Peresmian Pembukaan KOMPAS 100 CEO Forum Tahun 2019

Kamis, 28 November 2019
Hotel Ritz-carlton, Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Warahmatulah Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir di sini Pak Menteri Menko Perekonomian, Pak Menteri Sekretaris Kabinet, Mas Menteri Pendidikan;
Yang saya hormati, CEO Kompas Gramedia beserta seluruh keluarga besar Gramedia Group;
Yang saya hormati, para CEO dari prusahaan-perusahaan publik yang hadir;

Hadirin/undangan yang berbahagia,
Pada pagi hari ini saya tidak akan berbicara masalah yang berkaitan dengan digital disruption karena nanti yang mungkin lebih pas berbicara adalah Mas Menteri dan Mas William Tokopedia, jadi saya ingin berbicara masalah makro dan ke depan negara kita, Indonesia.

Yang pertama, saya ingin menunjukkan Indonesia itu ada di mana sekarang ini. Ini penting sekali supaya kita ada rasa optimisme bahwa negara ini dalam kondisi yang kalau dibandingkan dengan negara-negara yang lain itu lebih, jauh lebih baik. Terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Kita lihat kalau di G20, kita itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berada pada posisi ranking yang ke-3. Ini yang patut kita syukuri dan sering kita lupakan, nomor 3 di bawah India dan Cina, baru Indonesia sehingga rasa optimisme ini harus terus kita kembangkan.

Jangan sampai kita itu selalu berada pada posisi kelihatan tertekan. Memang semua negara sekarang ini tertekan oleh kondisi eksternal pertumbuhan ekonomi global, perang dagang yang tidak semakin jelas, masalah-masalah yang ada di Amerika Latin, masalah Brexit (British exit), masalah-masalah yang ada di Timur Tengah. Di dekat kita ada masalah Hongkong yang enggak selesai-selesai. Tapi menurut saya kalau kita konsentrasi menghadapi tantangan-tantangan internal yang kita hadapi, saya yakin negara kita, kita optimis, pertumbuhan ekonomi kita akan semakin baik.

Tantangan kita ada di mana? Saya kira kita masih, pertumbuhan ekonomi kita masih, tahun ini mungkin berada pada angka nantinya mungkin 5,04 persen atau 5,05 persen, kira-kira berada di situ. Tahun depan memang dengan kondisi ekonomi global yang menurut Bank Dunia, menurut IMF, akan juga kemungkinan bisa turun lagi karena perusahaan-perusahaan yang ada belum bisa diselesaikan. Bahkan secara khusus, Ms. Kristalina dari Managing Director IMF kemudian David Malpass dari Bank Dunia waktu ketemu dengan saya juga menyampaikan, “Presiden Jokowi hati-hati kondisi global belum jelas jadi lebih baik, terutama fiskalnya prudent saja”. Saya setuju bahwa fiskal kita memang harus prudent karena anggaran APBN itu hanya memengaruhi kurang lebih 14 persen dari ekonomi yang kita miliki. Artinya apa? 86 persen baik itu yang namanya perputaran uang, baik itu yang namanya ekonomi, itu berada di sektor swasta yang di dalamnya termasuk BUMN. Artinya apa? APBN itu hanya memacu, memicu, mentrigger, menstimulasi agar ekonomi kita bisa bergerak tetapi 86 persen yang menentukan adalah swasta dan BUMN.

Kita tahu juga rasio defisit kita terhadap PDB juga sangat hari-hati kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain. Tahun ini, di dalam APBN kita memasang angka di 1,9 persen tetapi mungkin nanti jatuhnya di angka 2 persen lebih sedikit. Tahun depan kita memasang di angka 1,7 persen tetapi mungkin juga bergerak, tetapi paling tidak itu semuanya masih prudent di bawah angka 3 persen atau 2,5 persen.

Kemudian inflasi, kalau kita lihat selama 5 tahun ini, kita dapat menjaga pada posisi kurang lebih di angka 3,5 persen, yang sebelumnya kalau kita lihat 8 persen atau 9 persen angka inflasi kita. Ini terus harus kita jaga bersama-sama terutama di Bank Indonesia dalam menjaga inflasi ini.

