Penyerahan Banpres Produktif Usaha Mikro
Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir di sini Pak Menteri Sekretaris Negara, Pak Menteri BUMN;
Yang saya hormati, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta;
Yang saya hormati, para Direktur Bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara); dan
Bapak/Ibu semua para pelaku usaha mikro, kecil, yang hari ini hadir di sini maupun hadir secara virtual.
Kita tahu semuanya bahwa sekarang ini, kita berada pada kondisi yang tidak mudah, kondisi yang tidak gampang, karena Covid-19, karena virus korona. Supaya Bapak/Ibu semuanya tahu bahwa kondisi sulit seperti ini, sulit karena urusan kesehatan karena Covid-19 dan sulit juga karena urusan ekonomi, karena Covid-19 berimbas pada ekonomi. Dan ini dialami tidak hanya negara kita, dialami oleh 215 negara di dunia. Negara yang kaya, yang besar, kena. Negara yang sedang, di tengah, negara berkembang, juga kena. Negara yang miskin juga kena. Negara kecil juga kena. Semuanya kena. Pelaku usaha di dunia juga sama saja. Pelaku usaha mikro dan kecil juga sama, pelaku usaha di tengah juga sama, pelaku usaha besar juga sulit dan berada pada kondisi yang tidak mudah. Oleh sebab itu, pada kondisi yang seperti ini, kita harus tetap semangat dan tetap harus bekerja keras. Kuncinya di situ. Karena memang, kondisinya tidak gampang dan tidak mudah.
Kita tahu, Bapak/Ibu, pemerintah karena Covid-19 ini telah mengeluarkan semua jurus. Ada yang namanya BLT Desa, ada yang namanya bansos (bantuan sosial) tunai/bansos tunai ada. Ada yang namanya subsidi listrik, digratiskan untuk (pelanggan) yang (menggunakan daya) 450VA, yang bayar 50 persen untuk (pelanggan) yang (menggunakan daya) 900VA. Ada bantuan sembako. Ada yang namanya subsidi bunga, terus kemarin kita keluarkan subsidi gaji. Nah, sekarang kita berikan yang namanya banpres produktif. Banpres produktif ini diberikan kepada pelaku usaha mikro dan kecil, untuk semua bidang usaha. Yang hadir di sini, yang saya tadi dapat informasi, ada yang pedagang minuman, ada yang memproduksi peyek, ada yang pedagang batik, ada yang (pelaku usaha) tambal ban, ada yang penyewaan sound system, ada yang (pelaku usaha) laundry, ada yang pedagang bakpia, ada yang pedagang buah, ada yang (pelaku usaha) warung makan, ada yang (pelaku usaha) jajan pasar, ada yang (pelaku usaha) angkringan, sudah, macam-macam.
Ini, Bapak/Ibu akan diberi bantuan modal usaha sebesar Rp2,4 juta (per orang), Rp2,4 juta, diberikan langsung, ya. Tapi, ingat ini harus dipakai untuk modal usaha. Karena kondisinya seperti ini, saya tahu, ada yang omzetnya…biasanya omzetnya Rp500 ribu, sekarang tinggal Rp300 (ribu), sekarang tinggal Rp200 (ribu), ya memang kondisinya memang…, tadi saya sampaikan di awal, tidak mudah dan tidak gampang. Ada yang omzetnya biasanya Rp1 juta, tinggal Rp400 (ribu). Tapi nanti, insyaallah kalau sudah pada kondisi di mana yang namanya vaksin itu sudah diproduksi dan sudah mulai disuntikkan kepada masyarakat semuanya, nah, itu kita akan berada kembali pada posisi normal. Kemarin Pak Menteri BUMN sudah pergi, ke Uni Emirat Arab, pergi ke China juga, untuk memastikan bahwa vaksin itu bisa kita dapatkan, baik dalam bentuk bahan baku yang kita produksi di sini maupun beli jadi. Ini rebutan semua negara, 215 negara itu rebutan vaksin semuanya, untuk bisa kembali ke normal. Tapi, saya meyakini insyaallah kita nanti di bulan Januari lah, kita sudah mulai suntik vaksin biar keadaannya masuk kepada kondisi yang normal kembali.
