Peresmian Pembukaan Kongres Nasional (Mahasabha XIII) Kesatuan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia (KMHDI) Tahun 2023
Om swastyastu,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, Menteri Sekretaris Negara, Prof. Pratikno, yang hadir bersama saya;
Yang saya hormati, Menteri Agama, Pak Yaqut Cholil Qoumas;
Yang saya hormati, Menteri PPPA, Ibu Bintang Puspayoga;
Yang saya hormati, Panglima TNI beserta Kapolri yang hadir juga bersama saya, dan Staf Khusus Kepresidenan, Pak Ari Dwipayana;
Yang saya hormati, Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah beserta Ibu;
Yang saya hormati, Rektor Universitas Tadulako;
Yang saya hormati, Ketum-ketum Cipayung Plus yang juga hadir;
Yang saya hormati, Ketua Umum PHDI Pusat, Ketua Presidium Pimpinan Pusat KMHDI, I Putu Yoga, beserta seluruh jajaran Pengurus, Ketua dan Pimpinan Daerah dan Cabang KMHDI yang hadir pada siang hari ini;
Bapak-Ibu, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, yang saya cintai.
Palu ini dari Jakarta jauh sekali, sangat jauh sekali, tapi saya senang tadi dari depan saat saya masuk saya lihat semangatnya, semangatnya luar biasa. Kalau lihat yang semangat-semangat seperti ini, saya biasanya pengen bagi-bagi sepeda. Tapi sebelumnya saya mau menyampaikan beberapa hal terlebih dahulu.
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Tantangan yang kita hadapi saat ini, tantangan dunia saat ini betul-betul tidak semakin mudah, tetapi ke depannya juga akan semakin menyulitkan, semakin sulit, bukan hal yang mudah.
Kita tahu, hampir tiga tahun pandemi kita bersyukur bisa kita lewati dengan baik, tapi tantangan setelah pandemi bukan sesuatu yang mudah. Banyak negara di dunia saat ini setelah menghadapi pandemi ekonominya langsung jatuh. Saya bertanya kepada Managing Director-nya IMF, “Terakhir, berapa negara yang menjadi pasiennya IMF?” “96 negara.” Hampir separuh negara di dunia sekarang ini menjadi pasiennya IMF. Artinya, sekali lagi, tantangan dunia saat ini semakin tidak mudah.
Krisis ekonomi, bisa mengatasi pandeminya, tapi enggak bisa mengatasi ekonominya. Krisis pangan, bisa mengatasi pandeminya, tapi pangan harganya di banyak negara naik lebih dari 50 persen, ada yang lebih dari 100 persen. Krisis energi di beberapa negara, di Uni Eropa, gas, BBM naik bahkan ada yang sampai 700 persen. Kita kalau naik, dinaikkan bensin 10 persen saja, mahasiswa demonya dua bulan. Naik 20 persen, demonya enam bulan. Itu ada yang naik gasnya sampai 700 persen.
Bapak-Ibu bisa bayangkan, Saudara-saudara bisa bayangkan betapa tantangan dunia ini tidaklah mudah.
Rivalitas dan geopolitik juga begitu, tidak semakin mereda, tetapi semakin meningkat memanas. Bukan hanya di kawasan di Barat, perang Rusia dan Ukraina tetapi juga di dekat kita juga mulai memanas.
Kemudian, yang tidak kalah menakutkannya adalah perubahan iklim, climate change, yang sekarang mulai dirasakan hampir semua negara. Yang biasanya dingin menjadi panas, yang biasanya panas menjadi lebih panas. Gelombang panas, super El Nino sebuah hal yang harus kita sikapi dengan bijak.
Dan, dalam ajaran Hindu ada yang disebut Tri Hita Karana. Salah satunya adalah Palemahan, kesempurnaan hubungan manusia dengan alam. Ini yang sering dilupakan, terlupakan dalam kehidupan modern kita. Kita berpikir seakan-akan alam baik-baik saja, tapi tahu-tahu datang gelombang panas di hampir sebagian negara di dunia ini. Oleh sebab itu, kita semuanya sekarang ini, hampir semuanya dihantui oleh yang namanya perubahan iklim semuanya.
