…semuanya harus dihadapi, nggih.
Yang ini…apa lagi tadi? Yang (pedagang) asongan tadi? Ada? Ya. Apa jualan, di mana?
Pedagang Asongan Keliling:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.
Pedagang Asongan Keliling:
Saya kebetulan sudah lama sih, Pak ya, diasong keliling, seputar Kota Bogor.
Presiden RI:
Keliling di Kota Bogor gitu?
Pedagang Asongan Keliling:
Iya, Pasar Anyar, Pasar Bogor, gitu.
Presiden RI:
Oh…apa yang dijual?
Pedagang Asongan Keliling:
Yang dijual mulai permen, tisu gitu.
Presiden RI:
Berapa modal itu kalau untuk asongan?
Pedagang Asongan Keliling:
Modalnya paling sekitar Rp1 jutaan.
Presiden RI:
Rp1 jutaan?
Pedagang Asongan Keliling:
Iya.
Presiden RI:
Hmm…
Pedagang Asongan Keliling:
Segala macam makanan itu…kopi gitu, Pak.
Presiden RI:
Oh…omzetnya berapa sehari? Atau sebulan?
Pedagang Asongan Keliling:
Sebelum ada…sebelum Covid-19 sih, lumayan sih, ya.
Presiden RI:
Lumayan itu berapa?
Pedagang Asongan Keliling:
Iya. Sekarang menurun hampir…hampir 70 persen, hanya capek semuanya.
Presiden RI:
Dulu berapa?
Pedagang Asongan Keliling:
70 persen enggak ada…semenjak….
Presiden RI:
Dulu bisa dapat (omzet) berapa sehari?
Pedagang Asongan Keliling:
Ya, alhamdulillah kalau dulu mah, kebagian lah, Rp150 (ribu), Rp200 (ribu), cepek (Rp.100 ribu), gitu kadang.
Presiden RI:
Sekarang?
Pedagang Asongan Keliling:
Sekarang mah, kadang Rp60 (ribu), Rp60 ribu.
Presiden RI:
Ya, tapi masih dapat.
Pedagang Asongan Keliling:
Ya, alhamdulillah, lah.
Presiden RI:
Harus disyukuri, alhamdulillah masih….
Pedagang Asongan Keliling:
Iya.
Presiden RI:
Semuanya harus disyukuri itu kalau…wong yang namanya negara saja, defisit kok, negara sama. Jadi, negara nih, apa…di tahun ini, itu kita minus income/pendapatannya, bukan sesuatu yang gampang, sama sebetulnya, sama. Sehingga sekali lagi, saya harapkan jangan semangatnya kendur, harus tetap bertahan terus, berjualan, meskipun untungnya kayak tadi Rp60 ribu atau Rp50 ribu atau Rp75 (ribu) ya sudah, tapi yang terpenting harus ada keuntungan di situ. Dan mungkin kerja lebih keras lagi, enggak mungkin kayak hari biasanya, enggak mungkin. Saya kira memang kondisinya sangat-sangat sulit tetapi insyaallah nanti kalau vaksinnya akhir tahun ini sudah bisa disuntikkan kepada masyarakat, kondisinya akan sedikit demi sedikit akan mulai pulih kembali normal, insyaallah tahun depan, kita berdoa semuanya, ya.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, saya sangat menghargai kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Tadi sudah diberi semuanya, ini? Sudah? Sudah diberitahu isinya? Sudah diberitahu isinya berapa? Sudah?
Para Pedagang Penerima BMK:
Sudah.
Presiden RI:
Berapa isinya?
Para Pedagang Penerima BMK:
Rp2,4 (juta)
Presiden RI:
Berapa?
Para Pedagang Penerima BMK:
Dua juta empat ratus (ribu rupiah).
Presiden RI:
Dua…?