Kembali lagi ke usaha, ya memang…saya kemarin bertemu dengan perusahaan besar, ya kondisinya sulit. Ketemu pengusaha tengah, sama, kondisinya sulit. Jadi ini, akan kita berikan kepada 12 juta orang pengusaha mikro dan kecil, Rp2,4 juta tadi diberikan kepada 12 juta sampai kira-kira nanti di bulan September, ini setiap hari terus tambah sampai 12 juta orang. Dan Bapak/Ibu patut bersyukur alhamdulillah sudah dapat yang pertama, yang awal. Tapi saya mau tanya ini yang…, apa, tadi ada yang pedagang bakpia, ada, ya? Saya baca ada, (pedagang) bakpia? Ada? (pedagang) Bakpia? Iya, ada lagi yang (pedagang) bakpia? Satu saja yang (pedagang) bakpia, oh, ada? (pedagang) Bakpia, bakpia…nggih, coba, Ibu sehari omzetnya berapa? Namanya dulu.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Wa’alaikumsalam.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo beserta kementerian…, Kementerian Koperasi (dan) UKM, bersama BRI, saya ucapkan terima kasih. Nama saya Tumbariyani, alamat Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman.
Presiden RI:
Siapa, Bu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Tumbariyani.
Presiden RI:
Tumbariyani…, oh Bu Tumbariyani.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Alamat Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman.
Presiden RI:
Jualannya apa, Bu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Bakpia.
Presiden RI:
Bakpia? Bukan wingko?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Sama.
Presiden RI:
Oh, sama?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Iya, he’eh, saya jual bakpia sama wingko.
Presiden RI:
Wingko juga, bakpia juga, nggih, nggih. Omzetnya berapa Bu sehari, biasa, kalau normal?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Kalau normal, bisa Rp400-Rp500 (ribu).
Presiden RI:
Rp400-Rp500 ribu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya.
Presiden RI:
Sekarang?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Sekarang cuma Rp50 ribu.
Presiden RI:
Nah, masa Bu? Nggih, Bu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Kadang enggak…, kadang sampai enggak buka dasar (toko/warung )Pak, saya, sehari.
Presiden RI:
Kenapa? Kok anjloknya bisa sampai dari Rp500 (ribu) ke….
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Nggak ada wisatawan, Pak, enggak ada wisatawan datang ke sini.
Presiden RI:
Hmm, sekarang, ini kan sudah mulai dibuka, pelan-pelan, sudah bisa naik belum?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya, dikit-dikit.
Presiden RI:
Dikit-dikit tuh, berapa? Sudah, kemarin saja berapa?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya, bisa nyampe Rp100 (ribu).
Presiden RI:
Rp100 (ribu), ya berarti alhamdulillah sudah naik. Nanti mungkin minggu depan sudah naik lagi, jadi Rp200 (ribu), nggih.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya, ya, alhamdulillah, alhamdulillah ya, Pak, ya, ya.
Presiden RI:
Terus gimana?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Saya alhamdulillah dapat banpres ini, pertama-tama saya dihubungi oleh pihak BRI, terus saya dii-bilangin sama BRI kalau dapat bansos itu. Dapat bansos itu sebesar dua juta empat ratus (ribu rupiah).
Presiden RI:
Ibu sudah dapat ini, yang hadir di sini sudah dapat semua?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Sudah.
Presiden RI:
Di dalam tabungan?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Sudah.
Presiden RI:
Dapat Rp2,4 juta, dapat?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Iya.
Presiden RI:
Semua sudah dapat?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Sudah.
Presiden RI:
Sudah diambil?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Belum.
Presiden RI:
Belum? Belum ada yang ambil?
Para Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Penerima Banpres Produktif:
Belum.
Presiden RI:
Yang sudah ambil ada, ndak? Enggak apa-apa diambil. Ibu sudah ambil? Oh, ya, oke, nggih. Ibu belum diambil?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Belum.
Presiden RI:
Ya, sekarang pertanyaannya…
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya.
Presiden RI:
Dapat Rp2,4 (juta) mau dipakai apa?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Buat tambah modal usaha saya.
Presiden RI:
Tambah modal usaha, bukan untuk beli handphone?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Enggak.
Presiden RI:
Ndak?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Enggak.
Presiden RI:
Hmm…, apa tuh berarti? Beli untuk…, beli modal usaha itu apa saja?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Nanti, saya beliin dagangan.
Presiden RI:
Dagangan. Hmm, apa itu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya dagangan saya itu nanti. Ada bakpia, ada yangko, wingko, gitu.
Presiden RI:
Itu membuat sendiri, Ibu?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Yang buat sendiri yang wingko.
Presiden RI:
Wingko. Yang lain ambil dari….
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Tiyang (orang lain).
Presiden RI:
Oke, nggih, nggih. Untungnya berapa sih, Bu, kalau omzet Rp500 ribu gitu, untung berapa?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Enggak mesti, Pak.
Presiden RI:
Enggak mesti?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Iya.
Presiden RI:
Sehari untung berapa? Bukan omzet ya, untungnya pinten?