Oleh sebab itu, semua negara sekarang ini berbondong-bondong masuk ke yang namanya green economy. Semuanya green. Apa-apa minta green. Ekonomi dunia sekarang ini bertransformasi ke green economy. Pembiayaan, pendanaan sekarang juga sama larinya ke, untuk terutama industri-industri yang green, green industries.
Penggunaan energi juga sama, beralih semuanya ke green energy karena kita semua ingin mengurangi dampak dari perubahan iklim. Semuanya green, green, green semuanya.
Ini tantangan, tetapi sekaligus adalah peluang. Ini tantangan, tapi sekaligus juga opportunity. Dan, negara kita ini memiliki kekuatan yang besar, memiliki potensi yang besar untuk ini, urusan yang berkaitan dengan green energy yang nantinya akan masuk ke green economy.
Coba kita lihat potensi negara kita yang berkaitan dengan green energy. Kita memiliki 434.000 energi hijau, baik itu yang namanya geotermal 24.000 MW, hydropower, sungai, karena kita memiliki 4.400 sungai, potensinya 95.000 MW. Solar panel, matahari, lebih besar lagi kita memiliki potensi 169.000 MW. Angin, kita juga memiliki. Beberapa provinsi di Sulawesi sudah kita coba, hasilnya juga baik. Kita memiliki 68.000 MW. Inilah potensi yang kita miliki sehingga akan menarik investasi.
Kita juga membangun green industrial park, kawasan industri tapi hijau seluas 30.000 hektare di Kalimantan Utara. Semuanya menggunakan energi hijau dari Sungai Kayan yang ada di sana.
Kekuatan ini kalau kita gunakan betul ini akan menjadi sebuah kekuatan negara kita karena negara lain tidak memiliki potensi energi yang seperti tadi saya sampaikan sebesar itu. 434.000 MW itu adalah kekuatan besar.
Oleh sebab itu, kewajiban kita bersama untuk selalu terus konsisten terhadap visi negara, utamanya visi taktis, strategi besar dalam bersaing dengan negara-negara lain. Hilirisasi yang sering saya sampaikan di mana-mana, itu kalau konsisten kita lakukan, akan melompatkan negara ini menjadi negara maju.
Sering saya berikan sebuah gambaran, nikel, sebelumnya kita ekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah. Per tahun nilainya kurang lebih Rp30-an triliun per tahun, ekspor hanya mentahan. Begitu mulai kita setop tahun 2020, setop ekspor, harus dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi, melompat satu tahun angkanya menjadi Rp510 triliun.
Itu baru satu barang. Kita ini punya barang-barang yang lain, komoditas yang lain, nikel, timah, tembaga, bauksit, batu bara. Semuanya satu-satu, enggak usah tergesa-gesa, tetapi terus konsisten. Dan tidak usah kita ini takut gara-gara digugat di WTO misalnya. Enggak, jangan mundur.
Pada saat kita setop tahun 2020, kita digugat oleh Uni Eropa, digugat di WTO. Tahun lalu kita kalah, kalah, kalah. Tapi saya sampaikan kepada menteri, menterinya tanya kepada saya, “Pak, kita kalah.” “Ya enggak apa-apa kalah, tapi jangan mundur.” Saya perintahkan banding. Kalah, banding, sudah.
Yang ada di pikiran saya, saat banding kan juga memerlukan waktu, mungkin bisa tiga tahun, mungkin bisa empat tahun, mungkin bisa lima tahun, industri kita sudah jadi sehingga fondasi kita kuat. Kalau kita digugat seperti itu kita mundur, sampai kapan pun negara ini tidak akan menjadi negara maju, apalagi nanti CPO, nanti perikanan, kemudian rumput laut, semuanya masuk ke hilirisasi.
