Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK)

Rabu, 30 September 2020
Halaman Tengah Istana Merdeka, Jakarta

Presiden RI:

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Kabinet, Pak Kasetpres, Bapak/Ibu sekalian.

Pertama-tama, saya ingin menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Kita tahu semuanya, sekarang memang kondisinya tidak mudah. Kondisinya semuanya berada pada posisi yang sulit, baik itu yang…pengusaha yang gede, pengusaha yang di tengah/menengah, pengusaha yang kecil, atau pengusaha mikro, semuanya memang kondisinya sulit, tidak ada yang tidak, termasuk negara juga sama. Dan itu dialami tidak hanya oleh negara kita, Indonesia, tetapi 215 negara mengalami hal yang persis sama. Ya, itu artinya ini, pandemi ini, seluruh dunia. Dan kita juga wajib bersyukur ke hadirat Allah Swt. karena ya, ekonomi kita masih bergerak, pandemi juga terus kita tekan agar tidak naik dan, ya ini situasinya memang, sebuah situasi yang betul-betul harus kita hadapi sebagai ujian, sebagai cobaan dari Allah Swt. dan ya, kita ambil hikmahnya, dan moga-moga insyaallah nanti di akhir tahun atau awal tahun depan itu vaksinnya sudah bisa disuntikkan. Nah, kalau vaksin sudah mulai disuntikkan, artinya situasi akan kembali menuju pada normal kembali. Tapi, juga supaya Bapak/Ibu tahu, yang disuntik (vaksin) itu kurang lebih 170 juta sampai 180 juta (orang). Coba, butuh berapa bulan…juga ini memerlukan kerja keras kita semuanya.

Saya tahu, keadaan Bapak/Ibu semuanya…omzetnya pasti juga turun, keuntungan usahanya pasti juga turun, ya, Bu? Bapak juga sama? Ya, ya keadaannya seperti itu, memang semuanya, yang dulu mungkin omzetnya bisa satu juta (rupiah) sehari, sekarang tinggal Rp500 (ribu), yang dulu Rp500 (ribu) sekarang tinggal Rp300 (ribu) atau Rp200 (ribu), ya sama. Saya ke daerah juga sama. Kemarin saya di (Istana) Bogor juga, waktu menyampaikan Bantuan Modal Kerja (BMK) juga sama. Ini ada yang ini, usaha di rumah? Usaha rumahan, ada? Oh, banyak banget, ya. Yang (usaha di) pasar? (usaha) Di pasar enggak ada? Yang pedagang kaki lima, ada? Ada, ada, nggih. Kalau yang (pedagang) asongan, enggak ada? Yang banyak apa? Kelontong, enggak ada? Nggih.

Bapak coba, sebelumnya omzetnya berapa? Kemudian setelah Covid-19 ini, keuntungan menjadi berapa dan….

Pedagang Rumahan Siomai:
Siap Pak, nama saya Wardha, dari Cabangbungin, Bekasi.

Presiden RI:
Di mana?

Pedagang Rumahan Siomai:
Cabangbungin, Bekasi.

Presiden RI:
Bekasi?

Pedagang Rumahan Siomai:
Iya.

Presiden RI:
Oh, Bekasi, Oke.

Pedagang Rumahan Siomai:
Saya jualan di Angkasa I.

Presiden RI:
He’eh, he’eh, apa?

Pedagang Rumahan Siomai:
Jualan siomai, Pak.

Presiden RI:
Jualan apa?

Pedagang Rumahan Siomai:
Siomai.

Presiden RI:
Siomai. Siomai itu perlu modal berapa sih, kalau jualan?

Pedagang Rumahan Siomai:
Siomai, modal Rp500 (ribu), Pak.

Presiden RI:
Rp500 (ribu), oke. Terus, omzet sehari bisa berapa?

Pedagang Rumahan Siomai:
Ya, sekarang ini…ya cuma Rp200 (ribu), Pak.

