Pengarahan Presiden Republik Indonesia Mengenai Penanganan Covid-19 Terintegrasi Di Jawa Timur Dilanjutkan Dialog Dengan Peserta Melalui Telekonferensi

Kamis, 25 Juni 2020
Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Jawa Timur

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan juga apresiasi, penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bu Gubernur, Pak Wagub, beserta seluruh bupati dan wali kota, serta juga Gugus Tugas, seluruh jajaran rumah sakit, dokter, perawat, seluruh tokoh masyarakat, seluruh relawan, dan juga yang membantu dengan sekuat tenaga, jajaran TNI dan Polri yang telah bekerja keras, yang telah penuh dengan dedikasi, bersama-sama mengendalikan Covid-19 di Provinsi Jawa Timur.

Yang pertama, saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya agar memiliki sebuah perasaan yang sama bahwa kita ini sedang menghadapi sebuah krisis kesehatan dan juga sekaligus ekonomi. Perasaannya harus sama. Jangan sampai ada yang masih memiliki perasaan kita normal-normal saja, berbahaya sekali. Dan ini tidak dialami oleh negara kita Indonesia tapi 215 negara mengalami hal yang sama. Sekali lagi, saya minta kita memiliki perasaan yang sama bahwa kita sekarang berada pada posisi krisis kesehatan itu dan ditambah dengan ekonomi sehingga kita mengajak ke masyarakat juga sama, agar memiliki perasaan yang sama bahwa kita masih memiliki sebuah masalah yaitu urusan Covid-19 ini. Jangan sampai ada masyarakat yang memiliki perasaan yang masih normal-normal saja sehingga ke mana-mana tidak pakai masker, lupa cuci tangan sehabis kegiatan, masih berkerumun di dalam kerumunan-kerumunan yang tidak perlu, ini yang terus harus kita ingatkan.

Sebelum masuk ke urusan kesehatan, saya juga ingin mengingatkan yang berkaitan dengan urusan ekonomi. Kemarin saya mendapat informasi bahwa krisis ekonomi global itu betul-betul nyata, ada benar dan semua merasakan. IMF (International Monetary Fund) menyampaikan, memprediksi bahwa tahun 2020 Amerika pertumbuhan ekonominya akan minus 8, minus 8. Jepang akan minus 5,8 persen, Inggris akan minus 10,2 persen. Prancis akan minus 12,5 persen. Italia akan minus 12,8 persen, Spanyol akan minus 12,8 persen. Jerman minus 7,5 persen. Artinya apa? Demand nanti akan terganggu. Kalau demand terganggu, suplainya akan terganggu. Kalau suplainya terganggu artinya produksi juga akan terganggu. Artinya demand, suplai, produksi semuanya rusak dan terganggu. Inilah yang juga harus kita ketahui bersama bahwa kita dalam proses mengendalikan Covid-19, urusan kesehatan, tetapi kita juga memiliki masalah yang lain yaitu urusan ekonomi.

Indonesia, 1,5 bulan yang lalu saya telepon kepada Managing Director-nya IMF, Ibu Kristalina, dan dia mengatakan bahwa betul-betul dunia global berada pada posisi krisis ekonomi yang tidak mudah, yang lebih berat dari depresi besar 1930. Oleh sebab itu, dalam mengelola manajemen krisis ini, rem dan gas ini harus betul-betul seimbang. Tidak bisa kita gas di urusan ekonomi tetapi kesehatannya menjadi terabaikan. Tidak bisa juga kita konsentrasi penuh di urusan kesehatan tetapi ekonominya menjadi sangat terganggu. Gas dan rem ini lah yang selalu saya sampaikan kepada gubernur, bupati, wali kota, ini harus pas betul. Ada balance, ada keseimbangan, sehingga semuanya dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Inilah sulitnya saat ini.

Oleh sebab itu, kita masuk ke urusan kesehatan, urusan Covid-19. Tadi sudah disampaikan oleh Bu Gubernur, oleh Ketua Gugus Tugas bahwa angka positif yang terkena Covid-19 di Jawa Timur ini 183. Ini kemarin, ya. Ini terbanyak di Indonesia, hati-hati ini terbanyak di Indonesia. Tetapi juga yang menumbuhkan optimisme kita, angka kesembuhannya juga berada pada posisi yang lumayan yaitu 31 persen. Oleh sebab itu, saya minta dalam waktu 2 minggu ini pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini. Baik itu di Gugus Tugas, baik itu di provinsi, baik itu di kota dan di kabupaten, seterusnya sampai ke rumah sakit, kampung, desa, semuanya ikut bersama-sama melakukan manajemen krisis sehingga betul-betul kita bisa mengatasinya dan menurunkan angka positif tadi.

