Pengenalan Keanggotaan Dewan Pengawas Dan Dewan Direksi Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA)

Selasa, 16 Februari 2021
Veranda Istana Merdeka, Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak/Ibu dan Saudara-saudara yang saya hormati,
Saya perlu menegaskan bahwa Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority yang disingkat INA ini mempunyai posisi yang sangat strategis dalam percepatan pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan, dan mengoptimalkan nilai aset negara secara jangka panjang, dan menyediakan alternatif pembiayaan bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Melalui keberadaan INA, kita akan mengurangi kesenjangan kemampuan pendanaan domestik dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan. INA akan menjadi mitra strategis bagi para investor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, agar tersedia pembiayaan yang cukup untuk program pembangunan, khususnya program pembangunan infrastruktur nasional.

Indonesia termasuk negara yang sangat terlambat dalam pembentukan sovereign wealth fund. Negara seperti Uni Emirat Arab, Tiongkok, Norwegia, Saudi Arabia, Singapura, Kuwait dan Qatar telah 30 tahun sampai 40 tahun yang lalu memiliki, mempunyai sovereign wealth fund dan telah mempunyai akumulasi dana yang besar untuk pembiayaan pembangunan.

Walaupun lahir belakangan dan tidak ada kata terlambat, saya meyakini INA/Indonesia Investment Authority mampu untuk mengejar ketertinggalannya dan mampu memperoleh kepercayaan nasional dan internasional.

Pertama, pembentukan INA mempunyai dasar yang kuat, diperintah langsung oleh undang-undang, yaitu Undang-Undang Cipta Kerja. Kelembagaan dan cara kerjanya juga jelas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2020.

Kedua, INA dijamin menjadi institusi profesional yang dilindungi oleh undang-undang, dan menggunakan pertimbangan-pertimbangan profesional dalam menentukan langkah-langkah kerjanya.

Ketiga, INA dikelola oleh putra-putri terbaik bangsa, yang berpengalaman di kancah profesional-internasional, yang dijaring oleh panitia seleksi dibantu oleh para headhunters profesional.

Pada kesempatan pagi hari ini, saya akan memperkenalkan putra-putri terbaik bangsa yang duduk di jajaran Dewan Pengawas dan Dewan Direktur Indonesia Investment Authority ini.

Di jajaran Dewan Pengawas (Dewas), ada dua anggota ex-officio, yaitu Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani. Saya persilakan. Dan Menteri BUMN, Bapak Erick Thohir. Saya persilakan. Beliau berdua saya kira tidak perlu saya perkenalkan.

Sedangkan anggota Dewas INA dari unsur profesional ada tiga orang. Yang pertama, saya perkenalkan Bapak Haryanto Sahari. Pak Haryanto Sahari ini beliau expert di bidang tata kelola perusahaan dan manajemen risiko. Berpengalaman lebih dari 30 tahun sebagai akuntan senior yang mengaudit berbagai perusahaan besar kelas dunia. Beliau juga anggota komite audit Unilever Indonesia (dari tahun) 2016 sampai sekarang. Dan sebelumnya juga pernah sebagai senior auditor di PricewaterhouseCoopers Australia dan partner PricewaterhouseCoopers Indonesia, serta berpengalaman memimpin restrukturisasi berbagai perusahaan di saat krisis ekonomi Asia di (tahun) ’98-’99.

Yang kedua, Bapak Yozua Makes, ini juga di Dewas INA. Beliau expert dalam bidang hukum korporasi dan keuangan, pendiri dan managing partner dari Firma Hukum Makes & Partners. Punya pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang hukum, dengan spesialisasi menangani merger dan akuisisi, corporate finance, termasuk penanaman modal asing. Beliau menerima berbagai penghargaan internasional sebagai praktisi hukum pasar modal terbaik di Asia Leading Lawyers dari Asia Pacific The Legal 500, kemudian recommended corporate transaction lawyer by Global Council 3000. Sebagai lawyer korporasi, Pak Yozua saya meyakini memiliki reputasi di tingkat internasional.