Presiden RI:
Rp200 (ribu).

Pedagang Rumahan Siomai:
Iya.

Presiden RI:
Oke.

Pedagang Rumahan Siomai:
Sebelumnya dapat Rp500 (ribu)-Rp600 (ribu).

Presiden RI:
Keuntungan berapa itu?

Pedagang Rumahan Siomai:
Ya, kalau Rp200 (ribu), sudah enggak ada keuntungan, Pak.

Presiden RI:
Oke.

Pedagang Rumahan Siomai:
Masih jauh di bawah target.

Presiden RI:
Ya, enggak apa-apa. Sekarang Rp200 (ribu)-an….

Pedagang Rumahan Siomai:
Ya.

Presiden RI:
Ya itu masih, masih, masih, masih bagus. Karena (pengusaha) yang gede-gede kan tutup, yang (pengusaha) menengah tutup, banyak banget. Yang paling penting, jangan sampai Bapak/Ibu ini (usahanya) tutup. Harus bertahan sampai nanti keadaan kembali normal. Oleh sebab itu, jadi, kita berikan yang namanya Bantuan Modal Kerja (BMK) ini. Ini tadi sudah diberitahu, berapa isinya?

Pedagang Rumahan Siomai:
Enggak tahu, Pak.

Presiden RI:
Sudah?

Pedagang Rumahan Siomai:
Enggak tahu.

Presiden RI:
Belum?

Pedagang Rumahan Siomai:
Belum.

Presiden RI:
Jadi, Rp2,4 juta isinya, tolong dihitung nanti, jangan sampai ada yang kurang. Ya, Rp2,4 juta. Jadi kalau tadi butuh modalnya Rp500 ribu dapatnya Rp2,4 (juta) kebanyakan berarti.

Pedagang Rumahan Siomai:
|Iya.

Presiden RI:
Ya, sudah, silakan.

Pedagang Rumahan Siomai:
Buat sehari-hari, Pak.

Presiden RI:
Iya, terima kasih. Ibu dari mana? Kemudian jualan apa? Ini, ini.

Pedagang Rumahan Sayuran:
Jualan sayuran Pak, dari Kemayoran.

Presiden RI:
Sayur. Sayur di warung atau….

Pedagang Rumahan Sayuran:
Di kaki lima.

Presiden RI:
Di kaki lima. Di pasar mana, Bu?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Bukan di pasar, Pak, di rumah, dekat kontrakan.

Presiden RI:
Oh, di kampung?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Iya.

Presiden RI:
Oh, itu kalau jualan sayur itu modalnya berapa itu?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Ya, kalau baru nyampe, baru mulai, ya sampai Rp4 juta Pak, nyampe.

Presiden RI:
Rp4 juta?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Lengkap sih, Pak.

Presiden RI:
Iya?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Iya.

Presiden RI:
Oh, berarti gede, dong?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Lengkap, ada telur, ada minyak, ada….

Presiden RI:
Oh, komplet? Ya, boleh.

Pedagang Rumahan Sayuran:
Komplet semuanya, bawang….

Presiden RI:
Omzet berapa sekarang kalau jualan sehari berapa, Bu?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Ya, kalau lagi ramai, Rp2 juta sih, dapat. Kadang-kadang sekarang mah, paling sejuta, sejuta masih bagus.

Presiden RI:
Sejuta, ya, masih bagus, bisa, ya…semuanya, semuanya…dapat berapa pun, kita harus kerja keras dan harus kita syukuri. Ini kalau posisi pandemi seperti ini harus kerja lebih keras, tidak bisa tidak. Tapi yang…yang untuk suplai sayur dan telurnya itu masih normal, ya? Enggak ada masalah?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Ya, masih. Enggak ada masalah.

Presiden RI:
Enggak ada masalah, hanya pembelinya menurun?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Menurun.