Kemudian tingkat kemiskinan, kita tahu ini tantangan besar kita. Angka kemiskinan kita 5 tahun yang lalu berada di angka 11,2 persen kemudian bisa turun sekarang ini pada angka kurang lebih 9,4-9,6 persen, saya kira tantangan inilah yang harus kita kurangi, kita kurangi.

Kemudian juga tingkat ketimpangan, Gini ratio kita juga bisa kita setop dan kita turunkan meskipun juga tidak bisa drastis, tetapi dari angka 0,408 di 2015 bisa kita turunkan berada pada angka 0,38. Ini terus akan kita jaga agar berkurang, berkurang, berkurang ketimpangan kita.

Kemudian apa yang akan kita kerjakan 5 tahun ke depan? Sudah beberapa kali saya sampaikan, 5 yang akan kita kerjakan. Prioritas pertama adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Ini adalah hal yang paling sulit, tidak gampang menyelesaikan, memperbaiki masalah SDM ini, setelah 5 tahun yang lalu bekerja keras, fokus di pembangunan infrastruktur meskipun ini 5 tahun ke depan tetap kita lanjutkan tetapi fokus kita adalah di pembangunan sumber daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur. Kemudian penyederhanaan regulasi yang nanti akan kita kerjakan dengan omnibus law. Kemudian penyederhanaan birokrasi kita, dan yang terakhir adalah transformasi ekonomi.

Yang terberat di bidang pembangunan sumber daya manusia adalah, kita tahu, laporan dari Bank Dunia yang sampai kepada saya, menyampaikan bahwa 54 persen dari pekerja kita, 54 persen dari pekerja-pekerja kita dulunya adalah balita yang mengalami stunting. Ini sebuah angka yang sangat besar sekali. Oleh sebab itu, stunting menjadi program prioritas kita dalam pembangunan sumber daya manusia. Kita tahu, prevalensi stunting anak balita kita masih tinggi. Dulu waktu kita masuk, berada pada angka 37 persen, selama 5 tahun bisa kita turunkan menjadi kurang lebih 27 persen tapi target kita 5 tahun ke depan berada pada angka, kemarin dari Bappenas meminta targetnya 19 persen, saya masih tidak mau. Saya ngotot 14 persen, bukan 19 persen tapi 14 persen. Karena ini kalau dikerjakan secara fokus, angka itu bukan sesuatu yang sulit untuk kita dapat tapi memang perlu kerja keras dan fokus, detail, tajam, untuk menusuk pada masalah-masalah yang memang harus kita kerjakan.

Kemudian ini yang berpuluh tahun tidak pernah bisa kita selesaikan adalah agenda dalam menurunkan current account deficit, tidak pernah selesai. Tetapi saya meyakini dengan transformasi ekonomi yang kita kerjakan, saya yakin kita akan bisa menyelesaikan ini dalam waktu 3, maksimal 4 tahun akan bisa kita selesaikan yang namanya current account deficit kita, deficit transaksi berjalan kita.

Framework untuk transformasi ekonomi dalam rangka menyelesaikan current account deficit kita adalah seperti yang ada di layar. Kita selalu sudah bertahun-tahun ketergantungan pada komoditas, baik itu quantitynya maupun harganya. Harga komoditas selalu membayangi ekonomi kita karena turunnya harga komoditas pasti akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi kita. Kemudian impor yang besar atas energi, terutama minyak dan gas.

Kemudian barang-barang modal dan bahan baku, sebetulnya barang modal dan bahan baku juga enggak ada masalah kalau itu dipakai lagi untuk kita keluarkan sebagai barang-barang ekspor, produk-produk ekspor. Tetapi banyak juga dari bahan-bahan baku atau barang modal ini juga masuk untuk konsumsi domestik kita. Sebetulnya juga tidak ada masalah asal itu menjadi sebuah hal yang produktif di ekonomi kita. Sehingga dari hal yang tadi saya sampaikan, memengaruhi defisit transaksi berjalan kita yang juga memengaruhi volatilitas dari rupiah dan pertumbuhan ekonomi kita. Oleh sebab itu, ke depan kita memiliki agenda besar yaitu meningkatkan ekspor dan produk substitusi impor, 2 hal ini yang menjadi agenda yang berkaitan dengan ekspor dan impor.