Para Pedagang Penerima BMK:
…juta empat ratus (ribu rupiah)
Presiden RI:
Dua juta empat ratus (ribu rupiah), ya, oke, berarti sudah diberitahu, oke. Berarti untuk modal gado-gado sudah lebih itu. Tetapi jangan…hati-hati, jangan dibelikan handphone sisanya ya, harus disimpan untuk kalau-kalau memerlukan untuk…apa itu…perluasan usaha, itu juga tadi yang (pedagang) asongan misalnya, masih ada sisa dari Rp2,4 juta tadi dipakai untuk memperbanyak produk yang ada, yang kita jual. Harus seperti itu, berpikirnya harus berpikir pengusaha, harus berpikir seperti itu, jangan sampai…apa itu…apa…ada sisa kemudian dibelikan ke hal-hal yang konsumtif.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi terima kasih atas kehadirannya.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sesi Kedua
Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, Bapak Menteri (Koperasi dan) UKM, Pak Teten Masduki;
Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Negara, Prof. Pratikno.
Bapak/Ibu sekalian,
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran di Istana Bogor ini. Saya tahu bahwa kondisi usaha saat ini berada betul-betul pada posisi yang tidak mudah, pada kondisi yang sangat sulit, benar? Kalau dibandingkan dengan situasi normal sebelumnya. Tapi, kita harus tahu bahwa ini dialami oleh hampir semua negara, 215 negara mengalami hal yang sama dengan kita, kondisinya sama, yang sulit tidak hanya yang mikro, yang kecil, tapi yang menengah, yang gede, semuanya juga pada kondisi yang sulit karena pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, saya mengajak pada Bapak/Ibu sekalian, jangan menyerah, harus semangat kerjanya ditambah. Semangat kerjanya jangan sampai kendur. Saya tahu, yang dulu mungkin omzetnya sehari bisa Rp500 ribu, sekarang tinggal Rp200 ribu. Yang untungnya dulu Rp200 ribu, sekarang tinggal Rp100 ribu, misalnya. Ya memang semuanya mengalami. Saya tahu, saya ngerti, di lapangan seperti itu. Semua negara mengalami. Yang gede mengalami, yang menengah, usaha-usaha menengah juga sama kondisinya.
Oleh sebab itu, jangan mengeluh, jangan menyerah, semua harus dengan semangat kerja yang tinggi dan kita harapkan nanti setelah mulai divaksin, suntik vaksin, insyaallah nanti di akhir tahun ini atau awal tahun depan, kondisi akan mulai membaik normal. Nah, pada kondisi seperti itu, jangan sampai Bapak/Ibu Kondisinya sudah tutup, usahanya sudah tidak ada. Lah, sulit, membangunnya lagi sulit. Oleh sebab itu, saya minta kita semuanya bertahan. Tadi ada yang cerita, “Pak, ini sekarang untungnya sehari biasanya Rp300 (ribu) hanya Rp75 (ribu),” masih untung itu masih alhamdulillah, harus bertahan terus, harus kerja lebih keras lagi dalam kondisi seperti ini.
Saya tahu, Bapak/Ibu ada yang pedagang di rumah, di rumahan? Oh, yang ibu-ibu itu semuanya rumahan semuanya? Oh, bapak-bapak juga, Ibu juga. Yang pedagang kaki lima? Oh, banyak ini, tadi sedikit. Banyak. Yang (pedagang) asongan? Enggak ada? Yang pedagang pasar? Enggak ada juga, nggih. Sama kondisinya semua usaha sekarang ini. Saya tanya yang gede, saya tanya yang menengah, saya tanya yang kecil, saya tanya yang mikro, saya tanya semuanya. Saya ini kan, selalu di lapangan, saya tanya satu-satu. Oleh sebab itu, hari ini, kita serahkan bantuan modal kerja, ini. Ini sudah terima semuanya, pegang? Sudah, ya? Sudah tahu isinya berapa? Rp2,4 juta ya, sudah, isinya ini. Dan kita harapkan dengan tambahan bantuan modal kerja ini, produk yang disajikan, yang dijual bisa lebih banyak lagi. Nanti pada saat kondisinya sudah normal, Bapak/Ibu siap, “Oh, produk saya biasanya hanya 60 macam sekarang menjadi 100 macam,” ini sehingga lebih menarik lagi bagi pembeli, nggih.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya minta yang pedagang kaki lima tadi mana? Hmm, nggih, coba, Pak. Apa…jualannya apa, di mana?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullah.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Yang saya hormati, Bapak Presiden, Bapak Menteri. Saya Aman Nurmansyah, saya jualan cakwe, odading.
