Pengarahan Presiden Republik Indonesia Pada Apel Kepala Kesatuan Wilayah (Kasatwil) Tahun 2021

Jumat, 3 Desember 2021
Candi Ballroom, Hotel The Apurva Kempinski Bali, Kabupaten Badung, Provinsi Bali

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju. Hadir bersama saya Menko Marinves, Pak Mensesneg;
Yang saya hormati, Panglima TNI beserta jajaran;
Yang saya hormati, Kapolri beserta seluruh pejabat utama Mabes Polri, Wakapolri;
Yang saya hormati, para Kapolda, para Kapolres, para Kapoltabes, Kapolrestabes, dan Kapolresta yanghadir secara fisik maupun virtual;

Bapak/Ibu Hadirin dan Undangan yang berbahagia.
Efek pandemi larinya ke mana-mana dan pada suatu titik bisa larinya ke keamanan, ke ketertiban masyarakat kalau kita tidak bisa mengendalikan yang namanya Covid-19.

Pandemi juga berefek kepada langkanya energi di beberapa negara, sudah terjadi.  Pandemi juga berefek pada langkanya kontainer. Hati-hati, langkanya kontainer artinya distribusi barang ke sebuah negara, ke sebuah pulau, ke sebuah kota, ke sebuah provinsi bisa terganggu. Jangan dianggap remeh hal-hal seperti ini.

Pandemi juga berdampak pada inflasi yang naik. Yang artinya apa? Masyarakat membeli sesuatu yang biasanya 10 menjadi 15, yang biasa 10 menjadi 12, menjadi mahal. Hati-hati juga urusan inflasi. Jajaran Polri harus juga tahu mengenai ini.

Pandemi juga berdampak pada yang namanya kenaikan harga produsen. Artinya, biaya produksi di pabrik, di manufaktur, di industri naik. Kelihatannya enggak berdampak apa-apa kenaikan biaya produsen. Hati-hati, kalau harga produsen naik, artinya nanti larinya juga harga di konsumen juga akan naik. Masyarakat menjadi berat untuk membeli sesuatu. Dampak pandemi ini ke mana-mana, ke mana-mana. Dan kita, alhamdulillah, perkembangan Covid-19 Indonesia yang dulu kita pontang-panting di pertengahan Juli sampai 56 ribu kasus harian kita.

Dan pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran Polri dan jajaran TNI yang betul-betul saya lihat pelaksanaan di lapangan mati-matian, karena juga takut dicopot kalau tidak bisa mengendalikan di provinsinya, di kotanya, di kabupatennya. Saya sudah titip kepada Kapolri, “Hati-hati Kapoldamu, kalau kira-kira ini naik terus,  saya besok akan perintah untuk diganti.” Ternyata turun, turun, turun, turun. Artinya, semua takut dicopot.

Dari tadi 56 ribu (kasus harian) turun menjadi…kemarin 311 (kasus harian), 56 ribu turun anjlok menjadi 311 kasus harian kita. Ini sebuah capaian yang luar biasa. Dan tidak semua negara mengalami ini. Yang di level 1 sekarang ini (adalah) Indonesia, China, India, Jepang, Taiwan.

Ini negara besar sekali, gede banget, tapi bisa mengendalikan itu. Itu yang kita harus benar-benar bersyukur. Tapi ancaman ini belum selesai. Kita boleh bersyukur. Kita boleh berbangga. Tapi tetap, harus waspada. Hati-hati yang namanya sekarang ini amcaman gelombang keempat varian omicron, hati-hati. Tadi pagi saya sudah dapat kabar, (varian Omicron) sudah sampai ke Singapura.

Utamanya Polda-Polda yang berkaitan dengan perbatasan dengan negara-negara lain, karena yang membawa bisa orang-orang asing, bule-bule, tapi juga dari warga negara kita sendiri, utamanya tenaga kerja kita yang dari luar waktu masuk kembali pulang kampung. Hati-hati ini, karena Omicron ini sudah masuk ke 29 negara. Penularannya, karena semuanya masih dalam proses studi, lebih menular dari varian Delta.

