Pengarahan Presiden Republik Indonesia Kepada Peserta Program Kegiatan Bersama Kejuangan (PKB Juang) Tahun Anggaran 2020

Selasa, 28 Juli 2020
Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati, Pak Menteri Sekretaris Negara;
Yang saya hormati, Panglima TNI, Kapolri, Dansesko TNI, Kasespim Lemdiklat Polri, para Perwira Siswa Sesko TNI, Sesko Angkatan, beserta Sespimti dan Sespimmen Polri yang saya hormati dan yang saya banggakan;
Bapak/Ibu Hadirin yang berbahagia.

Kita tahu, saat ini kita sedang menghadapi sebuah masa yang sangat sulit, sangat tidak mudah, krisis kesehatan sekaligus krisis ekonomi. Dan melanda tidak hanya negara kita, Indonesia, tetapi hampir semua negara, 215 negara mengalami hal yang sama seperti kita. Yang kecil sulit, yang tengah juga sulit, yang gede juga sulit, sesuatu yang tidak mudah, sesuatu yang tidak mudah.  

Empat bulan yang lalu, Managing Director-nya IMF (International Monetary Fund), Ibu Kristalina menyampaikan kepada saya bahwa pertumbuhan ekonomi global akan berada di minus 2,5 (persen). Sebulan setelah itu, Bank Dunia juga menyampaikan kepada kita bahwa ekonomi global, pertumbuhannya akan berada pada posisi minus 5, minus 5 persen padahal sebelumnya masih minus 2,5 persen. Pada keadaan normal, posisinya adalah 3 (persen) sampai 3,5 (persen). Tetapi tiga minggu yang lalu, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menyampaikan bahwa ekonomi global akan terkontraksi dan berada pada minus 6 persen sampai minus 7,6 persen, tahun 2020. Saya enggak tahu apakah ini akan bergerak lebih buruk lagi karena memang situasinya sangat dinamis sekali.

Begitu juga dengan prediksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara, juga berubah-ubah. Pertama, Managing Director-nya IMF mengatakan kepada kita, Indonesia berada di tiga besar (negara) yang paling baik (pertumbuhan ekonominya). Tiga besar ini adalah Cina akan tumbuh, masih tumbuh 1,9 persen, plus. India akan tumbuh tahun ini, perkiraan mereka, prediksi mereka, 1,2 persen, plus. Dan Indonesia berada di angka 0,5 persen, plus. Tetapi dengan perubahan-perubahan yang semakin buruk tadi, kita juga belum mendapatkan angka-angka yang paling akhir, berapa posisi negara kita, pertumbuhan ekonominya di tahun 2020. Tetapi ini yang perlu saya sampaikan mengenai prediksi kontraksi ekonomi di negara-negara di luar Indonesia. Prancis misalnya, diperkirakan akan tumbuh minus 17,2 (persen), minus 17,2 (persen). Inggris diperkirakan akan minus 15,4 (persen). Jerman diperkirakan akan minus 11,2 (persen). Amerika diperkirakan akan minus 9,7 (persen) dan negara-negara lain posisinya sama, minus, minus, minus.

Apa yang ingin saya sampaikan dengan kondisi yang ada? Hati-hati, ini sudah mengimbas kepada geopolitik global. Ini semuanya harus tahu, Laut Cina Selatan sudah mulai memanas, Cina-Amerika semakin memanas. Oleh sebab itu, kita harus mengambil momentum, mengambil manfaat dari pandemi yang terjadi sekarang ini. Tentu saja kita akan terus berjuang menyelesaikan masalah Covid-19 dan juga masalah ekonomi yang terjadi di negara kita. Tetapi momentum ini harus kita ambil, momentum ini harus kita ambil. Sudah sering saya katakan bahwa kita perlu cara-cara kerja baru. Kita perlu budaya baru dalam bekerja yang lebih cepat. Kita juga harus berani melakukan shortcut, terobosan, pemotongan-pemotongan sehingga cara kerja kita tidak bertele-tele dan lamban. Karena juga berkali-kali saya sampaikan bahwa bukan negara besar mengalahkan negara kecil, kalau itu yang lalu iya, seperti itu, negara besar mengalahkan negara yang kecil. Tetapi yang sekarang dan yang akan datang, negara cepatlah yang akan mengalahkan negara yang lambat. Artinya, yang cepat yang akan menang.