Presiden RI:
Oh, nggih, sama semuanya, sama. Nggih, terima kasih Bu, terima kasih. Ibu (jualan) di mana, ya?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Di Kemayoran.

Presiden RI:
Kemayoran?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Iya.

Presiden RI:
Oh, Kemayoran sebelah mana?

Pedagang Rumahan Sayuran:
Itu Pak, batas…itu PRJ, di PRJ sana.

Presiden RI:
Oke, di sekitar situ, oke, tahu, tahu, nggih.

Pedagang Rumahan Sayuran:
Pademangan I.

Presiden RI:
Nggih, terima kasih, terima kasih.

Tadi ada yang…yang PKL ada tadi? Pedagang kaki lima enggak ada? Tadi ada, toh. Enggak ada? Yang pasar, enggak ada juga? Rumahan? Oh, rumahan, oke. Coba, Pak.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Nama saya Nahrowi Bapak, panggilan Ali. Kerja tinggal saya di Kalimalang, Cipinang Melayu, samping Universitas Borobudur Pak, lahan banjir.

Presiden RI:
Oh, di itu, tahu.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Ya, Bapak.

Presiden RI:
Apa jualannya?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
(usaha) Rumahan, saya jualan makanan sama minuman kopi dan teh.

Presiden RI:
Makanan itu apa tuh, maksudnya?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Makanan, kadang-kadang gorengan.

Presiden RI:
Oh, gorengan sama kopi?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Siap, siap, Bapak.

Presiden RI:
Omzet berapa sehari?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Omzet selama pandemi ini bangkrut Bapak, mohon izin.

Presiden RI:
Omzet, kok bangkrut itu biasanya berapa, sekarang berapa?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Biasanya, saya bisa (omzet) bersih itu Rp600 (ribu).

Presiden RI:
Rp600 (ribu).

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Karena di hampir setiap waktu sebelum korona itu, anak-anak driver (ojek) online itu suka mampir ke tempat saya.

Presiden RI:
Oh, oke…sekarang?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Gitu kan, kemudian dia suka beli kopi, suka beli teh, camilan.

Presiden RI:
Sekarang?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Sekarang sama sekali tidak. Jadi, karena tidak adanya mereka, otomatis bangkrut, Bapak.

Presiden RI:
Terus?

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Jadi, ya mungkin dengan bantuan ini, insyaallah saya akan coba merintis kembali.

Presiden RI:
Ya, jangan sampai ada yang (usahanya) tutup.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Siap, Bapak.

Presiden RI:
Oke, harus buka lagi, kerja keras lagi. Karena nanti begitu keadaan normal, jangan sampai ada yang mengisi yang lain gitu, lo. Bapak sudah pada kondisi normal, Bapak masih…usahanya masih, masih berjalan, sehingga keadaan normal itu kan, melompatnya lebih gampang. Tapi kalau (usahanya) sudah tutup, waduh, gitu untuk memulai lagi, tidak mudah. Karena mungkin akan diisi oleh kompetisi yang lain, pesaing yang lain. Jadi hati-hati, tidak di usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, usaha gede, semuanya akan kayak gitu. Jadi usahakan, agar tetap bertahan meskipun dengan omzet, dengan keuntungan yang jauh lebih kecil. Tapi harus terus bertahan dan moga-moga nanti, seperti tadi saya sampaikan, vaksinnya segera bisa disuntikkan.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Baik, Bapak.

Presiden RI:
Insyaallah (bulan) Desember, tapi kalau meleset-meleset ya, (bulan) Januari (2021), nggih.

Pedagang Rumahan Makanan dan Minuman:
Nggih, terima kasih, Bapak.

Presiden RI:
Terima kasih, terima kasih. Nggih.

Bapak/Ibu sekalian, saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya juga minta kepada lingkungan, kepada tetangga untuk diajak terus memakai masker, menjaga jarak seperti ini, karena ini adalah virus yang penularannya kadang-kadang tidak kita sangka dari mana, nggih. Itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sesi Kedua

Presiden RI:

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, Bapak Menteri Sekretaris Kabinet, Pak Kasetpres, Bapak/Ibu sekalian.

