Pengarahan Presiden Republik Indonesia Untuk Penanganan Covid-19 Terintegrasi Di Provinsi Jawa Tengah, Dilanjutkan Dialog Presiden Republik Indonesia Dengan Peserta Melalui Telekonferensi

Selasa, 30 Juni 2020
Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Jawa Tengah

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Gubernur Jawa Tengah, Pak Wagub, beserta seluruh bupati dan wali kota, serta Gugus Tugas, seluruh rumah sakit, jajaran dokter, perawat, tenaga medis, seluruh relawan, dan juga jajaran Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) utamanya dari TNI dan Polri yang telah bekerja keras, penuh dedikasi dalam mengendalikan Covid ini.

Kita tahu ancaman Covid belum berakhir, ancamannya masih tinggi, kondisinya juga masih berubah-ubah, masih sangat dinamis. Oleh sebab itu, kita harus menjaga jangan sampai muncul gelombang kedua, jangan sampai muncul second wave. Saya titip, kita…, yang kita hadapi ini adalah bukan hanya urusan krisis kesehatan tetapi juga masalah ekonomi, krisis ekonomi. Karena kalau kita lihat sekarang ini, yang namanya demand terganggu, supply terganggu, produksi terganggu. Pada kuartal yang pertama, (diprediksikan) kita bisa tumbuh, masih tumbuh, keadaan normal kita (tumbuh) di atas 5 (persen). Tapi kuartal pertama kita tumbuh 2,97 (persen), masih bisa tumbuh 2,97 (persen). Tetapi di kuartal kedua, kita sangat khawatir bahwa kita sudah berada di posisi minus (-), pertumbuhan ekonomi kita. Inilah yang harus hati-hati mengelola, memanajemeni krisis ini agar urusan kesehatan dan ekonomi ini bisa berjalan beriringan.

Jadi saya harapkan, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, gas dan remnya itu betul-betul diatur. Jangan sampai melonggarkan tanpa sebuah kendali rem sehingga mungkin ekonominya bagus tapi Covid-nya juga naik, bukan itu yang kita inginkan. Covid-nya terkendali tapi ekonominya juga tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat. Tapi ini bukan barang yang mudah. Semua negara mengalami dan kontraksi ekonomi, terakhir yang saya terima, misalnya, dunia diperkirakan di tahun 2020 akan terkontraksi minus 6 (persen) sampai minus 7,6 (persen). Artinya apa? Global dunia sudah masuk ke yang namanya resesi. Dan bahkan, ini saya sampaikan, tahun ini Singapura diprediksi minus 6,8 (persen), Malaysia minus 8 (persen), Amerika minus 9,7 (persen), Inggris minus 15,4 (persen), Jerman minus 11,2 (persen), Prancis minus 17,2 (persen), Jepang minus 8,3 (persen). Oleh sebab itu, kalau kita bisa mengatur, mengelola, gas dan rem antara Covid, antara kesehatan dan ekonomi, inilah yang kita harapkan dan ini menjadi tanggung jawab kita semuanya. Bukan hanya gubernur, bupati, dan wali kota tapi jajaran Forkopimda, TNI-Polri, seluruh Gugus Tugas agar betul-betul menjaga agar itu bisa berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, saya titip jangan sampai membuka pada tatanan baru new normal tetapi tidak melalui tahapan-tahapan yang benar.

Setiap kita membuat kebijakan, setiap kita membuat policy, betul-betul tolong yang namanya data science itu dipakai. Yang kedua, saran-saran dari para saintis, para pakar juga dipakai sehingga dalam memutuskan itu betul-betul tepat sasaran. Tadi disampaikan oleh Pak Gub, data-data sudah jelas ada, itulah yang kita pakai. Jangan sampai kita berani membuka, masuk ke new normal tetapi keadaan datanya masih belum memungkinkan, jangan dipaksa. Sehingga tahapan-tahapan harus betul-betul disiapkan. Ada yang namanya yang pertama, prakondisi. Betul-betul ada prakondisi. Kalau sudah ada prakondisi, masuk yang kedua, timing-nya, kapan kita buka. Timing-nya harus tepat. Jangan sampai Rt-nya masih tinggi, di atas 1, R0-nya (baca: R naught) masih tinggi, kita sudah berani buka. Hati-hati, jangan membuat kebijakan tanpa sebuah data science yang jelas.

