Pengarahan Presiden RI Kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Se-Provinsi Riau
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, para Menteri, Pak Menteri Kesehatan, Pak Seskab, Panglima TNI dan Kapolri;
Yang saya hormati, Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Riau, serta Ketua DPRD yang hadir;
Yang saya hormati, Pangdam, Kapolda, Kajati, Kabinda;
Yang saya hormati, para Bupati dan Wali Kota, para Wakil Bupati dan Wakil Wali Kota serta Sesda yang hadir, Peserta seluruh Forkopimda Provinsi, Kabupaten, dan Kota, Danlanud, Danlanal;
Yang saya hormati, Ketua DPRD Kabupaten/Kota, Kajari, Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten dan Kota, Kapolres, dan Dandim se-Provinsi Riau;
Bapak/Ibu sekalian, seluruh Ketua Satgas yang hadir;
Hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan selamat Hari Raya Idulfitri 1442 Hijriah, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Dan saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras seluruh jajaran pemerintah kabupaten dan kota yang telah bersama-sama dengan TNI dan Polri bekerja keras dalam mengendalikan Covid-19. Tapi perlu saya sampaikan bahwa yang namanya ancaman penyebaran Covid-19 itu belum berakhir, belum berakhir.
Manajemen pengendalian ini berada di Gubernur dan jajarannya beserta Pangdam dan Kapolda dengan jajarannya, Bupati/Wali Kota beserta Danrem, Dandim, Kapolres dan jajarannya. Ini kalau rukun seperti tadi disampaikan oleh Panglima TNI maupun Kapolri, kalau bergandengan di dalam koordinasi, di rapat, maupun di lapangan, persoalannya akan menjadi mudah. Ini dari pengalaman kita di tingkat nasional maupun di provinsi, kabupaten, dan kota yang kita lihat dan kita amati.
Kita ingat perkembangan Covid-19 nasional, di awal Februari itu kasus aktif ada 176.000. Coba kita lihat. Di awal Februari atau akhir Januari 176.000, sudah mendekati 200.000. Tetapi sekarang kita berada di kasus aktif 87.000, turun separuh lebih, dari 176.000 turun menjadi 87.000 pagi tadi data yang kita terima. Penurunannya 50,5 persen, penurunannya. Ini berkat kerja keras Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian.
Hati-hati, ini hati-hati. Saya bulan Januari menelepon Perdana Menteri Narendra Modi. Menteri Kesehatan menelepon Menteri Kesehatan India. Kenapa kita telepon? Karena di India sebelumnya mencapai 50.000, kemudian bisa turun menjadi 9.000. Tentunya kita harus bertanya kepada mereka, kenapa bisa turun sedrastis itu. Kuncinya di PPKM Skala Mikro. Yang bergerak ini di tingkat paling bawah yang kita punyai, dan kita beruntung bahwa kita memiliki yang namanya babinsa, babinkamtibmas, ada lurah, RT dan RW. Inilah yang harus digerakkan. Begitu ada satu kasus positif di sebuah RW, langsung isolasi, karantina di situ. Kalau berat, tadi disampaikan Pak Menkes, bawa ke rumah sakit.
Tetapi hati-hati. Kalau sudah turun, jangan lengah, jangan kehilangan kewaspadaan. Jangan lengah dan jangan tunggu chaos, baru kita bertindak. Terlambat. Kenapa saya datang ke Riau ini? Karena ingin mengingatkan, mengingatkan kita semuanya. Betapa kita perlu bekerja bersama-sama. Jangan lengah dan ada respons yang cepat kalau ada peningkatan.
Data itu selalu tiap hari menjadi makanan sehari-hari saya. Posisi setiap provinsi seperti apa, posisi nasional seperti apa, kabupaten dan kota seperti apa, kelihatan semuanya. Saya datang ke sini juga dalam rangka itu, karena angka-angkanya kelihatan.