Ingat, varian Delta itu menyebar di Indonesia hanya dalam waktu 2-3 minggu, semua langsung kena. Ini lebih cepat, meskipun belum final, tapi perkiraan lima kali lipat lebih cepat. Dan kemungkinan besar juga escape immunity, artinya dia bisa masuk ke sela-sela antibodi kita yang sudah imun, dia bisa menerobos. Hati-hati ini, hati-hati, karena efeknya bisa kemana-mana, ke ekonomi, seperti yang tadi saya sampaikan.

Jadi, protokol kesehatan terus disampaikan kepada masyarakat, karena yang namanya pandemi ini bisa berefek dan sudah terjadi di beberapa negara. Ke ekonomi, jatuh. Ekonomi jatuh bisa berimbas kepada politik. Hati-hati, hati-hati.

Tapi yang di Afrika Selatan kemarin, kita melihat, kita pelajari, 87 persen yang dirawat itu memang belum divaksin. Ini yang di Afrika Selatan, karena dia ditemukan pertama di situ. Dan 70 persen yang kena (adalah) anak di bawah empat tahun. Dan sebagian besar yang meninggal berusia di atas 60 tahun, ini Omicron. Studi sementara seperti itu.

Oleh sebab itu, saya minta ini sekali lagi, kepada Kapolri dan seluruh jajaran, Pak Panglima TNI beserta seluruh jajaran, vaksinasi ini segera kita selesaikan secepat-cepatnya. Artinya, terus digencarkan, terus. Sampai hari ini yang sudah divaksin, sudah 240 juta dosis. Dosis pertama 67,8 persen, dosis kedua 46,9 persen. Masih jauh dari Keinginan kita untuk masuk ke dosis 1-2 itu sudah ke 70 persen. Ini  masih butuh kerja keras.

Dan provinsi-provinsi mana yang masih harus digencarkan, ada 15 provinsi yang masih dibawah 60 (persen): Sumsel, Sumbar, NTT, Kalbar, Kalsel, Riau, Sulbar, Sulsel, Maluku Utara, Sulteng, Papua Barat, Maluku, Sultra, Aceh, Papua. Utamanya lansia.

Yang kedua, juga saya minta, testing dan tracing ini terus diperkuat, sehingga ketemu segera diisolasi, ketemu segera dikarantina.

Hati-hati 17 kabupaten/kota di delapan provinsi yang mengalami tren naik selama dua-tiga minggu terakhir ini. Naik sedikit saja, segera antisipasi walaupun masih dalam hitungan puluhan per minggu, tetapi tetap harus segera diantisipasi. Karena larinya ini nanti bisa, tadi, ke keamanan, bisa ke politik, bisa ke ketertiban masyarakat semuanya.

Dan pengalaman kita selama satu setengah tahun ini, dalam menggarap lapangan, strategi berubah-ubah, dulu awal masih daerah melaksanakan sendiri PSBB, berubah kita menjadi PPKM mikro, berubah ke PPKM darurat, berubah lagi menjadi PPKM level satu sampai  level empat. Banyak yang bertanya, ini kok pemerintah ini kayak bingung, berubah-ubah.  Lha wong penyakitnya, virusnya juga berubah-ubah kok, bermutasi, berubah-ubah. Kalau kita tetap ya ditinggal sama virusnya kita.

Kenapa kita berubah strategi lapangan? Ya karena virusnya ini bermutasi, berubah-ubah. Dipakai cara ini enggak bisa, dipakai cara ini enggak bisa, selalu berubah.

Kemudian masuk ke ekonomi. Ekonomi kita, alhamdulillah mulai kelihatan naiknya. Kita ingat di 2020, ekonomi kita minus 2,19 (persen) di kuartal keempat.

