Pengarahan Presiden Republik Indonesia kepada Peserta Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2024
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati, Wakil Ketua MPR RI;
Yang saya hormati, Pimpinan DPR RI yang hadir;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Pak Menko Polhukam, Pak Menhan, Kepala Staf Kepresidenan;
Yang saya hormati, Panglima TNI dan Kapolri, beserta seluruh Kepala Staf Angkatan;
Para Peserta Rapim TNI-Polri yang saya hormati;
Bapak-Ibu, hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran TNI dan Polri yang telah menjamin keamanan, yang telah menjamin ketertiban selama pelaksanaan Pemilu, sehingga pemungutan suara dan penghitungan suara berlangsung dengan aman dan damai. Walaupun, walaupun saya tahu ada sedikit dinamika dan riak-riak kecil, itu biasa dan wajar dalam kita berdemokrasi, perbedaan pendapat, perbedaan pilihan, itu juga sangat wajar dalam demokrasi. Namun, perlu juga saya ingatkan masih ada beberapa tahapan Pemilu sampai Oktober nanti, yang perlu langkah-langkah pro aktif untuk menetralisir residu-residu politik untuk memitigasi disinformasi-disinformasi Pemilu serta menjaga kerukunan, menjaga persatuan kita sebagai sebuah bangsa dan negara.
Jajaran TNI-Polri yang saya banggakan, yang saya cintai,
Tantangan yang kita hadapi sekarang ini bukan tantangan-tantangan yang mudah, bukan hanya tantangan di dalam negeri, bukan hanya tantangan di domestik, tetapi justru yang paling berat adalah eksternal, tantangan global yang sangat rumit juga bisa berdampak signifikan pada situasi ekonomi dan situasi sosial di dalam negeri.
Kita tahu ketidakpastian ekonomi masih belum jelas, masih belum pasti. Geopolitik dunia juga sulit di hitung, sulit di kalkulasi, lanskap ekonomi, lanskap politik dunia juga sulit di kalkulasi (dan) sulit di hitung.
Kita tahu konflik di Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia. Kita tahu kalau dulu banyak yang menawarkan kepada kita, misalnya beras, hampir semua negara produsen beras menawarkan berasnya kepada kita, sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen itu juga tidak gampang dan tidak mudah karena semuanya sekarang ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum maupun beras akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan gangguan rantai pasok.
Dan, sudah banyak negara yang masuk dalam jurang resesi. Terakhir kita tahu Inggris sudah masuk resesi, Jepang sudah masuk ke resesi dan probabilitas resesi sudah melanda negara-negara besar. Sebagai contoh, Jerman sudah yang di angka 72 persen, kemungkinan bisa masuk ke resesi. Uni Eropa juga sudah di angka 60 persen, Amerika di angka 40 persen. Dan kita, patut kita syukuri probabilitas Indonesia masih di angka 1,5 persen, ini yang harus terus kita jaga.
Di tambah lagi penggunaan fiskal dalam perang, hati-hati, karena Ukraina, karena Yaman – Houthi itu menyebabkan penggunaan fiskal dalam perang meningkat sangat tajam. Seperti embargo, stripsi, dan saat ini kalau dulu negara-negara itu keterbukaan-keterbukaan-keterbukaan-keterbukaan, sekarang semua negara melakukan proteksionis, menjadi negara proteksionis. Saat ini ada 1.348 kebijakan proteksionis yang dilakukan oleh negara-negara utamanya memang urusan pangan. Ini naik 3 kali lipat, artinya naik 300 persen di banding tahun 2014, dan ini akan terus meningkat.
Dan patut kita syukuri, alhamdulillah, di tengah krisis dunia yang bertubi-tubi ketidakpastian ekonomi, yang sulit di kalkulasi perekonomian kita cukup kokoh dan kalau di G20 masuk ke tiga besar ekonomi yang kondisi growth dan pertumbuhan ekonomimya baik.