Coba kita lihat sekarang kasus aktif di Riau. Bulan Februari, coba lihat, masih rendah. Februari itu masih rendah. Yang dulu (tahun) 2020 khusus September tinggi, sudah turun sebetulnya, sudah turun, sudah sampai ke angka 1.071 di Februari, sudah turun. Ini ada kelengahan pasti. Begitu Maret, naik (menjadi) 1.300, April langsung naik menjadi 4.800. Meskipun sekarang turun sedikit, tapi masih di posisi yang tinggi. Hati-hati mengenai ini, hati-hati.
Angka kesembuhan juga sudah cukup baik, di angka 89, tapi masih di bawah kesembuhan nasional, 92, sehingga ini perlu ditingkatkan. Kenapa harus setinggi-tingginya angka kesembuhan? Karena kita tidak ingin ada yang meninggal. Oleh sebab itu, tadi Pak Menkes menyampaikan. Kalau kurang, misalnya ventilator, segera infokan. Kalau obatnya terlambat, segera infokan karena kunci-kuncinya ada di situ.
Angka kesembuhan per kabupaten dan kota juga kelihatan. Kita lihat, yang angka kesembuhannya rendah mana? Di Kuantan, paling bawah, di 76 persen. Ya ini hati-hati, rumah sakit hati-hati. Rokan Hilir paling baik, di 91 persen. Kampar baik juga, di 91 persen. Rokan Hulu baik juga, di 90 persen. Yang lain, mari kita bersama-sama tingkatkan untuk kesembuhannya. Detail kita ada seperti ini, jadi angka-angkanya tidak bisa di…, mungkin berbeda tapi sedikit (saja) mungkin nasional dan pemda, atau mungkin terpaut hari saja mungkin sudah berubah. Tapi angka-angka itu perlu kita tingkatkan lagi untuk kesembuhan.
Angka kematian, hati-hati, di sini tinggi karena angka kematian kita di nasional 2,7 persen. Hati-hati Indragiri Hilir, ini 5,23 persen. Coba dicek betul, apakah obatnya sering terlambat, apakah tidak ada ventilator. Cek betul, dan lain-lainnya. Rokan Hulu juga 4,5 persen. Dilihat, angka-angka itu dilihat, dicatat. Dan kalau saya tanya, mestinya semua Bupati, Wali Kota, Gubernur itu tahu, posisi di tingkat kabupaten seperti apa. “Pak Bupati, berapa angka kesembuhan di sini?” Harus bisa jawab. “Berapa kasus aktif di sini?” Harus bisa jawab.
Ada yang…saya datang ke daerah, tidak di Sumatera, saya datang ke daerah, saya tanya, (Bupatinya) enggak tahu. Kalau angka-angka saja tidak tahu, bagaimana menyelesaikannya? Termasuk, hati-hati, nanti Pangdam, Kapolda saya tanya, “Kondisi kasus aktif berapa?”
Kemudian, perkembangan kasus aktif Riau, kita lihat per kabupaten/kota, kelihatan. Meskipun warna hijau itu, lihat coba, sebelumnya rendah, kemudian juga semuanya eksponensial, meloncatnya drastis. Ini ada apa? Kelengahan kita, tidak melihat kasus per kasus itu (secara) harian, sehingga tahu-tahu eksponensial. Dari Maret, kemudian eksponensial, naik. Memang ada sepuluh kabupaten yang ini sudah turun, tetapi masih tinggi. Yang merah tadi dua, hati-hati: Pelalawan, yang merah satu lagi di Kepulauan Meranti.
Kelihatan semuanya. Jadi sekarang ini saya membaca kelihatan sekali mana ini yang merah, mana yang hijau, kelihatan semuanya dalam kurva dan grafis seperti itu. Mana yang meningkat drastis? Kenapa? Kita kemarin lihat, kenapa di Dumai peningkatannya seperti itu? Apakah karena ada pekerja migran, yang TKI yang kembali atau tidak? Atau karena interaksi di antara, karena kota pelabuhan, interaksi di antara masyarakat di sana yang tinggi? Ternyata interaksi, sehingga hati-hati, di sana memang harus diberikan perhatian. Saya tadi sudah perintah ke Pak Menkes, “(Untuk) Dumai, berikan perhatian untuk vaksinasinya.” Jangan sampai keterusan.