Kemudian menarik devisa sebanyak-banyaknya. Ini nanti akan kita lakukan lewat pengembangan destinasi wisata dan tentu saja tugas besar dari BKPM adalah menarik investasi langsung atau FDI (foreign direct investment) yang ini juga bukan sesuatu yang gampang karena semua negara sekarang ini berbondong-bondong ingin menarik FDI masuk ke negara mereka masing-masing.

Yang pertama, yang berkaitan dengan peningkatan ekspor dan produk substitusi impor. Akan kita lakukan apa? Hanya satu yang ingin kita kerjakan yaitu hilirisasi, industrialisasi dari sumber daya alam kita. Kita tidak mau lagi yang namanya impor bahan mentah (raw material/bahan baku) ke luar. Misalnya, nikel? Ndak, setop, kita harus pindahkan ke barang-barang setengah jadi atau barang jadi karena itu hilirisasi dari nikel ini akan menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah yang besar apabila kita ekspor dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi, target kita barang jadi.

Kemudian yang kita ingin nanti dalam waktu kira-kira 2 sampai 3 tahun, kita ingin turunan dari nikel ini bisa lari ke yang namanya litium baterai. Inilah strategi bisnis negara yang sedang kita rancang agar negara kita Indonesia ini bisa menjadi hub besarnya bagi industri mobil elektrik. Arahnya ke sana karena kita memiliki nikel, ada kobalt, mangan, dan bahan baku lainnya yang bisa dipakai oleh industri dalam rangka membangun litium baterai dan kita tahu Indonesia memiliki cadangan nikel yang terbesar di dunia, nomor 1 di dunia. Strategi ini harus kita pakai dalam rangka membangun industri mobil listrik di negara kita. Kita sudah kirim Menteri, mendekati industri-industri besar mobil di Jepang, di Korea, di Jerman dalam rangka kita mengembangkan litium baterai.

Kemudian juga misalnya ini, batu bara. Kenapa terus-menerus yang namanya batu bara ini kita ekspor dalam bentuk mentahan (raw material)? Batu bara bisa jadi polypropylene (PP) untuk bahan-bahan baju dan yang lain-lainnyaDME (dimethyl ether)batu bara bisa masuk ke sana. LPG(liquefied petroleum gas) kenapa kita harus impor padahal bisa dibuat dari batu bara yang kalorinya rendah sehingga mengurangi impor LPG kita kemudian bahan baku dari batu bara bisa dikerjakanIni saya berikan target juga kurang lebih 3 tahun, ini harus bisa diselesaikan. Bauksit bisa masuk ke alumina, CPO dalam bentukcrude palm oil sudah harus mulai masuk, akan kita masukkan nanti ke B30Sekarang sudah berjalan B20, masuk lagi ke B30, masuk lagi B50, masuk lagi ke B100. Artinya apa? Ya CPO-nya ini kita gunakan sendiri untuk biodiesel, untuk biofuel, kenapa kita harus tarung dengan Uni Eropa gara-gara kita dibannedada diskiriminasi untuk produk CPO kita. Ndak,kita pakai sendiri saja. Akan kelihatan nanti harga CPO ini dalam waktu setahun-dua tahun ini akan kelihatan. Coba Bapak/Ibu sekalian lihat nanti, sebelumnya harga berapa, sekarang setelah B20 naik menjadi berapa, nantinya kalau sudah B30 di Januari akan berada pada angka berapa, dan kalau nanti sudah B100 akan berada pada angka berapa. Artinya, petani-petani sawit kita akan menikmati harga yang baik, target kita ke sana.

Kemudian yang kedua, menarik devisa tambahan. Artinya tambahan devisa ini harus juga kita kerjakan yaitu lewat pengembangan destinasi wisata baru. Kita memiliki Bali, ya. Tapi kita sekarang ini baru mengembangkan 10 Bali baru, yang kita fokus sekarang ini dalam 2 tahun ini hanya 5 dulu. Sudah, bekerja kita sekarang tidak usah terlalu ke mana-mana, 5 itu kerjakan dulu. 5 selesai, nanti fokus lagi ke 5 berikutnya. Mana 5 yang baru yang sekarang kita kerjakan? Satu, Mandalika. Yang kedua, Labuan Bajo. Yang ketiga, Borobudur. Yang keempat, Danau Toba. Yang kelima, Manado. Dengan segmentasi yang berbeda-beda, sudah kita atur semuanya. Mana yang super premium, mana yang medium ke bawah, mana yang untuk wisata rame-rame, mana yang wisata khusus, semuanya sekarang ini sudah. Dan kita harapkan nanti di tahun 2020 akhir, semua infrastruktur,calendar of eventkemudian perbaikan produk-produkhandicraft ekonomi kreatif yang akan mendukung destinasi wisata baru ini akan selesai akhir tahun depan,insyaallah semuanya selesai.