Kalau sudah prakondisi, timing, yang ketiga prioritas sektor mana dulu yang dibuka. Tidak langsung dibuka semuanya. Apakah sektor industrinya sudah memungkinkan, silakan. Apakah sektor pariwisatanya sudah memungkinkan, silakan. Tetapi juga mungkin masih dibatasi, kalau kapasitas biasanya 1.000 (orang) ya 500 (orang) dulu. Tidak usah tergesa-gesa. Karena yang kita hadapi ini dua, kesehatan dan ekonomi yang semuanya harus berjalan dengan baik. Kalau prioritas sudah ditentukan, kita jangan lupa untuk setiap hari, setiap minggu, setiap 2 minggu, terus dievaluasi, dimonitor dan dievaluasi. Kalau memang keadaannya naik, ya tutup lagi. Harus berani seperti itu, harus berani memutuskan seperti itu. Tidak bisa lagi kita…, sekali lagi, memutuskan sebuah kebijakan tanpa dilihat yang namanya data science dan masukan dari para pakar.

Yang kedua, saya titip kepada gubernur, bupati, dan wali kota, agar anggaran-anggaran yang berkaitan dengan kesehatan itu segera dikeluarkan karena ini menyangkut nanti peredaran uang yang ada di masyarakat. Yang kedua, yang berkaitan dengan belanja bansos (bantuan sosial) juga disegerakan. Karena ini penting agar social safety net bagi warga kita terpenuhi terutama yang memang terkena dampak dari Covid ini. Yang ketiga, yang berkaitan dengan stimulus ekonomi terutama untuk usaha mikro, usaha kecil, ini betul-betul juga provinsi, kabupaten, dan kota juga harus melihat lapangannya. Anggaran untuk ini juga siapkan. Pemerintah pusat juga menyiapkan, provinsi menyiapkan, kabupaten menyiapkan, kota menyiapkan, ini yang berlapis-lapis seperti ini sehingga tidak ada semua yang tercecer. Tiga hal ini segera keluarkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kita. Sekali lagi agar peredaran uang di masyarakat semakin besar.

Saya kemarin sudah saya perintahkan juga, minggu kemarin, di seluruh kementerian dan lembaga juga agar mengeluarkan belanja-belanja yang ada dan saya pantau setiap hari. Saya sekarang tahu setiap hari, kementerian ini sudah keluar berapa persen, lembaga ini sudah keluar berapa persen. Kalau masih rendah, saya telepon langsung saya tegur, langsung menterinya atau kepala lembaganya. Karena memang jangan kita biarkan uang yang beredar ini semakin kering atau semakin sedikit. Harus terus belanja-belanja itu kita dorong agar peredaran uang yang ada di masyarakat semakin banyak.

Yang terakhir, menurut saya, posisi sekarang ini, strategi intervensi yang berbasis lokal itu yang paling efektif untuk menangani Covid. Strategi intervensi yang berbasis lokal. Jadi mengarantina, mengisolasi RT (rukun tetangga), mengisolasi RW (rukun warga), mengisolasi kampung atau desa itu lebih efektif daripada kita mengarantina kota atau kabupaten. Ini lebih efektif. Jadi, strategi ini agar kita pakai bersama-sama sehingga kita harapkan terjadi penurunan di Rt maupun di R0.

Saya sangat berterima kasih atas kerja keras seluruh jajaran di Provinsi Jawa Tengah dan saya akan melihat, kita harapkan dalam bulan depan, Juli, betul-betul kita semuanya bekerja keras sehingga Jawa Tengah turun dan yang namanya Covid betul-betul bisa hilang dan insyaallah ekonomi kita bisa merangkak kepada sebuah pertumbuhan yang normal kembali.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih. Saya tutup.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Baik, Pak Presiden.
Membuka kesempatan untuk 2 penanya kalau ada yang ingin disampaikan, tolong angkat tangan, dari kabupaten/kota. Kalau ada saja. Oke, Karanganyar 1, rumah sakit mungkin salah satunya. Pemkab-nya Karanganyar, atau rumah sakit kalau ada, boleh angkat tangan. Saya enggak lihat layar berikutnya, boleh digeser kalau ada. Mungkin dari yang mengelola. Ada dari layar ini? Oh, ada. Rumah sakit enggak ada, oke Wali Kota Solo. Jadi Karanganyar sama Solo. Baik dimulai dari Karanganyar dulu, saya persilakan.

Pak Juli silakan. Ya.

Bupati Karanganyar, Bapak Juliyatmono:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Waalaikumsalam.

Bupati Karanganyar, Bapak Juliyatmono:
Selamat pagi,
Salam sejahtera.