Pertama, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu di Istana. Saya tahu, kita semuanya sekarang ini pada posisi yang tidak mudah, pada posisi yang tidak gampang, pada posisi yang sulit. Itu terjadi, baik untuk usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, maupun usaha besar, semuanya. Keadaannya karena pandemi ini menjadi sulit, termasuk negara. Oleh sebab itu, saya mengajak kepada Bapak/Ibu semuanya untuk tetap bekerja keras, jangan menyerah, jangan sampai usaha Bapak/Ibu ada yang tutup, harus bertahan sekuat tenaga agar usaha yang ada itu, meskipun keuntungannya mungkin tinggal separuh atau tinggal seperempat, tapi harus tetap bertahan, harus survive.

Karena pandemi (Covid-19) ini tidak hanya negara kita yang kena, yang sulit bukan hanya negara kita, 215 negara mengalami hal yang sama, persis dengan yang kita alami dan banyak yang lebih parah dari kita. Dan, moga-moga ini nanti (bulan) Desember akhir tahun atau awal tahun (2021) nanti, vaksinnya sudah bisa disuntikkan. Insyallah nanti, kalau sudah, itu situasi akan mulai merangkak kembali normal, itu yang kita harapkan, secepat-cepatnya agar vaksin itu bisa segera disuntikkan. Ini masih proses dalam rangka persiapan-persiapan menuju ke situ.

Ini yang usahanya di rumah, ada? Usaha rumahan, ada? Entah toko, entah warung, oh, banyak, banyak. Oh, banyak. Kalau yang pedagang kaki lima, enggak ada? Oh, banyak juga, banyak. Kalau yang (pedagang) asongan, enggak ada? Yang (pedagang) keliling? Oh, yang (pedagang) keliling juga ada, oke, nggih. Saya sudah bertemu dengan banyak sekali di daerah. Di sini entah sudah berapa kali, di (Istana) Bogor sudah berapa kali. Ceritanya sama, “Pak, omzetnya biasanya satu juta (rupiah) sekarang tinggal Rp400 (ribu rupiah)”, “Pak, kalau pas normal, omzetnya Rp500 (ribu) sekarang tinggal Rp200 (ribu)” ya, semua sama. Yang paling penting, kita bekerja lebih keras, bertahan, sehingga pada keadaan normal, kita bisa langsung kembali lagi ke posisi semula atau lebih baik. Oleh sebab itu, kita memberikan Bantuan Modal Kerja yang Bapak/Ibu semuanya. sudah pegang. Isinya sudah diberi tahu tadi di sana? Oh, belum? Ya, isinya Rp2,4 juta, nggih, agar bisa dipakai untuk tambahan modal kerja.

Yang pedagang keliling tadi, coba? Ya, biasanya apa…dari mana, Bu? Omzetnya apa, jualannya apa, omzetnya per hari kalau normal berapa, sekarang berapa?

Pedagang Keliling Gorengan:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya dari Kepulauan Seribu, Pulau Lancang. Pedagang keliling sekarang paling dapat cuma Rp100 ribu.

Presiden RI:
Biasanya?

Pedagang Keliling Gorengan:
Kalau biasanya dapat Rp500 ribu sehari.

Presiden RI:
Wah, berarti seperlimanya.

Pedagang Keliling Gorengan:
Iya, Pak.

Presiden RI:
Tetap harus disyukuri lo, Bu, masih dapat Rp100 ribu.

Pedagang Keliling Gorengan:
Ya, kadang dapat, kadang enggak.

Presiden RI:
Ya, karena yang lain itu juga ada (usahanya) tutup. Jadi kalau masih ada omzet, ada keuntungan seperti itu, ya harus kita…harus kita syukuri. Karena memang ini sebuah cobaan, ujian, dari Allah Swt. tapi saya yakin juga ada hikmahnya nanti, untuk kebaikan kita, nggih.