Kemudian di kuartal pertama 2021, kita sudah minus 0,74 persen. Artinya ada perbaikan perbaikan. Di kuartal kedua, sebetulnya kita sudah melompat ke 7,07 persen, lompatan yang sangat (baik) karena memang mobilitas juga naik. Tetapi karena kena (varian) Delta, di bulan Juli kita lakukan PPKM Darurat, anjlok lagi di kuartal ketiga, menjadi 3,51 persen.

Kita harapkan, di kuartal keempat ini, hitungan kita antara 4,5 persen sampai 5,5 persen. Itu yang kita harapkan bisa tercapai. Kalau pengendaliannya masih seperti ini, nah di 2022 inilah, kebangkitan ekonomi akan kelihatan asalkan kondisi, situasi seperti yang kita hadapi sekarang ini.

Dan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Tahun ini target(nya) Rp900 triliun. Tahun 2022 target(nya) Rp1.200 triliun. Saya hanya ingin titip (kepada) jajaran Polri dari pusat sampai ke daerah: kawal dan jaga betul yang namanya investasi karena “kunci” kita di sini, bukan di APBN.

Supaya tahu, APBN itu hanya mempengaruhi kurang lebih 15 persen sampai 18 persen dari pertumbuhan ekonomi yang kita miliki. Jangan keliru. Artinya apa? (Sebanyak) 85 persen perputaran uang, pertumbuhan ekonomi itu ada di swasta dan BUMN. Jadi, kalau ada yang mengganggu-ganggu di daerah (terhadap) urusan investasi, kawal dan dampingi agar setiap investasi itu betul-betul bisa direalisasikan, karena kunci dan penggerak ekonomi kita ada di situ.

Dan sekarang ini alhamdulillah, ini dari yang tahun 2002, investasi itu hanya di Jawa. Di luar Jawa sudah lebih besar. Di Jawa itu 48 persen, di luar Jawa sudah 51,7 persen. Sudah lebih banyak di luar Jawa, artinya ini bagus, pergeseran ini bagus. Dulu lebih dari 68 persen itu ada di Jawa, ini bagus.

Jaga, sekali lagi jaga yang namanya investasi ini. Investasi yang sudah ada, investasi yang baru berproses, maupun investasi yang baru datang, jaga. Dan saya sudah titip juga ke Kapolri, (terhadap) Kapolda yang tidak bisa menjaga, sama, diperingatkan. Kalau memang sulit, enggak bisa mengawal, enggak bisa menyelesaikan yang berkaitan dengan agenda besar negara kita, ya maaf. Saya memang enggak bisa ngomong keras. Tapi enggak bisa, dia (akan) diganti.

Agenda yang kedua, yang juga perlu kita kawal, yaitu Presidensi G20. Ini adalah wajah Indonesia, dan kita adalah negara berkembang pertama yang menjadi Ketua G20.

Ingat bahwa G20 ini adalah negara-negara dengan PDB besar, negara-negara dengan GDP (gross domestic product) yang gede yang ada di dunia ini, pendapatan domestik bruto yang gede. Amerika ada di situ, China ada di situ, Rusia ada di situ, Prancis ada di situ, Jerman ada di situ, Italia ada di situ, Inggris ada di situ, Brazil ada di situ, Australia ada di situ, negara-negara gede semuanya. Arab Saudi ada di situ, Korea (dan) Jepang ada ada di situ.

Kita sudah berada di dalamnya, sehingga harus menjaga betul-betul kehormatan dan kepercayaan yang diberikan kepada negara kita, Indonesia, sehingga sekali lagi harus kita jaga betul. Jangan sampai ada letupan sekecil apa pun yang berkaitan dengan Keketuaan kita di G20. Dan kemarin sudah dimulai karena ada 150 meeting di dalam kegiatan G20 ini, meetingmeeting besar.

Kemudian yang ketiga, yang berkaitan dengan kepuasan publik terhadap bidang hukum, supaya kita tahu, 2019, 2020 naik. Tapi masuk ke 2021, turun sedikit. Hati-hati.