Yang terhormat Bapak Presiden, Bapak Gubernur, para Bupati, Wali Kota, Forkopimda se-Provinsi Jawa tengah,

Langsung saja yang pertama, apa yang disampaikan Pak Presiden sudah kita tindaklanjuti semuanya di Karanganyar. Kita perkecil, yang terdampak Covid kita isolasi di rumah masing-masing termasuk bergerak cepat sepanjang ada yang positif, kita bawa ke rumah sakit, lingkungan kita isolasi, kita kasih sembako, kita bergerak ke mana-mana, dan kita bikin suasana senyaman mungkin. Semuanya sudah berjalan, alhamdulillah, terus mengalami penurunan. Akhir-akhir ini saja karena Jawa Timur cukup banyak dan kita perbatasan (dengan) Jawa Timur, sering pemudik yang lewat Jawa Timur ini ada sedikit memiliki klaster baru tapi sudah kita tangani dengan baik.

Kami hanya mohon izin Pak Gubernur, melalui Bapak Presiden, kami sudah mengusulkan supaya memulai agar merangkak secara ekonomi ini harus melalui pembahasan APBD perubahan. Karena semua anggaran kemarin kita refocusing khusus untuk menangani dampak Covid-19 ini. Gerombolnya terlalu besar, kita manfaatkan sekecil mungkin karena Covid ini saya anggap sudah, sudah berlalu. Kita tidak ingin terlalu larut dalam Covid. Kita berdoa kepada Tuhan karena Covid ini juga makhluk Tuhan dan pendekatannya harus dengan cara-cara spiritualitas dan kita berdoa sambil berikhtiar. Tapi untuk menggerakan ekonomi ini, kami mohon izin supaya APBD perubahan bisa segera kita gerakkan, kembali ke OPD (Organisasi Perangkat Daerah) supaya beraktivitas kembali, segera ekonomi bisa kita tumbuhkan kembali. Karena kami ingin mengawali supaya ekonomi kita segera tampil agar tidak terlalu larut dalam korona ini.

Saya kira itu Bapak Gubernur, mohon izin kami sudah melayangkan surat kepada Pak Menteri Dalam Negeri untuk minta izin, jika diizinkan saya segera untuk membahas APBD perubahan, mengembalikan refocusing kemarin ke beberapa OPD yang memang harus kita gerakkan tetapi prioritas Covid, jaring pengaman sosial, dan recovery tetap juga kita prioritaskan namun tidak sebombastis hasil refocusing yang diatur melalui keputusan bersama kemarin, supaya ASN (Aparatur Sipil Negara) juga segera aktif kembali karena anggaran seperti ini hampir tidak ada, praktis hanya klopak-klepek klopak-klepek rutin, Pak.

Terima kasih, Pak. Matur nuwun.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Waalaikumsalam, terima kasih Pak Juli. Kalau ini enggak perlu sampai presiden, Pak. Silakan dibahas APBD perubahannya, ya, langsung saja. Monggo, Pak Wali Kota Solo, Pak Rudy, silakan.

Wali Kota Solo, Bapak F.X. Hadi Rudyatmo:
Terima kasih.

Yang terhormat Bapak Presiden, Bapak Gubernur, Bapak Kapolda, Bapak Pangdam, dan Forkopimda Provinsi Jawa Tengah, dan teman-teman Bupati, Wali Kota se-Jawa Tengah, dan Bapak/Ibu sekalian,

Kami ingin menyampaikan sedikit saja. Yang pertama, untuk pencegahan dan pengendalian Covid di Kota Surakarta yang sampai hari ini…, sekarang ini, yang dirawat (inap) tinggal 2 (orang), yang isolasi mandiri 1 (orang), 2 (orang pasien rawat inap) pun itu adalah warga Semarang. Jadi kalau itu didata warga Semarang, saya sudah plontos gundul, Bapak Presiden.

Terus yang kedua, tentang refocusing anggaran, kami telah melakukan dan kebetulan Solo ini partisipasi masyarakatnya cukup besar sehingga kami memanfaatkan untuk PTT (pegawai tidak tetap) itu yang pertama, kita anggarkan hanya Rp43 miliar namun setelah berjalan, setelah (status) KLB (Kejadian Luar Biasa), warga masyarakat banyak yang memberikan bantuan. Nah, sehingga untuk jaringan pengaman sosialnya sampai (bulan) Agustus kita masih aman. Jadi belum menggunakan APBD dan sehingga nanti APBD bisa dipergunakan untuk membayar utang yang belum terbayar, Bapak Presiden.