Pedagang Keliling Gorengan:
Iya, amin, amin.

Presiden RI:
Ibu apa, jualan apa?

Pedagang Keliling Gorengan:
Jual gorengan.

Presiden RI:
Gorengan?

Pedagang Keliling Gorengan:
Iya.

Presiden RI:
Biasanya yang beli siapa?

Pedagang Keliling Gorengan:
Ya kan, biasanya jualannya di sekolahan….

Presiden RI:
He’eh.

Pedagang Keliling Gorengan:
Karena sekolahnya libur….

Presiden RI:
Terus?

Pedagang Keliling Gorengan:
Ya, sekarang keliling kampung.

Presiden RI:
Oh, keliling kampung juga ada yang (beli)…?

Pedagang Keliling Gorengan:
Alhamdulillah.

Presiden RI:
Nah, kan yang penting ada yang beli, gitu memang. Sekarang harus…ada ini, ada situasi ini, beloknya ke mana, ya harus cepat memang, segera membelokkan diri supaya tidak…usaha kita tidak tutup. Memang ini…memerlukan kecepatan dan ke mana ya, ke mana ya, memang harus seperti itu. Karena memang situasinya semua…sulit, nggih. Terus kalau…Covid-19 ini, yang di Pulau Seribu ada yang kena ndak, Bu?

Pedagang Keliling Gorengan:
Alhamdulillah, enggak ada yang kena.

Presiden RI:
Enggak ada, ya, itu patut disyukuri juga. Enggak ada…jadi masih…masih kondisinya hijau berarti di Kepulauan Seribu, nggih, terima kasih Bu, terima kasih.

Pedagang Keliling Gorengan:
Iya, Was’salamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Nggih, waalaikumsalam. Yang (pedagang) kaki lima, tadi? Coba, Pak, nggih.

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Saya, usaha saya, pedagang keliling dengan ketupat sayur Padang, Pak.

Presiden RI:
Apa?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Ketupat sayur Padang.

Presiden RI:
Ketupat sayur Padang?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya.

Presiden RI:
He’eh. Itu butuh modal berapa itu?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Kalau biasanya Pak, di atas Rp300 (ribu) lah, kira-kira lah.

Presiden RI:
Omzetnya?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Ya. Kalau sekarang sudah mencapai di bawah Rp100 (ribu).

Presiden RI:
Di bawah Rp100 (ribu)?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya, sehari-harinya.

Presiden RI:
Hmm.

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya.

Presiden RI:
Itu jualan dari jam berapa sampai jam berapa?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Saya salat subuh dulu, Pak, baru keliling, ke Pasar saya.

Presiden RI:
Oh….

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Ya, (daerah) Jakarta Selatan, Tanah Kusir itu.

Presiden RI:
Bakda subuh, langsung keliling?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya, langsung keliling.

Presiden RI:
Sampai jam berapa nanti?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Ya, pokoknya dari jam setengah dua belas kali, saya sudah di pasar lagi lah.

Presiden RI:
Oh….

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Setengah dua belas pulang, habis enggak habis, pulang.

Presiden RI:
Modalnya berapa itu kalau di….

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Ya…kalau modal, kita mah bikin sedikit, cuma enggak banyak-banyak. Paling kalau bikin banyak, banyak sisanya, enggak (habis) ini. Paling-paling modalnya sekitar Rp300 (ribu) lah kira-kira.

Presiden RI:
Rp300 (ribu)…nah, ini dapatnya Bantuan Modal Kerjanya Rp2,4 (juta), sisa banyak.

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya, alhamdulillah, iya.

Presiden RI:
Ya, sudah, terima kasih Pak, terima kasih.

Enggak, saya mau tanya dulu sebentar Pak, itu kalau…kalau menurut Bapak, Covid-19 itu apa, sih?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Apa?