Yang paling penting ada kerja sama yang baik, ada sinergi antarmanajemen-manajemen yang ada. Saya melihat memang yang paling tinggi adalah di Surabaya Raya. Ini adalah wilayah aglomerasi yang harus dijaga terlebih dahulu, dikendalikan terlebih dahulu. Enggak bisa Surabaya sendiri, enggak bisa. Gresik harus dalam satu manajemen, Sidoarjo harus dalam satu manajemen, dan kota/kabupaten yang lain. Karena arus mobilitas itu yang keluar masuk adalah dari bukan hanya Surabaya tapi dari daerah juga ikut berpengaruh terhadap naik dan turunnya angka-angka Covid-19 ini.

Saya titip agar koordinasi antarmanajemen tadi betul-betul dilakukan sehingga hari ini, saya tadi sudah meminta kepada Pangkogabwilhan (Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan) II untuk membantu secara penuh terutama dalam menyinergikan, menangani langsung rumah sakit darurat dan menyinergikan dengan rumah sakit-rumah sakit rujukan. Dipilahkan mana yang berat, mana yang ringan, penempatannya di rumah sakit yang mana sehingga semuanya tidak masuk ke dalam satu titik dan tidak dipisah-pisahkan dan tidak menumpuk pasien itu di satu rumah sakit, sementara yang lain masih banyak yang kosong.

Kemudian yang kedua juga yang berkaitan dengan…, ini sudah dilakukan, saya ikuti terus yang berkaitan dengan tes masif, pelacakan yang agresif, mengisolasi, men-treatment seara ketat, saya kira sudah dilakukan. Ini agar diteruskan dengan jumlah yang lebih banyak.

Kemudian yang yang berkaitan dengan apabila nantinya ini terkendali dan masuk ke new normal atau masuk ke normal, saya minta juga tahapan-tahapannya diprakondisikan terlebih dahulu. Ada prakondisi untuk menuju ke sana. Jangan tahu-tahu langsung dibuka tanpa sebuah prakondisi yang baik. Kemudian yang kedua juga cari timing yang betul-betul pas betul. Setelah prakondisi, timing-nya ditentukan, kabupaten mana dulu, kota mana dulu.

Kemudian yang ketiga, urusan yang berkaitan dengan prioritas sektor. Sektor mana dulu yang harus dibuka, yang menjadi prioritas, bukan langsung semuanya langsung. Kita memang harus melalui tahapan-tahapan sehingga tadi saya sampaikan, gas dan remnya ini harus pas betul. Sektor yang memiliki risiko rendah tentu saja didahulukan, sektor yang memiliki risiko sedang tentu saja dinomorduakan, dan sektor yang memiliki risiko tinggi dinomortigakan atau nomorempatkan atau nomorlimakan.

Yang keempat, saya minta kita semuanya mengajak tokoh-tokoh, tokoh agama, tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan mengenai protokol kesehatan, pentingnya memakai masker, pentingnya jaga jarak, pentingnya cuci tangan, terus diulang-ulang. Tadi disampaikan oleh Gugus Tugas bahwa masih 70 persen yang enggak pakai masker, ini angka yang gede banget. Oleh sebab itu, hari ini juga saya minta kepada Gugus Tugas Nasional, Pak Menteri Kesehatan, kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya, ke Jawa Timur.

Yang kelima, saya titip ini utamanya kepada gubernur, bupati, dan wali kota agar setiap membuat kebijakan, agar setiap membuat policy, selalu merujuk pada data sains dan juga saran dari saintis. Jangan kita membuat kebijakan, membuat policy tanpa melihat data, tanpa mendengarkan saran dari para pakar, ini berbahaya. Minta masukan dari pakar epidemiologi, minta saran dari pakar-pakar perguruan tinggi.