Rumput laut itu kita nomor dua di dunia, tapi kita ekspor mentahan, mentahan, mentahan, mentahan. Diindustrikan, hilirisasikan, nilainya nanti akan kita lihat berapa kali lipat.
Masa sejak VOC 400 tahun yang lalu kita ekspor bahan mentah, sampai sekarang kita mau terus mengekspor bahan mentah?! Untuk saya, tidak!
Kita sudah digugat di WTO oleh Uni Eropa, kita diberikan peringatan juga oleh IMF, ndak (mundur). Menteri-menteri tanya kepada saya, “Pak, ini ada,” “Terus.” “Pak, ini ada tekanan.” “Terus.”
Kalau ini konsisten kita lakukan terus-menerus, tidak surut, perkiraan kita sepuluh tahun yang akan datang GDP per capita kita sudah mencapai USD10.900 atau Rp153 juta. Kemudian, 15 tahun yang akan datang akan masuk ke USD15.800 GDP per capita kita atau Rp217 juta. Dan pada saat Indonesia Emas, hitungan kita, kita sudah mencapai USD25.000 income per capita kita atau Rp331 juta. Artinya kita sudah masuk menjadi negara maju. Tetapi kalau konsisten, pemimpinnya tidak ragu-ragu, tidak penakut, maju terus meskipun digugat, digugat, maju terus karena memang tidak akan ada negara mana pun yang memberi kita karpet merah kalau kita tidak merebutnya sendiri, enggak ada. Jangan berharap itu.
Ini kok serius terus?
Sekarang silakan maju. Sebentar, sebentar, belum. Pertanyaannya belum ada, kok udah mau maju?
Saya sudah mutar di beberapa pertemuan, tapi belum ada yang bisa menjawab.
Silakan tunjuk jari dulu. Jangan maju. Nanti saya tunjuk, baru maju. Yang di atas juga boleh maju, tetapi jangan meloncat. Muter, nanti masuk, maju silakan.
Jauh di mata dekat di hati.
Boleh yang di atas satu ya, satu, silakan turun. Ya ini ya, ya yang depan biru depan ya. Silakan muter, turun, iya.
Jauh di mata dekat di hati.
Laki-laki satu, perempuan boleh. Yang pakai kacamata, ya. Satu kanan, satu kiri, silakan.
Nunggu mic, nunggu mic.
Kalau gitu, udah langsung saja. Kenalkan dulu.
Mahasiswi:
Shalom.
Perkenalkan, nama saya Tesyariani Daniel. Saya dari Fakultas Teknik, dari Prodi Teknik Lingkungan.
Presiden RI:
Dari Teknik Lingkungan. Siapa tadi?
Mahasiswi-1:
Tesyariani Daniel.
Presiden RI:
Langsung dijawab. Jauh di mata dekat di hati, (apakah itu?).
Tadi tunjuk-tunjuk gini, apa tadi? Mau dekat saya aja ini.
Mahasiswi-1:
Mau dekat dengan Bapak Jokowi, mau bilang terima kasih Bapak sudah menjadi Bapak Presiden yang begitu baik buat bangsa Indonesia.
Saya sangat kagum dan sangat bangga. Kalau bisa, Bapak menjadi Presiden untuk tiga periode.
Terima kasih.
Presiden RI:
Itu (berdasarkan) konstitusi enggak boleh (tiga periode).
Jauh di mata dekat di hati, jawab.
Mahasiswi-1:
Bapak jauh di Jakarta, tapi dekat di hati saya.
Presiden RI:
Jawabannya bukan itu, salah.
Silakan kenalkan.
Mahasiswa-2:
Sebelumnya, om swastyastu.
Perkenalkan, nama saya I Kadek Febriana. Saya dari Lampung Selatan, Lampung, Pak.
Presiden RI:
Kadek Febri. Jauh di mata dekat di hati, jawab.
