Peresmian Pembukaan BNI Investor Daily Summit 2023

Selasa, 24 Oktober 2023
Plataran Hutan Kota, Senayan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta

Presiden RI:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastyastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, Ketua dan Pimpinan Lembaga-lembaga Negara yang hadir, para Duta Besar Negara-negara Sahabat, Gubernur Bank Indonesia beserta para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Pj. Gubernur DKI Jakarta, Direktur Utama BNI, Chairman B Universe;
Bapak-Ibu sekalian, Hadirin, dan Undangan yang berbahagia.

Dunia sekarang ini makin tidak jelas. Tantangan yang kita hadapi juga tidak semakin berkurang, tetapi semakin bertambah. Perubahan iklim yang dulunya kita anggap sesuatu yang masih absurd, tetapi sekarang sudah nyata. Kekeringan, super El Nino  betul-betul kita rasakan, dan produksi beras turun hampir di semua negara. (Sebanyak) 22 negara mengerem, menstop, tidak mengekspor berasnya lagi. Inilah kondisi-kondisi yang dulunya tidak pernah kita hitung, tetapi muncul.

Kemudian juga pelemahan ekonomi global yang kita tunggu, katanya, “Tahun depan akan naik, tahun depan akan naik,” ternyata juga belum. Kebijakan kenaikan suku bunga yang tinggi dan dalam waktu yang lama oleh Amerika Serikat juga semakin merumitkan utamanya negara-negara yang berkembang. Capital outflow semuanya lari balik ke Amerika Serikat, semakin juga merumitkan kita semuanya.

Dan perang, perang yang satu, perang Ukraina, belum jelas berakhirnya, kapan muncul lagi perang yang kedua, perang Hamas versus Israel, semakin mengkhawatirkan semua negara sekarang ini karena larinya nanti bukan hanya perangnya di Israel dan Palestina, melainkan kalau meluas, melebar ke Lebanon, melebar ke Suriah, melebar nanti misalnya dengan Iran akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak pasti akan naik. Saya cek kemarin, harga brent masih USD89 per barel. Tapi kalau meluas seperti yang tadi saya sampaikan, kita enggak ngerti, bisa mencapai USD150. Inilah yang harus kita waspadai, hati-hati semuanya, baik sisi moneter maupun sisi fiskal.

Untuk negara kita, sebetulnya arah ke depan itu sudah jelas apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita kerjakan, semuanya sudah jelas. Rencana-rencana sudah ada semuanya. Hilirisasi misalnya, peta jalan untuk minerbanya seperti apa setelah distop nikel, kemudian stop tembaga, kemudian stop bauksit, kemudian stop timah, dilanjutkan lagi nanti untuk hilirisasi di bidang perkebunan, pertanian, kelautan, semuanya. Peta jalan itu sudah jelas.

Tinggal kita ini biasanya, dari kunci keberlanjutan itu bukan di kebijakan makronya, bukan di rencana-rencana makronya, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengawal implementasi, kerja detail, dicek yang detail, kerja lapangan, diawasi dan dicek di lapangan. Artinya kerja mikro itu sangat penting sekali. Debottlenecking diselesaikan. Memang kerja sekarang enggak bisa yang makro saja, enggak bisa.

Dan punya tim, kita harus punya tim, masing-masing kementerian dan lembaga punya tim untuk mengawal di lapangan. Ini biasanya yang senang untuk terjun ke lapangan ini anak-anak muda. Kawal di lapangan, cek di lapangan, awasi lapangan sehingga sesuai betul dengan kebijakan, policy yang sudah kita putuskan.

Saya berikan contoh, misalnya pembangunan MRT. Rencananya sudah ada 26 tahun yang lalu waktu saya Gubernur saat itu, 26 tahun rencana itu ada, tapi tidak dieksekusi.

Memang ada problemnya. Dikalkulasi, dihitung, selalu rugi. Kesimpulan rugi, enggak berani meneruskan. Hitung lagi, kesimpulan rugi.

Bapak-Ibu sekalian,
Memutuskan seperti itu, itu adalah keputusan politik, bukan keputusan ekonomi di perusahaan. Dihitung untung ruginya boleh, tapi kalau itu dihitung kemudian selalu rugi terus, apakah kita tidak akan bangun yang namanya MRT?! LRT juga sama seperti itu.

Hanya bagaimana menutup kerugian itu dari sebelah mana, dari anggaran apa, dari income apa, dari penerimaan apa, itu yang harus dicari. Akhirnya ketemu, ditutup dari ERP, ditutup dari electronic road pricing, ketemu. Ya sudah, diputuskan saat itu, saya putuskan, dan itu adalah keputusan politik.