Saya berikan contoh, misalnya Borobudur. Bulan Maret nanti, YogyakartaInternational Airport juga sudah akan selesai 100 persen. Dari situ nanti akan langsung ada jalan baru menuju ke Borobudur yang lebih dekat sehingga turis gampang menuju ke Borobudur. Lingkaran di sekitar Borobudur juga jalannya semuanya akan dilebarkan dan diperbaiki dalam rangka mendukung itu termasuk juga penyiapan lahan yang dikhususkan untuk mendukung Borobudur sebagai sebuah tempat wisata yang memang wajib untuk dikunjungi oleh turis-turis dari luar.

Labuan Bajo ini super premium, ini juga hati-hati. Saya sudah sampaikan hati-hati, jangan sampai ini campur aduk dengan yang super premium dengan yang menengah ke bawah, beda-bedakan. Kalau perlu ini ada kuotanya, berapa orang yang boleh masuk ke Labuan Bajo dalam 1 tahun, saya sudah memberikan arahan seperti itu kepada Menteri Pariwisata, Pak Wishnutama. Sehingga kita harapkan nanti, kalau produknya selesai, saya sampaikan silakan promosi besar-besaran. Jangan sekarang promosinya, produknya dulu diselesaikan, biar baik, biar bagus. Sehingga nantinya, wisatawan datang itu akan berpromosi sendiri karena memang melihat sesuatu yang berbeda kalau dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain.

Kemudian menarik FDI, perbaikan iklim investasi di 5 tahun kemarin memang ada kenaikan tetapi problem terbesar kita memang berada pada regulasi. Undang-undang yang kita miliki yang bukan sesuatu yang gampang kita selesaikan karena menyangkut banyak sekali Undang-Undang (UU). Tidak hanya di pusat tetapi juga di provinsi, di kabupaten, dan di kota. Inilah yang ingin kita kerjakan dalam bulan-bulan ke depan ini. Di Desember kita akan mengajukan omnibus law untuk perpajakan. Kemudian nanti di awal Januari, kita akan mengajukan omnibus law untuk iklim investasi yaitu UU Cipta Lapangan Kerja. Ada kurang lebih 74 UU yang semuanya kita kumpulkan kemudian kita ajukan menjadi 1 UU kepada Dewan (DPR) dan kita harapkan dengan UU yang baru ini nanti, kecepatan tindakan-tindakan kita di lapangan, itu akan kelihatan cepat atau tidaknya. Tetapi sekali lagi, ini masih tergantung kepada persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat kita. Apabila itu disetujui, saya meyakini akan terjadi perubahan yang besar dari regulasi-regulasi yang kita miliki.

Kemudian mengenai nantinya pembangunan sumber daya manusia, apa yang ingin kita kerjakan, nanti biar Mas Menteri Nadiem Makarim yang menyampaikan.

Kemudian birokrasi, pemangkasan birokrasi. Tahun depan kita akan lakukan pengurangan eselon. Kita sekarang ini memiliki eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV. Kita akan, yang (eselon) III dan IV ini akan kita potong dan saya sudah perintahkan juga kepada MenPAN-RB untuk mengganti dengan A.I. (artificial intelligence) sehingga ada kecepatan. Kalau kita ganti dengan artificial intelligence, saya yakin kecepatan kita dalam perbirokrasian kita akan lebih cepat, saya yakin itu. Tapi sekali lagi, ini juga nanti akan sangat tergantung sekali kepada omnibus law yang kita ajukan kepada DPR.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Selamat bekerja.

Wassalamualaikum Warahmatulah Wabarakatuh.