Kemudian mengenai indikator pengendalian, ada indikator pengendalian menurut WHO itu ada semuanya. Dan levelnya di Riau, untuk tadi yang disampaikan oleh Pak Panglima, merespons dengan testing, tracing, dan treatment. Itu memang standarnya dari WHO seperti itu, level kapasitas respons itu kelihatan di situ. Bagaimana ada kasus, kita merespons itu kelihatan. Dilihat yang sebelah kanan, testing, tracing, treatment untuk provinsi Riau. Ini dinilai kalau yang baik itu memadai, yang sedang itu nilainya sedang, ini yang tidak baik itu terbatas.
Testing, coba levelnya terbatas. Artinya belum baik. Tracing juga levelnya terbatas. Yang treatment itu bagus, memadai. Artinya, di sini yang diberikan perhatian di testing dan tracing yang masih kurang karena masih pada level terbatas. Seperti testing, ini 37,25. Tracing itu juga masih kecil 0,43.
Kemudian BOR. BOR di seluruh provinsi di Indonesia. Bed occupancy ratio. Ini hati-hati, Riau berada di nomor kedua setelah Sumatera Utara. Yang paling Tinggi Sumatera Utara. Sumatera Utara 55, di Riau 53, meskipun tadi laporan terakhir dari Pak Gubernur sudah di angka 47, sudah turun. Tapi sekali lagi perlu diturunkan lagi karena BOR nasional adalah 29 persen, sudah rendah sekali nasional, bed occupancy ratio. Sehingga, artinya apa? Yang masuk rumah sakit itu harus disegerakan untuk sembuh supaya bed-nya kosong , supaya keterisian Rumah Sakit itu bisa kosong. Sembuhkan secepat-cepatnya. Perintahkan, Pak Bupati, Wali Kota, perintahkan ke RSUD yang ada. Kurangnya apa, tanya obatnya komplet atau masih kurang. Misalnya di Dumai karena BOR-nya tinggi, atau di Indragiri Hulu di angka 93 atau di Dumai di 84, ini hati-hati sudah segede itu, hati-hati.
Meskipun tadi rata-rata 53, tapi hati-hati ada dua yang tinggi sekali. Indragiri Hulu dan Dumai. Tadi saya sudah sampaikan ke Pak Menkes. Rumah Sakit Pertamina ikut bantu. Saya sampaikan ke Pak Kapolri juga, Rumah Sakit Bhayangkara bantu. Ini sudah kayak gini sudah lampu merah betul itu yang 93, yang 84 itu, hati-hati. Itu dua minggu berikut sudah bisa kolaps itu kalau enggak disiapkan.
Sama seperti saat dulu Wisma Atlet, saya ingat betul karena saya setiap malam telepon dengan yang namanya Wisma Atlet di Jakarta. Pernah sampai lebih dari 92 persen. Tapi, tadi pagi saya telepon “Berapa Wisma Atlet?” saya telepon, “15 persen.” Coba, dari 92 bisa turun ke 15 persen. Itu atas kerja sama tadi, Pangdam, Kapolda, Gubernur, semuanya mengonsolidasikan kekuatan yang ada. Hati-hati, karena yang namanya Covid-19 itu menyangkut ekonomi. Enggak mungkin ekonomi naik kalau Covid-19-nya belum beres. Covid-19-nya beres, orang merasa confident, percaya diri untuk konsumsi, untuk melakukan permintaan/demand, itu yang menyebabkan ekonomi menjadi baik, Covid-19-nya diselesaikan dulu, otomatis nanti pertumbuhan ekonominya akan naik.
kita ingat, masuk ke ekonomi ini, kita ingat di 2020 kuartal pertama, kita masih, sebelumnya kan plus 5 persen. Kemudian masuk ke kuartal pertama 2020, kita tinggal 2,97. Turun, karena mulai Covid-19 di Wuhan, mulai Covid-19 di negara lain, kita sudah menjadi pesimis. Menjadi turun 2,97, padahal Covid-19 belum masuk Indonesia saat itu. Begitu Covid-19 masuk di awal Maret, kuartal kedua 2020 langsung jatuh ekonomi kita menjadi minus 5,32 persen, karena orang sudah tidak pede untuk melakukan konsumsi, orang sudah tidak percaya diri untuk melakukan permintaan.