Presiden RI:
Odading?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya, di Jalan Lodaya, dekat Pajajaran, Jalan Pajajaran.
Presiden RI:
Oh, di (jalan) Lodaya.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Sebelumnya saya sudah banyak usaha tapi ya gitu, Pak, jatuh-bangun, jatuh-bangun.
Presiden RI:
Biasa, jatuh-bangun.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya…
Presiden RI:
Saya juga mengalami.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Iya…saya enggak menyerah, terus Pak, berjalan.
Presiden RI:
Iya, sekarang?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Alhamdulillah, alhamdulillah sekarang juga tetap lanjut, Pak.
Presiden RI:
Nggih.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Walaupun….
Presiden RI:
Omzetnya turun?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Omzet agak menurun, yang penting kita bisa bertahan buat sehari-hari.
Presiden RI:
Itu…itu yang penting.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Iya, Pak.
Presiden RI:
Itu yang penting. Omzet berapa sih, sekarang?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Omzet kalau sebelum pandemi, ya benar kata Bapak tadi, ya kita nyampe Rp500 (ribu), Rp600 (ribu). Tapi sekarang setelah pandemi, ya agak menurun Pak, paling dapat dua setengah, dua ratus (ribu rupiah), cukup, Pak.
Presiden RI:
Oke, oke, ya baik.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya syukur alhamdulillah, Pak.
Presiden RI:
Disyukuri.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya, syukur banget, Pak, alhamdulillah.
Presiden RI:
Ya, harus disyukuri, tetap harus disyukuri.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Kita masih bisa berjalan.
Presiden RI:
Usaha yang…usaha gede yang tutup saja banyak.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Iya, Pak.
Presiden RI:
(usaha) Yang menengah saja yang tutup, banyak. Restoran yang tutup juga banyak, kan. Disyukuri, masih ada keuntungan, masih ada omzet itu harus kita syukuri.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya.
Presiden RI
Nggih.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Saya berterima kasih banget sama Bapak, dapat bantuan ini, setidaknya kita bisa tambah lagi, untuk berjalan ke depannya, Pak.
Presiden RI:
Ya, ya, nanti…jadi nunggu situasi normal itu kayak apa. Nah, usaha bisa dikembalikan pada posisi normal lagi. Tapi saya melihat nanti mungkin apa…insyaallah nanti di awal tahun itu sudah saya kira normal. Sekarang pun saya kira kan, sudah pelan-pelan mulai…mungkin juga dirasakan Bapak/Ibu semuanya, pelan-pelan mulai naik tapi memang tidak…belum kembali pada posisi normal seperti yang dulu-dulu, betul, Pak, ya?
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Betul Pak, betul.
Presiden RI:
Nggih, nggih.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Pas di awal pandemi, kita ngerasain banget Pak, kejatuhannya. Tapi alhamdulillah berangsur-angsur sekarang, ya agak naik-naik, Pak. Ada lah gitu istilahnya, buat makan buat apa, gitu, Pak.
Presiden RI:
Ya, tapi hati-hati dijaga betul kalau pas berjualan, pakai masker.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya, kita selalu, Pak, (pakai) masker, cuci tangan.
Presiden RI:
Ya, itu yang paling penting. Apalagi yang berjualan makanan, cuci tangan, berhati-hati betul.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya, Pak.
Presiden RI:
Berjualan juga…menyampaikan dagangannya, jaga jarak. Kalau bisa jangan sampai bersentuhan. Hal-hal seperti itu penting banget. Karena kalau ndak, aduh….
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Bahaya, Pak.
Presiden RI:
Ini namanya pandemi.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Ya, Pak, betul.