Yang ketiga, Bapak Darwin Cyril Noerhadi, juga Dewas INA. Saya persilakan. Beliau expert dalam pasar modal, yang punya pengalaman dalam fundraising dan investasi hingga 1,5 miliar USD di Indonesia, Malaysia, India, dan Vietnam, serta berpengalaman sebagai komisaris dan direksi di berbagai entitas ternama, antara lain sebagai corporate finance partner PriceWaterhouseCoopers Indonesia, dan chairman di Creador Capital.

Selanjutnya saya akan juga mengenalkan jajaran Direktur INA. Yang pertama, saya mengundang Bapak Ridha Wirakusumah sebagai CEO/Chief Executive Officer INA. Silakan, Pak Ridha. Beliau sangat berpengalaman sebagai eksekutif senior di industri perbankan, jasa keuangan, dan investasi, terakhir sebagai CEO di Bank Permata. Beliau memiliki pengalaman panjang, pernah menjadi CEO di berbagai perusahaan multinasional, sebagai Direktur Kohlberg Kravis Roberts (KKR) di Hong Kong, sebagai president dan CEO AIG di Hong Kong, kemudian president dan CEO Asia Pacific GE (General Electrics) Capital Consumer Finance and Banking, serta CEO di Maybank Indonesia.

Yang kedua, Bapak Arief Budiman sebagai Deputy Chief Executive Officer (Deputi CEO) INA. Beliau expert di industri keuangan dan investasi, memiliki pengalaman 25 tahun di berbagai perusahaan internasional dan domestik. Dan dalam usia yang sangat muda beliau dipercaya sebagai President McKinsey Indonesia, pernah menjadi konsultan Booz Allen Hamilton di Amerika dan di Asia, dan pernah menjadi Direktur Utama Danareksa dan Direktur Keuangan Pertamina.

Yang ketiga, Bapak Stefanus Ade Hadiwidjaya sebagai Chief Investment Officer INA. Beliau adalah expert dan praktisi investasi profesional, berpengalaman sebagai konsultan internasional, CEO, dan di komite investasi di berbagai perusahaan multinasional, sebagai Managing Director dan Country Head Creador untuk Indonesia dan Singapura, kemudian sebagai Territory Services Leader di IBM Indonesia.

Yang keempat, Ibu Marita Alisjahbana sebagai Chief Risk Officer di INA. Beliau adalah expert di bidang manajemen risiko, paling senior di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 30 tahun. Beliau pernah menjabat sebagai Country and Corporate Risk Manager Citibank Indonesia selama 15 tahun, dan merupakan WNI pertama yang memegang posisi tersebut sepanjang sejarah, pernah juga sebagai Country and Corporate Risk Manager Citibank Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Yang terakhir, saya perkenalkan Bapak Eddy Porwanto sebagai Chief Financial Officer. Beliau expert di pengelolaan keuangan, dan berpengalaman dalam turnaround kinerja dan value improvement di berbagai perusahaan multinasional, punya banyak pengalaman sebagai direktur keuangan di berbagai sektor industri penerbangan, otomotif, dan consumer goods. Beliau juga pernah di Northstar Pacific dan CFO General Motors Indonesia.

Dengan fondasi hukum dan dukungan politik yang kuat, serta Dewan Pengawas dan jajaran Direksi yang hebat dan jejaring internasional yang kuat, saya meyakini Indonesia Investment Authority (INA) akan memperoleh kepercayaan nasional dan internasional, dan mampu membuat INA sebagai sovereign wealth fund kelas dunia.

Saya bersama jajaran pemerintah, dan juga mengharapkan DPR, BPK, serta lembaga-lembaga negara lain juga mendukung penuh gerak Indonesia Investment Authority ini. (INA) harus inovatif, harus berani mengambil keputusan yang out of the box, dengan tata kelola yang baik. Indonesia harus mempunyai alternatif pembiayaan yang memadai untuk akselerasi menuju Indonesia maju.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.