Kalau enggak ada konsumsi, enggak ada permintaan, artinya apa? Produksinya juga enggak mungkin mau menyetok, enggak kuat dia. Dia enggak berproduksi. Kalau pabrik, industri, usaha kecil, usaha menengah enggak berproduksi, artinya apa? Ekonomi jatuh. Kaitannya seperti itu.
Tapi alhamdulillah, di kuartal ketiga mulai ada peningkatan, tapi masih minus, minus 3,49. Tapi lebih baik daripada kedua. Kuartal keempat masih minus, tapi lebih baik, minus 2,19 persen. Tapi masih minus. Nah, di kuartal pertama 2021 kita sudah mendekati mau positif. Tapi masih minus, minusnya 0,74 persen, tapi masih minus. Tapi di kuartal kedua, artinya April-Mei-Juni, saya sudah menyampaikan pada menteri, dan ini didukung oleh gubernur, bupati, dan wali kota karena agregat…karena ekonomi nasional itu berasal dari agregat di kabupaten, kota dan provinsi.
Kuartal kedua, berarti April-Mei-Juni, target kita kurang lebih 7 persen. Gimana caranya? Caranya ya Covid-19-nya selesaikan. Sehingga orang percaya diri untuk konsumsi, untuk ada demand, sehingga produksinya bergerak. Hati-hati, kurang lebih 7 persen plus itu bukan barang mudah. Tetapi saya meyakini insyaallah bisa. Kenapa saya datang ke Provinsi Riau, saya ingin memberikan keyakinan itu. Dan untuk ekonomi Riau masuk provinsi yang sudah positif, ini alhamdulillah meskipun masih kecil, tapi sudah positif.
Di Riau masuk 10 provinsi yang positif. Sudah di 0,41, positif. Tapi masih 0,41, tapi sudah positif Pak Gub, jadi harus optimis. Tapi Covid-19-nya ini diberesin. Kalo diberesin, melompat ke-7, bisa di atas 7 kalau bisa beresin, di kuartal kedua. Kuartal ketiga akan lebih mudah lagi. Hati-hati, dukungan di sini karena ada sawit, ada kertas, ada usaha kecil yang kuat di sini. Ini memberikan dukungan. Pertanian, perkebunan di sini itu sangat kuat sekali. Dan sekarang harga-harga komoditas pertanian karet, sawit, kertas, semuanya pada posisi tinggi. Jadi, saya memperkirakan insyaallah di kuartal kedua dengan catatan Covid-19-nya beres, rampung Provinsi Riau, karena sudah positif. Yang lain semua provinsi negatif, Riau termasuk yang positif 0,41.
Angka-angka per kabupaten-kota bisa dilihat, mana yang plus, mana yang masih minus. Yang masih merah-merah masih minus, tapi sudah di angka-angka yang minusnya kecil-kecil kok. Bisa diperbaiki, asal Covid-19-nya ini diselesaikan. Ini hanya kita bagaimana rakyat dunia usaha itu memperoleh kepercayaan diri untuk mengonsumsi, untuk ada demand, untuk ada permintaan, hanya itu kuncinya. Kalau itu bisa kita selesaikan, insyaallah ekonominya berjalan, Covid-19-nya tertekan.
Jadi, saya melihat tadi kurvanya di sini sudah turun sedikit. Tapi yang kita butuhkan turunnya banyak. Tadi Pak Panglima, Pak Kapolri sudah memberi perintah ke Pangdam dan Kapolda, dua minggu harus turun. Kelihatan, bisa kok. Pengalaman kita dulu di Jawa Timur tinggi sekali, kita datang dan kita konsolidasi, bisa juga turun. Lebih…jauh lebih tinggi dari Riau, ini mumpung belum terlambat marilah kita bersama-sama menyelesaikan persoalan Covid-19-nya dan juga persoalan ekonominya untuk rakyat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.