Lantas untuk Pak Gubernur, yang perlu kami sampaikan bahwa atas perintah dari Bapak Gubernur, Rumah Sakit Bung Karno menjadi rumah sakit ring 3 untuk penanganan Covid-19. Namun sampai hari ini, pengajuan yang diperintahkan, insentif tenaga kesehatan belum direalisasi pembayarannya. Lantas untuk alat-alat kesehatan yang kemarin kita ajukan sebesar Rp53 miliar, belum ada trontong-trontongnya. Lha untuk itu, mohon untuk segera direalisasi karena Rumah Sakit Bung Karno adalah rumah sakit baru dan itu yang dirawat bukan orang Solo. Jadi kita ikut merawat orang Sukoharjo, orang Boyolali, Klaten, dan sekitarnya, bahkan ada orang yang dari Jombang.

Lha untuk itu, Bapak Gubernur, ini kami ke Bapak Gubernur bukan ke Bapak Presiden, Pak Gubernur untuk direalisasi perintah yang memerintahkan Rumah Sakit Daerah Bung Karno untuk dipersiapkan, ini sudah kita siapkan dan sudah merawat namun insentif nakes (tenaga kesehatan) dan peralatan yang kita ajukan belum direalisasi.

Sekian, terima kasih. Apabila ada yang tidak berkenan, mohon maaf yang sebesar-besarnya dan akhirnya saya ucapkan selamat pagi. Matur nuwun, Pak Gub.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Pak Wali sebentar, sebelum Pak Presiden menyampaikan, yang di Rumah Sakit Bung Karno sekarang yang dirawat ada berapa?

Wali Kota Solo, Bapak F.X. Hadi Rudyatmo:
Yang dirawat tinggal 1 Bapak, namun kemarin yang dirawat cukup banyak.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Oke, sekarang tinggal….

Wali Kota Solo, Bapak F.X. Hadi Rudyatmo:
Sekarang tinggal 1, nanti mungkin beberapa bulan lagi mungkin Solo…pokoknya kalau kahanan Solo nol (pasien Covid), kalau ndak sudah plontos gundul, Pak Gub.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Oke, ya, habis ini plontos lagi, nanti saya kirim Kepala Dinas Kesehatan saya untuk segera ngecek ke sana.

Wali Kota Solo, Bapak F.X. Hadi Rudyatmo:
Siap Pak, matur nuwun, Pak ya, terima kasih, Pak.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Nggih, terima kasih.
Monggo, Pak Presiden.

Presiden RI:
Jadi, untuk APBD perubahan, apabila kabupaten dan kota menginginkan, ya segera dikerjakan seperti tadi Pak Gubernur sudah menyampaikan. Karena sekali lagi, baik yang namanya ekonomi di masyarakat, juga peredaran uang, itu sekarang ini yang bisa memberikan stimulus adalah dari APBD baik itu kabupaten, kota, provinsi, dan juga dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Yang bisa men-trigger ekonomi ya dari sana. Oleh sebab itu, agar semuanya dipercepat kalau memang diperlukan anggaran perubahan. Kalau tidak, ya segera dibelanjakan. Spending dari APBD, dari APBN, secepat-cepatnya dikeluarkan.

Saya melihat banyak daerah yang sudah melakukan, tapi juga banyak daerah yang belum melakukan belanja-belanja baik itu belanja modal maupun belanja barang. Segera, secepat-cepatnya. Seperti di Karanganyar juga misalnya, mau membuka pariwisata di Tawangmangu misalnya, saya titip juga hati-hati. Apakah kesiapan, protokol kesehatannya sudah siap benar di lapangan? Dicek! Jangan sampai nanti pengunjung, wisatawan lokalnya membeludak, penuh, protokol kesehatannya tidak siap.

Di Solo yang saya lihat juga, ekonomi sudah mulai bergerak membaik. Tadi urusan yang berkaitan dengan Rumah Sakit Bung Karno, kalau nanti tidak bisa diselesaikan oleh Pak Gub, ya nanti dari pusat, saya selesaikan.

Saya rasa itu tambahan yang bisa saya sampaikan. Terima kasih Pak Wali, Pak Bupati.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo:
Bapak/Ibu yang sangat saya hormati,

Demikianlah apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden dan tentu pertanyaan bupati wali kota, mudah-mudahan setelah ini kita bisa menjaga daerah kita masing-masing dan sekali lagi, pesan Bapak Presiden, kenormalan baru kita siapkan, ekonomi kita siapkan, tapi perhatikan data science. Sekali lagi, tolong perhatikan data science. Karena ini terkait dengan rem dan gas, dan itu yang paling tahu adalah kita sendiri, Bapak/Ibu para pengelola wilayah yang kita harapkan nanti responsif pada soal ini.

Pak Presiden, terima kasih atas seluruh arahannya. Kita akhiri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.