Presiden RI:
Virus korona ini apa?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Kalau pendapat saya ini, secara pribadi Pak, iblis, Pak.

Presiden RI:
Ha?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iblis, setan.

Presiden RI:
Itu saja?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Iya, itu saja.

Presiden RI:
Iya. Bapak? Bapak tadi dari mana, ya?

Pedagang Keliling Ketupat Sayur Padang:
Saya dari Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Presiden RI:
Oh, Tanah Kusir, iya, terima kasih.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Nama saya Habib Muslichun, saya dari Jakarta Barat.

Presiden RI:
Jakarta Barat, nggih.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Iya, Taman Sari, Kelurahan Taman Sari.

Presiden RI:

Oh, Taman Sari.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Taman Sari, Jakarta Barat. Usaha saya, jualan makanan tradisional, Pak.

Presiden RI:
Apa biasanya?

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Pecel lontong sama mendoan, Pak.

Presiden RI:
Pecel lontong sama mendoan?

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Nggih, mendoan.

Presiden RI:
Hmmm, omzet berapa sehari?

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Kalau normal dulu ya, bisa sampai Rp1 juta.

Presiden RI:
Oh, tinggi banget.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Iya.

Presiden RI:
Kalau sehari Rp1 juta, sebulan Rp30 juta? Wah….

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Iya, iya, sekarang pandemi ya, separuhnya kurang Pak, kadang-kadang, Pak.

Presiden RI:
Separuhnya kurang, Rp400 (ribu)-Rp500 (ribu).

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Ya, Pak.

Presiden RI:
Ya, masih, masih…masih tinggi.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Mulai jualan dari dulunya habis zuhur, sekarang karena…karena Covid-19, kita jam buka, jam awal, jadi kita berusaha untuk makan siang, sudah bisa orang beli, gitu.

Presiden RI:
Oh, oh.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Tadinya…ini, kalau…waktunya saja yang nambah Pak, gitu.

Presiden RI:
Iya.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Kalau habis, ya alhamdulillah, tetap kita….

Presiden RI:
Habis….

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Habis jualannya. Cuma waktunya biasanya 5 jam jadi 7 jam lah, Pak, panjang.

Presiden RI:
Ya, memang perlu, posisi seperti ini perlu, lebih kerja keras, untuk bertahan ini harus lebih kerja keras, semuanya, kuncinya ke situ. Agar kita bisa bertahan dan survive menghadapi pandemi ini, nggih.

Kalau modal berapa sih, Pak kalau untuk membuka, gitu?

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Kalau modal awal cukup besar, Pak karena harus bikin gerobak terus peralatan….

Presiden RI:
Tapi kan gerobak kan, sudah punya?

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Kalau modal awal, gitu ya.

Presiden RI:
Oh, kalau modal….

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Kalau modal sudah jalan ya sekitar Rp500 (ribu) sudah bisa.

Presiden RI:
Rp500 (ribu).

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Rp1 juta sampai Rp500 (ribu) sudah bisa.

Presiden RI:
Ya, sisa lagi masih.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Alhamdulillah, Pak.

Presiden RI:
Iya, sudah. Jadi…tolong nanti dibuka, isinya Rp2,4 (juta), ya.

Pedagang Kaki Lima Pecel Lontong dan Mendoan:
Siap.

Presiden RI:
Rp2,4 juta. Sekali lagi, kita harapkan nanti dengan Bantuan Modal Kerja ini, nanti pada kondisi normal, Bapak/Ibu semuanya langsung bisa kembali normal. Bertahan, jangan sampai ada yang tutup, sudah. Saya titip itu saja kepada Bapak/Ibu semuanya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu semuanya. Saya sangat menghargai kerja keras kita semuanya agar ekonomi kembali normal, kesehatan (akibat) Covid-19 juga kembali normal seperti sedia kala, nggih.

Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.