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Ya, itu nanti tergantung kalau laku apa ndak, Pak.
Presiden RI:
Kalau laku, kita penginnya kan laku.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
He’eh, iya, kalau laku ya bisa Rp40 ribu-Rp50 ribu.
Presiden RI:
Rp40 ribu-Rp50 ribu…oh, nggih, mpun, nggih, matur nuwun, matur nuwun, nggih.
Pedagang Bakpia, Ibu Tumbariyani:
Nggih.
Presiden RI:
Jadi betul ya, ini semua sudah, sudah, dapat ya? Saya ingin memastikan karena kadang-kadang kan kalau enggak dipastikan dapat semuanya itu kan, katanya dapat ternyata ndak gitu, berarti sudah dapat. Ibu tadi…sudah diambil? Sebentar, sebentar. Sebentar, Ibu jualannya apa?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Batik.
Presiden RI:
Apa?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Batik, tapi cuma enggak terlalu besar banget.
Presiden RI:
Batik?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Ya.
Presiden RI:
Nggih, besar enggak apa-apa juga, bagus.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Ya, mudah-mudahan nanti, amiin saja.
Presiden RI:
Biar jadi gede, nggih.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Amiin, amiin.
Presiden RI:
Ibu jualan batik?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Ya.
Presiden RI:
Nggih, terus ini Ibu tahu sudah dapat Rp2,4 juta itu kapan?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Hari Senin.
Presiden RI:
Hari Senin? Oh, hari Senin sudah, sudah, sudah, sudah, sudah dapat itu?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Ya, saya dipanggil ke BRI waktu itu.
Presiden RI:
Oh, sudah diambil?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:Sudah, sekalian Pak. Bapak bilang suruh ambil, mau diambil sekarang apa besok lain kali? Begitu….
Presiden RI:
Sudah? Terus diambil, sudah diambil Ibu?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Ya sekalian saya tapi akhirnya sekalian saja, Pak. Nanti kalau buat modal….
Presiden RI:
Enggak, tapi Ibu sudah ambil belum?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Sudah.
Presiden RI:
Berapa?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Rp2,4 (juta).
Presiden RI:
Rp2 (juta)? Sudah diambil Rp2 (juta)?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Enggak, ambilnya saya dua juta seratus lima puluh (ribu rupiah).
Presiden RI:
Dua juta seratus lima puluh (ribu rupiah)? Oke, dipakai apa? Sudah dipakai apa?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Nanti untuk belanja, untuk dijual lagi, Pak. Saya karena…untuk celana saja, karena saya alasannya bisanya jual celana batik itu.
Presiden RI:
Oh, Ibu beli ke…, beli gitu? Beli terus dijual lagi?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Iya, iya.
Presiden RI:
Oh, oke, nggih, nggih, sae, sae, nggih, sae, nggih.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Tapi sekarang sepi banget, Pak.
Presiden RI:
Nggih.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Cuma 2 minggu…, ya selama itu, pariwisata dibuka itu, agak laku lah. Biasanya yang laris itu Sabtu-Minggu.
Presiden RI:
Ngoten?
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Jumat, Jumat-Sabtu itu sudah berjalan bagus, ya, terima kasih, masih ada…, sekaligus dapat bantuan dari Bapak, saya mengucapkan terima kasih.
Presiden RI:
Nggih, sami-sami.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Semoga Bapak dalam memimpin negara Indonesia ini menjadi sehat, selalu berhasil, dengan sempurna.
Presiden RI:
Nggih, pangestunipun sedanten, nggih, matur nuwun.
Pedagang Batik, Ibu Veronica Sukirah:
Terima kasih ya, Pak, ya.
Presiden RI:
Nggih, nggih, terima kasih.
Nggih, ya jadi, saya punya bayangan bahwa apa itu…, bantuan yang kita berikan ini betul-betul nanti bisa dimanfaatkan semuanya. Kalau Bapak/Ibu masih kurang ya, sekarang kan sudah punya apa…, nomor, nomor rekening di bank, ya kalau nanti kurang, ya minta tambahan ke bank, tapi pinjam, ngoten, pinjam. Kalau yang ini enggak pinjam ya, ini adalah betul-betul bantuan modal kerja, bukan pinjam, bukan kredit, tapi bantuan kepada Bapak/Ibu semuanya. Tapi kalau nanti usahanya berkembang, silakan minta tambahan ke bank. Kalau ini Bank BRI ya BRI, Bank Mandiri ya Bank Mandiri, Bank BNI ya BNI, tapi pinjam kalau yang untuk tambahan, nggih.