Mahasiswa-2:
Kalau saya berpikir tadi singkatnya, saya ingin berpikir, ibu saya, Pak, karena sedang jauh, tapi di hati selalu. Tapi kalau saya berpikir secara scientist, yang paling dekat dengan hati itu ada empedu Pak, tapi saya melihatnya jauh.
Presiden RI:
Jawabannya yang tadi betul, ibu, betul. Tapi yang saya maksud jawabannya bukan itu. Itu betul, betul sekali, tapi yang benar yang nomor dua, empedu, benar.
Ini saya bawa ke beberapa pertemuan, enggak ada yang jawab. Sekarang terjawab oleh Kadek sudah.
Untuk apa?
Jadi, sudah terjawab. Silakan kembali.
Mahasiswa dan Mahasiswi:
Terima kasih, Bapak.
Bapak, bisa minta foto?
Presiden RI:
Iya ini udah menjawab kan, tadi saya janji sepeda, ya beri sepeda sudah.
Mahasiswa-2:
Kalau foto berdua boleh enggak, Pak?
Presiden RI:
Silakan kembali. Apa?
Mahasiswa-2:
Minta foto berdua boleh tidak Pak?
Presiden RI:
Sudah dapat sepeda masih minta foto.
Ya boleh. Ambil foto cepat.
Mahasiswa dan Mahasiswi:
Terima kasih banyak, Bapak.
Presiden RI:
Silakan kembali.
Sepedanya nanti diantar.
Satu lagi. Masih ada sepeda.
Apa yang masuknya miring keluarnya miring?
Ini harus siap jawabannya betul lho. Jangan sampai nanti maju, hanya pengen dekat saya aja.
Boleh ini ya ya, mbak. Ya boleh ya. Yang ini ya, pakai kacamata ya, ya.
Ya silakan dikenalkan dulu.
Mahasiswi-3:
Selamat siang.
Aduh saya gemetar, Pak.
Nama saya Siska.
Presiden RI:
Langsung jawab, Siska.
Mahasiswi-3:
Jawabannya adalah kancing baju.
Presiden RI:
Silakan.
Mahasiswa-4:
Nama saya Sandi, saya dari Jawa Timur, Surabaya.
Jawaban saya tadi sama, tapi saya kasih jawaban yang berbeda biar berbeda. Jawabannya kail pancing. Biar beda.
Presiden RI:
Apa?
Mahasiswa-4:
Kail pancing.
Presiden RI:
Ya sepedanya ke Siska sudah.
Silakan kembali.
Jawabannya memang kancing.
Mahasiswi-3:
Pak, foto boleh ya?
Presiden RI:
Ya sudah.
Silakan kembali.
Selamat, selamat.
Jadi, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, dalam mendukung momentum transformasi ekonomi hijau ini, saya minta KMHDI untuk mempersiapkan diri, mempelajari ilmu pengetahuannya, pelajari mengenai carbon trading, pelajari mengenai carbon market, pelajari mengenai climate enterpreneurship, pelajari mengenai waste recycling, pelajari mengenai battery technology.
Ini mestinya yang berkaitan dengan ini universitas, perguruan tinggi juga harus berani menyongsong, membuat jurusan, membuat fakultas yang berkaitan dengan tadi, Pak Rektor, karena dunia ini sudah berubah. Jadi, kalau fakultasnya masih Fakultas Ekonomi, fakultasnya masih Fakultas Teknik, fakultasnya masih Fakultas Sosial Politik, dunia berubahnya sudah sangat cepat sekali.
Jadi, kita semuanya memang harus memiliki inovasi dan keinginan untuk menyongsong perubahan-perubahan itu.
Dan, juga saya titip ke KMHDI, sosialisasikan mengenai jaga hutan, jaga air, pengelolaan sampah, terutama sampah plastik, mengurangi polusi. Sudah mulai menjadi problem besar kita polusi saat ini.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Dan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, pada siang hari ini secara resmi saya buka Mahasabha XIII Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Tahun 2023.
Terima kasih.
Om, shanti, shanti, shanti om.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.