Yang terakhir, Bapak/Ibu sekalian. Saya juga minta agar disiapkan plan A, plan B, plan C-nya agar kita betul-betul terus siaga menghadapi situasi yang tidak terduga. Hati-hati, informasi yang saya terima tadi pagi, dunia sudah mendekati ke 10 juta kasus positif, hati-hati. Kita tidak ingin ikut terseret kepada angka-angka yang besar. Oleh sebab itu, perlu kita terus siaga menghadapi situasi yang tidak terduga. Kalkulasi semuanya, hitung semuanya, siapkan antisipasinya semuanya, baik yang namanya rumah sakit darurat, kebutuhan SDM (sumber daya manusia) kebuutuhan tempat tidur, tempat tidur untuk isolasi, baik di rumah sakit darurat lapangan maupun rumah sakit rujukan betul-betul disiapkan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih atas seluruh kerja keras Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Saya akan memantau terus, mengikuti, dan juga melihat data-data yang ada di Provinsi Jawa Timur dan kita harapkan dalam 2 minggu ini betul-betul ada penurunan yang signifikan baik R0-nya, baik Rt-nya, semuanya kita harapkan bisa turun sehingga kita bisa masuk ke sebuah tatanan normal baru dan masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa.

Terima kasih. Saya tutup

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa:
Terima kasih arahan Bapak Presiden, sangat terang untuk kita semua. Kita semua sudah kerja keras tetapi bahwa target yang lebih signifikan untuk bisa kita capai, arahan Pak Presiden dalam waktu 2 minggu mudah-mudahan kerja keras kita bisa memberikan penurunan yang lebih signifikan dari kasus yang muncul dan dari penurunan angka kematian dan sebaliknya adalah bagaimana meningkatkan angka kesembuhan dari seluruh pasien Covid-19 di Jawa Timur.

Atas izin Bapak Presiden, diberi kesempatan maksimum 3 orang untuk menyampaikan usulan mungkin juga izin pertanyaan atau rekomendasi, silakan boleh dari kabupaten/kota atau juga dari rumah sakit atau mungkin juga dari yang ikut support produksi APD (alat pelindung diri) selama proses pelayanan Covid-19 berjalan, silakan.

Kota Madiun? Baik. Setelah Kota Madiun, boleh berikutnya, boleh rumah sakit, biar nanti sekalian. Ya, 1 Kota Madiun, boleh lagi. Kota Blitar sudah kabupaten. Boleh rumah sakit, Rumah Sakit Lamongan? Ya. Atau izin untuk sementara, silakan Kota Madiun. Jadi Kota Madiun ini, izin Bapak Presiden, sebetulnya sampai kemarin itu (zona) hijau lalu malam ada perubahan. Saya lihat di data tidak ada angka tambahan tapi kok jadi (zona) kuning ya, Pak? Pak Doni? Monggo Pak Wali Kota Madiun.

Wali Kota Madiun, Bapak Maidi:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Pak Presiden yang saya hormati beserta pejabat yang mendampingi dan Bu Gubernur, semuanya yang saya hormati, dan Bapak Kepala Daerah se-Jawa Timur yang saya hormati,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan bahwa khususnya untuk Kota Madiun, pernah diumumkan zona hijau. Memang untuk Kota Madiun, Bapak Presiden, kerja sama 3 pilar dan Forkopimda memang cukup bagus sekali dan semua kegiatan-kegiatan kader kesehatan yang ada di RT, RW, kelurahan, itu semuanya optimal. Juga yang menangani khususnya dampak sosial, kita punya pekerja sosial masyarakat yang juga cukup reaktif sekali. Jadi semuanya terdeteksi, baik dari segi kesehatan, segi masalah sosial, ini di masyarakat di Kota Madiun memang sudah menjadi suatu tim yang tim itu, tim 3 pilar yang ada di kelurahan, ini cukup tangguh, ada…setiap ada ODR (Orang Dalam Risiko) datang dari luar, semuanya terdeteksi, ada by name, by trace, dari mana pun masuk kota, ini pasti harus menghadap kader kesehatan, ke tim 3 pilar, sehingga untuk Kota Madiun pada saat ini, mohon maaf kalau orang yang dari luar memang cukup kita ketati, khususnya yang ODR datang ini selalu harus lapor dari kegiatan-kegiatan yang akan masuk Kota Madiun. Dan Kota Madiun memang pada saat ini….

Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa:
Boleh dipersingkat, Pak Wali Kota.