Presiden RI:
Pandemi.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Alhamdulillah Pak, kita juga sering diingatin sama pembeli….
Presiden RI:
Oke.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
…selalu juga pakai masker.
Presiden RI:
Iya.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Alhamdulillah saya juga salah satu orang yang taat pakai masker….
Presiden RI:
Nggih.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Walaupun agak engap Pak, ya.
Presiden RI:
Iya.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Tapi alhamdulillah gitu, Pak.
Presiden RI:
Ya, semua orang penginnya kan, kembali ke normal, enggak pakai masker.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Iya, betul, Pak. Secepatnya malah kita pengin kembali normal banget, Pak.
Presiden RI:
Iya.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Kehidupan kita pengin layak lagi.
Presiden RI:
Nggih, terima kasih Pak Aman.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Iya, Bapak, terima kasih.
Presiden RI:
Terima kasih, terima kasih.
Pedagang Kaki Lima Cakwe dan Odading:
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Pak.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.
Yang (pedagang) rumahan tadi mana, ya? Siapa, ya? Pedagang rumahan? Oh, oh, ya, Ibu. Jualannya apa, Ibu?
Pedagang Rumahan Siomay:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.
Pedagang Rumahan Siomay:
Nama saya Titi, Pak. Saya jualan di rumahan, jualannya siomay.
Presiden RI:
Siomay?
Pedagang Rumahan Siomay:
Iya.
Presiden RI:
Oh, berapa itu satu gini, siomay?
Pedagang Rumahan Siomay:
Kalau di rumah mah, tergantung. Kan, yang belinya anak-anak kecil, Pak, paling dua ribu, kadang beli seribu, gitu.
Presiden RI:
Lho?
Pedagang Rumahan Siomay:
Jadi enggak, enggak kayak yang di siomay-siomay yang di jalan gitu.
Presiden RI:
Oh…
Pedagang Rumahan Siomay:
Tergantung…jadi kita jualnya, satu ini kan seribu, satu siomay atau….
Presiden RI:
Oh, per biji, gini?
Pedagang Rumahan Siomay:
He’eh, jadi ya tergantung pembelinya, dia minta berapa ya…kita layani.
Presiden RI:
Oh, separuh boleh? Jadi…sehari bisa omzet berapa?
Pedagang Rumahan Siomay:
Pertama sih, biasanya kita Rp200 ribu ya Pak, untuk full satu panci….
Presiden RI:
Rp200 ribu, ya….
Pedagang Rumahan Siomay:
Apalagi kalau masih baru kan, biasanya orang-orang rumah pada penasaran….
Presiden RI:
Ya, datang, ya.
Pedagang Rumahan Siomay:
Sudah pada tahu semua ya, sudah bosan, ya, menurun, menurun, apalagi kondisi sekarang, dapat Rp50 (ribu) saja sudah alhamdulillah.
Presiden RI:
Oh, Rp50 (ribu), oke, oke, oke. Akhirnya siomay saja, enggak ada jualan lain?
Pedagang Rumahan Siomay:
Angin-anginan, Pak. Kadang seblak, kadang…kalau minum-minuman sih, biasa untuk pelengkapnya kan, gitu.
Presiden RI:
Berapa itu modal untuk jualan siomay itu?
Pedagang Rumahan Siomay:
Ya, kalau lagi banyak sih, Rp200 (ribu), Pak.
Presiden RI:
Rp200 (ribu), Rp2,4 (juta) kebanyakan, dong?
Pedagang Rumahan Siomay:
Kan panjang, Pak.
Presiden RI:
Ya. Nggih, terima kasih.
Pedagang Rumahan Siomay:
Ya, terima kasih, Pak.
Presiden RI:
Terima kasih.
Pedagang Rumahan Siomay:
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullah.
Jadi, apa…yang paling penting apa…bantuan modal kerja yang kita berikan, betul-betul gunakan untuk hal-hal yang produktif yang berkaitan dengan usaha-usaha Bapak/Ibu semuanya. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.