Ada yang ingin menyampaikan sesuatu? Kalau enggak ada, saya…, ya, terakhir, silakan.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Selamat sore, Bapak Presiden. Selamat sore, Bapak Presiden bersama Menteri, Bupati, dan (pelaku) UKM yang kita hormati. Perkenalkan, nama saya Ignatius Supoyo.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Panggilannya Bapak Poyo atau Mbah Mbilung.
Presiden RI:
Pak Poyo.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Iya.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Alamat saya di Desa Nogosari, Kelurahan Trirenggo, Bantul, Yogyakarta Hadiningrat.
Presiden RI:
Silih pundi nggih niku, nggih?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Bantul, Pak.
Presiden RI:
Bantul.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Samping rumah dinas bupati saya, Pak, jualannya Pak.
Presiden RI:
Apa?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Trirenggo, Pak.
Presiden RI:
Jualannya apa?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Jualan soto, Pak.
Presiden RI:
Soto?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Dekat…, dekat dengan Gentur, Pak.
Presiden RI:
Soto?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Ya, jualan soto dekatnya Mas Gentur, Gentur di Manding itu.
Presiden RI:
Nggih, nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Saya jualan soto, lantas adanya pandemi (Covid-19) itu, Pak, ijen, itu sepinya ndak karu-karuan, akhirnya kita memilih untuk istirahat, daripada kita ndak kembali modal.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Gitu, lantas…, untungnya, setelah berapa kemudian itu saya bangkit lagi.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Bangkit lagi, kira-kira satu minggu-dua minggu ini, lantas saya dipanggil BRI.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Saya bingung, enggak punya utang kok dipanggil BRI, ada apa ini?
Presiden RI:
Oh…ngaten?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Ternyata di sana, saya dikasih tahu bahwa saya dapat bantuan dari Presiden, itu.
Presiden RI:
Hmm…ngaten?
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Pokoknya saya beribu terima kasih….
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Atas bantuan Bapak Presiden, tadi dan saya nanti mudah-mudahan ada hikmahnya bantuan dari Presiden itu.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Bisa untuk tambahan modal.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Mudah-mudahan nanti bisa lebih besar lagi.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Dan ndak lupa, saya juga selalu mendoakan Bapak Presiden, supaya dalam mengemban tugasnya itu selalu sehat walafiat.
Presiden RI:
Nggih, matur nuwun.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Biar besok kita dapat bantuan lagi, gitu, lo, Bapak Presiden. Biar bisa dibantu lagi.
Presiden RI:
Nggih, matur nuwun.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Buat Pak Presiden, dalam menghadapi negara ini, supaya selalu tabah dan tegar, dan masyarakat kita semuanya. Karena negara kita baru dalam kesulitan, nggih, Pak, nggih, dalam keadaan kesulitan. Jadi, kita semuanya ini ada manfaatnya, biar kita itu nanti ke depannya, untuk menuntut hidup baru. Keluar pakai masker, cuci tangan….
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Keluar cuci tangan, masuk cuci tangan, dan begitu jarak diatur satu meter dengan yang lain. Demikian saja, Pak Presiden, terima kasih. Mungkin ada salah kita yang tidak berkenan dengan Pak Presiden, kita mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Presiden RI:
Nggih.
Pelaku Usaha Warung Soto , Bapak Ignatius Supoyo:
Tidak lupa, ini tadi ada salam dari Pak Gentur.
Presiden RI:
Nggih, matur nuwun.
Saya tadi terakhir sebetulnya mau saya tutup tapi sudah ditutup oleh Pak Poyo tadi. Jangan lupa pakai masker, saya mau ngomong gitu, jaga jarak, cuci tangan, tapi sudah didahului, enggak jadi saya ngomong.
Nggih, saya kira, apa…sekali lagi, apa yang disampaikan oleh Pak Poyo yang terakhir tadi, tolong betul-betul kita perhatikan bersama. Pentingnya memakai masker, sangat penting sekali saat ini, agar kita tidak terkena virus Covid-19, penting. Menjaga jarak, seperti sekarang ini, kalau dulu kursi di-mepet-mepet enggak apa-apa, sekarang ya seperti ini. Kumpul juga enggak bisa, orang-orang banyak, berdesak-desakan, berkerumunan, uyel-uyelan, sudah enggak bisa lagi kita, karena ada Covid-19, di dunia…tidak hanya di Indonesia. Enggak ada yang berani seperti itu. Kemudian kalau habis kegiatan, ya pulang, segera cuci tangan. Saya hanya mengulang apa yang disampaikan Pak Poyo tadi, nggih.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, pergunakan bantuan modal kerja ini untuk betul-betul mengangkat lagi usaha yang kita miliki.
Saya tutup. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.