Wali Kota Madiun, Bapak Maidi:
Nggih, ya, dari semua kegiatan-kegiatan yang ada ini, mudah-mudahan bahwa Kota Madiun yang semuanya sudah kita tindaklanjuti sesuai dengan arahan dari Tim Gugus Tugas, alhamdulillah mudah-mudahan protokol kesehatan ini sudah sampai ke masyarakat bawah, semuanya sudah menjalankan protokol kesehatan. Inilah yang perlu saya sampaikan kepada Pak Presiden, mohon arahannya untuk Kota Madiun ini bisa tetap (zona) hijau sehingga akan bisa tidak berdampak, ekonomi Kota Madiun sehat, masyarakatnya sehat, masyarakat sejahtera, ini yang sudah kita lakukan sementara ini. Nggih, matur nuwun.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh,

Izin Bapak, boleh kami lanjut? Silakan yang dari rumah sakit, boleh, perwakilan rumah sakit. Atau dengan seizin Pak Presiden…yang mewakili…oh, sudah?

Direktur Rumah Sakit Islam Unisma Malang, dr. Tri Wahyu Sarwiyata, M.Kes.:
Ya, terima kasih.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Yang kami hormati, Bapak Presiden Republik Indonesia, Ibu Gubernur, dan para pejabat semua, serta teman-teman di lingkungan Forkopimda, dan rumah sakit rujukan seluruh Jawa Timur.

Kami dari Rumah Sakit Islam Unisma Malang (RSI Unisma), mau mengajukan usulan bahwa beberapa rumah sakit rujukan saat ini, untuk masalah ventilator, ada beberapa yang belum punya untuk ventilator pasien-pasien Covid-19. Kami berharap semua rumah sakit rujukan minimal ada 1 ventilator sehingga penanganan tindak lanjut terhadap pasien Covid bisa lebih maksimal.

Yang kedua, berkaitan dengan perekonomian, kami mengusulkan ada evaluasi kembali tentang standar kepulangan pasien dari rumah sakit. Melihat standar yang dulu bahwa pasien dirawat di rumah sakit boleh dipulangkan setelah 2 kali swab negatif, ternyata walaupun pasien sudah dalam kondisi tanpa mendapatkan infus karena swab-nya masih positif, dia masih di rumah sakit. Kami mengusulkan ada evaluasi terhadap kriteria ini, dan kami berharap semua pemerintah daerah di Jawa Timur bisa menyiapkan safe house, artinya ketika mereka sudah dalam kondisi klinis yang baik tetapi swab masih positif, kalau toh mereka tidak memungkinkan isolasi mandiri di rumah, diharapkan mereka bisa digeser dari rumah sakit ke safe house dari pemerintah daerah setempat. Ini sangat membantu bagi rumah sakit untuk kemudian menangani pasien-pasien berikutnya. Mungkin itu yang kami sampaikan, kami usulkan, mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan. Terima kasih. Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh,

Boleh izin 1 lagi, Bapak? Cekap? Oh, Pak Supriyono mungkin yang mewakili Managing Director PT Putrateja Sempurna. Izin Bapak Presiden, pada saat kami ke sana, boleh bersambung di sini? Beliau rupanya mengonversi dari konveksi itu kemudian menjadi penjahit APD dan kami ketika ke sana…beliau hanya bilang, “Ibu, beri kami kain, kami akan jahit” maka kemudian kami koordinasi dengan Pak Menko Perekonomian untuk bisa mendapatkan akses dari bahan kain yang memang secure untuk APD. Apa…bersambung di sini? Iya, monggo Pak, monggo. Iya, belum kedengeran suaranya tapi seizin Bapak Presiden, sambil menunggu Pak Supriyono, kami ingin matur bahwasanya di Kepanjen punya safe house tadi, Pak RSI…Unisma. Safe house-nya cukup bagus, kami bersama Pak Pangdam, Pak Kapolda, waktu itu dengan Kaskoarmada (Kepala Staf Komando Armada) II juga ke sana sehingga memungkinkan yang sudah mulai membaik gejala-gejala klinisnya, bisa langsung dibawa ke safe house diKepanjen, Kabupaten Malang. Belum bisa?

Pemilik PT Putrateja Sempurna, Bapak H. M. Supriyono:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Yang terhormat Bapak Presiden, Bapak Joko Widodo;
Yang terhormat Bu Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur.