Penegakan hukum harus tanpa pandang bulu. Ini dilihat masyarakat lho. Masyarakat itu menilai, dan persepsi kepuasan publik itu tercermin dalam setiap survei. Artinya, yang sering saya sampaikan, ya memang ketegasan harus. (Bidik) siapa pun yang terbukti melakukan tindakan kejahatan terhadap negara juga masyarakat.

Hati-hati terhadap yang namanya indeks kebebasan berpendapat. (Ini) turun karena, ini persepsi lagi, dilihat oleh masyarakat, sekali lagi ini persepsi: sedikit-sedikit, ditangkap. Oleh sebab itu, pendekatan harus persuasif dan dialogis, (menggunakan) persuasi dan dialog.

Contoh kecil-kecil saja, mural dihapus. Saya tahu, enggak mungkin itu perintahnya Kapolri, enggak mungkin. Perintahnya Kapolda? Juga enggak mungkin. Perintahnya Kapolres? Juga enggak mungkin. Itu sebetulnya urusan di Polsek, yang saya cek di lapangan. Tapi nyatanya dihapus. Oleh sebab itu, beri tahu Kapolsek-Kapolsek, sampai Kapolsek diberi tahu. Itu urusan kecil.

Saya datang ke sebuah daerah, ada mural dihapus, (jadi) ramai. “Bapak Presiden, ini kan urusan mural.” Urusan mural saja, ngapain sih? Wong saya dihina, saya dimaki-maki, difitnah, sudah biasa. Ada mural saja takut. Ngapain?

Baca ini hati-hati, ini kebebasan berpendapat. Tapi kalau menyebabkan ketertiban masyarakat di daerah menjadi terganggu, beda soal. Saya mengapresiasi, dibalik oleh Kapolri, membuat lomba mural, dan saya kira hasilnya positif.

(Yang) kritik, dipanggil. Mengkritik, dipanggil. Kalau mengganggu ketertiban, ya silakan. Tapi kalau enggak (mengganggu), jangan (dipanggil) karena kita sudah menyatakan ini negara demokrasi. Hormati kebebasan berpendapat, dan serap aspirasinya.

Tapi ketegasan itu juga jangan hilang dari Polri, kewibawaan juga jangan hilang dari Polri. Saya kadang-kadang, saya sudah lama sekali ingin menyampaikan, ada Kapolda baru, ada Kapolres baru, malah datang kepada sesepuhnya ormas yang sering membuat keributan. Benar ini.

Saya tanya kepada Kapolres, “Kenapa Bapak melakukan ini?” “Supaya kotanya kondusif.” Tapi apakah cara itu betul? Hati-hati, jangan menggadaikan kewibawaan dengan sowan kepada pelanggar hukum. Hanya ini saya lihat. Saudara-saudara harus memiliki kewibawaan, Polri harus memiliki kewibawaan.

Yang kedua, yang saya ingin titip juga, lindungi dan bantu yang lemah, yang biasanya terpinggirkan dalam hukum. Hati-hati urusan pedagang kecil. Lindungi. Saya kalau membaca itu betul-betul, itu menjadi sebuah persepsi lho, hati-hati lho ya. Kecil-kecil, seperti itu kecil-kecil, itu mungkin bukan urusannya Kapolres, (melainkan urusannya) Kapolsek, tapi hati-hati, tetep tanggung jawabnya Kapolres, tetep tanggung jawabnya Kapolda urusan kecil-kecil seperti ini. Apalagi kalau sudah dicap diskriminasi terhadap yang lemah, hati-hati, hati-hati.

Terakhir, posisi Polri sekarang ini pada posisi tiga besar yang dipercaya oleh masyarakat. Jadi, titipan saya itu. Hati-hati, dipercaya itu tidak mudah. Yang kecil-kecil itu diperhatikan. Angka 80 persen itu angka yang sangat besar sekali, survei baru tiga hari yang lalu saya terima. Hati-hati, kepercayaan ini hati-hati. Tinggi sekali, naiknya tinggi sekali, tapi hati-hati (terhadap) hal-hal yang tadi saya sampaikan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih.

Saya tutup.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.