Nah, di sinilah justru letak permasalahan tata kelola pemerintah kita yang semuanya memang harus kita ubah semuanya. Terlalu banyak peraturan yang membelenggu kita sendiri, yang membuat kita sendiri kemudian membelenggu kita sendiri. Terlalu banyak prosedur, terlalu banyak tahapan-tahapan padahal sebetulnya kita bisa langsung. Terlalu banyak birokrasi. Sekali lagi, yang terjebak oleh aturan yang kita buat sendiri. Inilah saya kira pekerjaan besar kita ke depan termasuk di TNI dan Polri. Dan Saudara-Saudara berada…, nantinya akan berada di depan karena akan menjadi pimpinan-pimpinan di TNI dan Polri.

Oleh sebab itu, saya mengajak, saya minta kepada Saudara-Saudara para peserta Sesko, Sespimti, dan Sespimmen, untuk berani ke depan memberikan nuansa baru yang berbeda. Memberikan pemikiran-pemikiran baru yang berbeda. Menuntun dan menemukan cara-cara baru yang lebih cepat. Memacu anak buah kita untuk menempuh jalan yang lebih cepat, yang shortcut, yang smart-shortcut, yang goal-oriented/orientasi selalu hasil, yang hasilnya bisa kita lihat dan bisa kita kalkulasi. Tentu saja dalam kondisi normal pun, cara kerja kita tetap harus berorientasi pada hasil, harus cepat, harus efisien. Karena sekali lagi, ke depan, negara yang cepatlah yang akan memenangkan kompetisi-kompetisi yang ada. Apalagi kita berada dalam situasi yang sulit, situasi krisis, baik krisis kesehatan maupun krisis ekonomi. Lha ini harus suasana seperti ini, kita harus berani mengubah channel, dari channel ordinary yang biasa-biasa saja ke channel yang extraordinary, yang channel yang luar biasa baik itu kecepatan maupun cara-cara kerja kita.

Dari channel yang rumit-rumit, cara-cara yang rumit, masuk kepada cara-cara yang cepat, cara-cara yang sederhana. Dari yang SOP normal kepada SOP yang shortcut. Enggak bisa kita bekerja dengan cara-cara biasa. Dan ini, kalau kita bisa mengubah ke channel yang tadi saya sampaikan, kalau diteruskan kepada posisi yang normal, inilah yang namanya kecepatan dan inilah yang akan memenangkan kompetisi kita dengan negara-negara lain karena kita memiliki kecepatan.

Oleh sebab itu, saya juga mengajak kepada para peserta Sesko TNI, Sesko Angkatan, Sespimti, Sespimmen Polri, untuk mengawal beberapa agenda yang mendesak dan sekaligus penting untuk negara ini, mengawal perubahan cara-cara kerja baru. Tadi juga sudah saya sampaikan, cara kerja yang rumit dan lambat menjadi cara kerja yang cepat. Dari regulasi dan peraturan-peraturan yang rumit menjadi peraturan-peraturan…, membuat peraturan-peraturan yang sesedikit mungkin dan sesederhana mungkin. Dari SOP yang berbelit-belit kepada SOP yang mudah dan cepat. Sekali lagi, kalau cara-cara ini bisa kita lakukan, saya meyakini, kita akan bisa melewati masa yang sulit ini, masa yang tidak mudah ini. Kemudian kita akan masuk kepada sebuah budaya baru kerja di dalam situasi yang normal yang kita harapkan nantinya tahun depan, kita sudah berada pada posisi pulih ekonomi, vaksinnya sudah ketemu, dan bisa dilaksanakan vaksinasi secara massal kepada seluruh rakyat di negara kita.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saudara-saudara adalah wajah negara kita di mata rakyat, dan saya juga berharap Saudara-saudara adalah wajah dari pemerintah kita di mata rakyat dan selamat bertugas.

Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.