Kita tahu ekonomi kita di tahun 2023 tumbuh 5,05 persen. Inflasi terkendali di angka 2,57 persen. Kemiskinan turun di angka 9,36 persen, pengangguran turun di angka 5,32 persen, dan gini ratio ketimpangan juga turun di angka 0,388 persen. Meskipun, kalau lihat angka-angka baik saya terus menyampaikan tetap kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada, karena ke depan kompetisi global itu semakin kompleks, semakin tidak jelas arahnya kemana.
Dalam pertemuan-pertuman baik G20, G7, ASEAN, semuanya, kalau kita bicara ketidakjelasan ekonomi dan geopolitik yang menyebabkan ketidakpastian.
Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologi dalam perang konvensional, perang cyber akan semakin meningkat. Sebab itu, TNI-Polri harus berani masuk ke hal-hal yang berkaitan dengan teknologi. Pesawat tempur perlu? Iya. Tank perlu? Iya. Tetapi, hati-hati juga dengan drone.
Saya ingat di tahun 2020 bulan Januari, ada penggunaan drone yang saya kaget karena begitu sangat presisi dan begitu sangat akurat mengejar siapa yang diingankan. Saat itu Mayjen Sulaiman ini komandan coach dari pengawal besar revolusi Iran, tertembak dari drone yang dipersenjatai. Akurat, karena memakai fish recognition, akhirnya tertembak. Dan, yang kita kaget itu terjadi di walayah Irak tetapi drone-nya konon dikendalikan dari Qatar, markas Amerika Serikat di Qatar.
Ini hal-hal yang harus kita ikuti, kita amati, bagaimana perkembangan teknologi itu bisa merubah dari perang yang konvensional ke perang-perang yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Oleh sebab itu, penguasaan IPTEK jelas akan semakin dibutuhkan. TNI-Polri harus menjadi pembelajar yang aktif, pembelajar yang adaptif. TNI-Polri juga harus mampu melakukan deteksi dini, mengambil langkah antisipasi, memperkuat profesionalisme dan layanan terhadap masyarakat, memperkuat nilai-nilai TNI prima – Polri yang presisi, serta kemanunggalan dengan rakyat.
Sinergi TNI dan Polri sangat mutlak diperlukan, sinergi horizontal antar kesatuan, sinergi vertikal dari atas sampai bawah, hilangkan yang namanya ego sektoral, hilangkan sekat dan pandangan-pandangan sempit, semuanya harus untuk bangsa dan negara.
TNI-Polri harus menjadi bagian penting untuk menyongsong Indonesia emas 2045, karena kita berpeluang besar untuk menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap. Dan, momentumnya adalah 15 tahun kedepan saat kita menikmati yang namanya bonus demografi. Biasanya dalam sebuah peradaban negara yang namanya bonus demografi, peluang seperti ini hanya muncul sekali. Negara-negara di Amerika Latin tahun 50 (1950-an), tahun 60 (1960-an), tahun 70 (1970-an) sudah menjadi negara berkembang saat itu, sudah menjadi negara berkembang, tetapi sampai saat ini mereka tetap menjadi negara berkembang karena tidak mampu melakukan terobosan, tidak mampu melompat untuk menjadi negara maju. Ini hal-hal seperti ini yang juga harus kita amati dan kita pelajari supaya kita tidak terjebak pada middle income trap.
Ada peluang tetapi juga tantangannya tidak kecil, sehingga semua kebijakan-kebijakan harus hati-hati, pembangunan harus dilakukan berkelanjutan, harus dijalankan secara konsisten, ini yang penting, dan harus di kawal dengan detail dan teliti.
Terakhir dalam kesempatan yang baik ini, dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan penganugerahan kenaikan pangkat secara istimewa berupa Jenderal TNI Kehormatan kepada Bapak Prabowo Subianto.
Penganugerahan ini adalah bentuk penghargaan sekaligus peneguhan untuk berbakti sepenuhnya kepada rakyat, kepada bangsa, dan kepada negara. Saya ucapkan selamat kepada Bapak Jenderal Prabowo Subianto.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.