Dua poin singkat dari kami setelah kunjungan beliau, Ibu Khofifah, mungkin kalau berkenan Pak Jokowi juga bisa berkunjung. Satu poin dalam support pemerintah di mana pandemi Covid-19 ini, saat itu spontanitas kita mengedukasi tim kami di PT Putrateja Sempurna, mengonversikan dari produk fesyen dengan jumlah tenaga kerja kurang lebih 2.500 karyawan untuk kita switch untuk 1 unit pabrik untuk menjahit APD, unit kedua untuk menjahit flexible gown, dan unit ketiga untuk menjahit masker. Nah, itu satu poin. Poin yang kedua, harapan besar kami kepada beliau, Bapak Presiden, jadi satu sisi, kita berjuang dalam Covid-19 ini, dan yang satu sisi kita berjuang juga di ekonomi sebagai bukti untuk memastikan bahwa sektor industri yang di kampung yang di Probolinggo, alhamdullilah masih jalan namun dari sisi lain, besar harapan kami kalau Bapak dengan tim pemerintahan berkenan bisa memberikan fasilitas terutama kalau masa Covid-19 yang di dalam negeri bisa selesai kemudian kita bisa berkarya dan memberikan Indonesia untuk ekspor ke luar negeri. Saya kira itu, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh,

Terima kasih Pak Priyono, demikian Bapak Presiden, mohon berkenan Bapak untuk barangkali memberikan arahan kembali kepada kami semua Bapak, izin.

Presiden RI:
Ya, yang pertama tadi dari Pak Wali Kota Madiun, saya kira saya ingin menyampaikan ucapan selamat karena Madiun pada posisi risiko yang sangat rendah dan untuk juga daerah-daerah yang lain agar strategi intervensi berbasis lokal ini betul-betul diperkuat yaitu yang berkaitan dengan manajemen di kampung, manajemen di desa, di RW, maupun di pondok pesantren. Saya kira kalau kita intervensinya berbasis lokal, seperti yang tadi disampaikan Pak Wali, saya kira akan lebih mudah untuk dikendalikan.

Kemudian juga saya titip, terutama untuk bupati dan wali kota, selain urusan kesehatan, juga saya minta untuk dipantau, dilihat, yang berkaitan dengan bansos (bantuan sosial). Jangan sampai ada yang tercecer, kalau ada yang tercecer, tolong diatasi oleh provinsi-gubernur atau oleh wali kota di tingkat kota atau oleh bupati di tingkat kabupaten sehingga masyarakat yang memerlukan bantuan, betul-betul bisa mendapatkan.

Kemudian yang ketiga, yang berkaitan dengan stimulus ekonomi, APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga harus berpikiran masuk ke sini. Dari nasional-pusat ada, tapi kalau dari daerah juga ada, ini akan jauh lebih baik. Selain menyiapkan anggaran untuk stimulus ekonomi di APBD, saya minta juga yang berkaitan dengan belanja APBD ini dipercepat. Belanja, baik belanja-belanja modal, belanja barang, itu segera dilakukan agar terjadi percepatan pertumbuhan di tingkat masyarakat.

Yang kedua, tadi yang disampaikan oleh Bapak Dirut RSI Unisma, urusan yang berkaitan dengan ventilator nanti biar dijawab oleh Pak Menteri Kesehatan atau Ketua Gugus Tugas. Saya pikir kalau urusan ventilator nanti bisa dikirim segera.

Kemudian yang terakhir, yang berkaitan dengan perusahaan tadi, saya sangat menghargai sekali kecepatan pergeseran, menggeser situasi, dari yang sebelumnya tidak memproduksi APD kemudian digeser memproduksi APD dan memproduksi masker. Artinya, secara cepat pengusaha bisa menyesuaikan dari kebutuhan pasar yang ada. Kita harapkan, saya juga baru kemarin mendapat informasi bahwa Indonesia sekarang telah bisa memproduksi kurang lebih 17 juta APD setiap bulannya, dan sudah minggu yang lalu kami berikan dorongan agar kebutuhan di dalam negeri dicukupi, kurang lebih 5 juta, sisanya itu bisa diekspor, baik itu APD maupun masker. Nanti kalau ada waktu, saya enggak tahu, saya ingin berkunjung ke Probolinggo ini ya, di Kepanjen? Ya.

Saya rasa itu yang bisa saya tambahkan. Terima kasih.