Bahwa APBN atau APBD sekarang masih suntik Rp800 miliar, itu adalah memang kewajiban karena itu pelayanan, bukan perusahaan, untung dan rugi.

Kembali, ini kok kelihatannya serius semua itu? Mungkin masih kepagian ini, jadi saya lihat kok serius semua.

Saya mau memberi hadiah sepeda sajalah.

Jadi kita ini memang harus berhitung dan main nafas panjang. Endurance kita harus betul-betul kita kalkulasi, tahan sampai kapan. Kalau APBN, saya cek sampai 13 Oktober kemarin, Ibu Menteri Keuangan, Bu Sri Mulyani, masih pegang uang yang menurut saya masih gede bangetlah, kira-kira Rp616 triliun. Jadi masih untuk napas panjang sampai 2024, masih aman.

Dan kalau pagi ketemu Bu Sri Mulyani masih tersenyum, saya juga di hati saya masih tenang. Tapi kalau sudah enggak ada senyumnya, itu mesti kita tanda tanya.

Kemudian kalau melihat pelemahan ekonomi global, kita juga masih bersyukur. Gross kita masih di atas 5 persen.

Kemudian kalau kita lihat persentase depresiasi mata uang kita, enggak (masalah), masih aman, aman untuk sektor riil, aman untuk sektor keuangan, dan aman juga untuk inflasi.

Kemarin saya bertemu dengan Pak Gubernur BI dan (Pak Ketua DK) OJK, saya tanya, “Pertumbuhan kredit di angka berapa?” Menurut saya masih tumbuh baik di 8,69. Ini angka yang menurut saya cukup baik.

Dan pada hari ini kita juga akan rapat bagaimana untuk men-trigger ekonomi, kita akan memberikan insentif, belum kita putuskan, masih (akan) rapat pada sore hari ini, memberikan insentif pada dunia properti, dunia perumahan untuk menjaga momentum ekonomi kita. Kita nanti akan putuskan, mungkin akan putuskan, segera putuskan PPN akan ditanggung oleh pemerintah.

Dan untuk perumahan yang MBR, untuk masyarakat ekonomi di bawah, ini juga akan diberikan bantuan untuk uang administrasi, yang Rp4 juta itu ditanggung oleh pemerintah sehingga akan men-trigger ekonomi kita.

Kemudian juga kalau kita lihat, saya juga biasanya melihatnya itu di pajak, di pajak. Kemarin Bu Menteri Keuangan juga menyampaikan pajak masih tumbuh 5,6 persen dari baseline tahun lalu. Artinya masih ada pertumbuhan penerimaan negara. Artinya, kalau orang bayar pajak, bisnis dia jalan. Saya ceknya di sini biasanya.

Asal penerimaan negara masih tumbuh, penerimaan pajak masih tumbuh, ya itulah berarti ekonomi kita masih baik. Tetapi sekali lagi kita semuanya harus melihat kembali tantangan-tantangan yang di depan tadi sudah saya sampaikan.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.

Dan terakhir, supaya enggak terlalu serius, saya beri hadiah sepeda, silakan maju yang bisa menjawab pertanyaan saya.

Jauh di mata, dekat di hati. Jauh di mata, dekat di hati, jawabannya? Silakan tunjuk jari.

Ini yang tadi paling cepat.

Perkenalkan nama.

Peserta-1:
Selamat siang semua. Saya Matthew Lembong. Salam kenal.

Presiden RI:
Matthew. Dari?

Peserta-1:
Privat sector, Pak. Properti.

Presiden RI:
Properti.

Jauh di mata, dekat di hati, jawab Mathew.

Peserta-1:
Saya rasa, jauh di mata, dekat di hati adalah BNI Investor Daily Summit 2023, saya rasa.

Presiden RI:
Salah, bukan itu.

Ada yang bisa?

Maju, silakan, ya maju.

Ya benar, benar menurut Matthew, bener: BNI Investor Daily Summit 2023. Tapi menurut saya salah.

Kenalkan, nama?

Peserta-2:
Perkenalkan, nama saya Zulfakar, Pak.

Presiden RI:
Zulfakar.

Mas Zul, langsung jawab. Jauh di mata, dekat di hati.

Peserta-2:
Jawabannya adalah empedu, Pak.

Presiden RI:
Sepeda satu, udah.

Peserta-2:
Terima kasih, Bapak.

Presiden RI:
Silakan kembali ke tempat.

Sepedanya diambil di Istana. (Presiden bergurau)

Yang dapat sepeda hanya Mas Zul. Matthew enggak dapat.

Terakhir, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka BNI Investor Daily Summit Tahun 2023.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.