Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 1445 H/2023 M
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin washolatu wassalamu ala asrofil ambiyai walmursalin, Sayyidina wa Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Muhammadin, wa’alaalihi wasahbihi ajmain. Amma ba’du.
Yang saya hormati, Yang Mulia Rais Am Romo Kiai Haji Miftachul Akhyar;
Yang saya hormati, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Yang saya hormati, Ketua DPR-RI, Ibu Puan Maharani, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, para Duta Besar Negara-negara Sahabat, Panglima TNI dan Kapolri; Yang saya hormati, Ketua Umum PBNU, Bapak Kiai Haji Yahya Cholil Staquf;
Yang saya hormati, Ketua MUI, Bapak Kiai Haji Anwar Iskandar;
Yang saya hormati, Yang Mulia para Masyayikh, para Alim Ulama, para Habaib, para Kiai, para Pengasuh Pondok Pesantren, dan seluruh Pengurus Wilayah NU se-Indonesia yang hadir pada pagi hari ini, Tuan Rumah Pondok Pesantren Al Hamid, Bapak Kiai Haji Lukman Hakim;
Hadirin-hadirat, Undangan yang berbahagia.
Sebagaimana lirik lagu Ya Lal Wathon, tadi baru kita nyanyikan, kita kumandangkan bersama-sama: Indonesia negeriku, engkau Panji martabatku, siapa datang mengancammu akan binasa di bawah durimu. Luar biasa, ini menunjukkan komitmen kuat Nahdlatul Ulama (NU) dalam menjaga Indonesia, dalam menjaga Pancasila, dalam menjaga NKRI, dalam menjaga toleransi, dan menjaga persatuan dan kerukunan.
Atas nama masyarakat, bangsa, dan negara, saya menyampaikan terima kasih kepada para alim ulama, para yayi, para masyayikh, dan kepada Keluarga Besar Nahdlatul Ulama.
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
Kekuatan NU ini sangat luar biasa. Jumlah anggotanya sangat banyak, sangat besar, tersebar di seluruh tanah air Indonesia dan bahkan tersebar di berbagai negara. Kekuatan besar ini perlu dikonsolidasi, perlu diorganisasi dengan baik, ditingkatkan terus kualitasnya bukan hanya di bidang sosial, di bidang keagamaan, dan di bidang kemanusiaan, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia profesional, di dunia kewirausahaan. Saya setuju dan mendukung apa yang sedang dan akan dilakukan oleh PBNU. Digitalisasi bisa masuk sebagai pintu masuknya untuk mengonsolidasikan kekuatan NU, baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri.
Kita semua menyadari kondisi warga Nahdliyin di akar rumput perlu didukung. Pemerintah menyambut baik inisiatif PBNU membentuk GKM NU (Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama) yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia, terutama untuk para Nahdliyin di level grassroots, di level akar rumput.
Namun, selain itu banyak sekali juga Nahdliyin muda yang bermain di level global. Yang sedang kuliah di luar negeri banyak. Yang sedang belajar ilmu pengetahuan baru banyak, belajar teknologi baru banyak, belajar artificial inteligence banyak, belajar precision medicine banyak, belajar dunia masa depan banyak, dan (belajar) ilmu masa depan tanpa kehilangan jati dirinya sebagai muslim, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai Nahdliyin.
Hal ini merupakan kekuatan besar NU untuk menyongsong masa depan. Mereka-mereka ini harus dihubungkan dengan umat di akar rumput. Mereka harus menjadi bagian solusi bagi Nahdliyin di akar rumput dan menyejahterakan umat.
Oleh karena itu, saya mendukung inisiatif Bapak Kiai Haji Yahya Staquf, Ketua Umum PBNU, yang melakukan digitalisasi. Selain membantu memperbaiki cara kerja organisasi, digitalisasi ini juga akan menghubungkan para Nahdliyin di seluruh dunia, saling berbagi komitmen, saling bekerja sama, bersama-sama meningkatkan kualitas diri, bersama-sama mencari solusi untuk NKRI dan kesejahteraan umat.
Pemerintah mendukung peningkatan kualitas pendidikan di NU. Salah satu contohnya yang tadi telah disampaikan oleh Gus Yahya, yaitu UNU (Universitas NU) di Yogyakarta, milik PBNU yang membangun gedung setinggi sembilan lantai. Gedungnya sembilan lantai. Tinggi sembilan lantai itu penting. Dan saya saat itu tidak mau dinego, “Harus sembilan lantai,” sebab angka sembilan itu penting bagi NU.
NU itu bintang sembilan. Sembilan itu Wali Songo. Songo itu kan sembilan.
Alhamdulillah, saat ini gedung sembilan lantai sudah selesai dibangun. Interior dan furniture hampir selesai, dan sudah mulai dipergunakan walaupun belum diresmikan. Artinya ini produktif: belum diresmikan, sudah digunakan.
Namun, bukan hanya gedung yang penting. Yang penting adalah programnya. Saya minta agar UNU Yogya ini bisa menjadi lokomotif yang menarik banyak lembaga pendidikan tinggi NU untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bersaing menjadi tenaga profesional, untuk bersaing menjadi entrepreneur, menjadi wirausahawan, dan tetap berakar kuat kepada ke NU-annya. Saat ini UNU Yogya juga sedang kita fasilitasi—ini sudah tahun lebih—untuk bekerja sama dengan Uni Emirat Arab.
Baru dua minggu yang lalu saya juga berbicara lagi dengan Yang Mulia MBZ di KTT G20 di India. Saya berbicara setengah jam, saya singgung lagi masalah ini. “Ya, Pak Jokowi, sedang proses,” jawaban beliau seperti (ini), “Ya, Pak Jokowi, sedang proses.” Bulan ini akan dikirim Menteri Suhail untuk berbicara lagi di Indonesia. Jadi, saat ini NU Yogya sedang kita fasilitasi untuk bekerja sama dengan Uni Emirat Arab.
Dan pendirian MBZ School of Future Studies sedang dalam proses. Rencananya akan dibangun lagi gedung baru di sebelahnya. Saya juga minta lantai sembilan lagi sehingga nanti menjadi gedung kembar. Dan ini menujukkan kedekatan Indonesia dengan dunia Islam.
Para Hadirin yang saya hormati,
Ada banyak program lain yang sedang pemerintah kerjakan bersama Nahdlatul Ulama dan ormas Islam lainnya karena tantangan yang kita hadapi masih sangat banyak dan sangat berat. Namun, dengan terus didampingi para ulama, didampingi para yayi, insyaallah bangsa Indonesia bisa memenangi masa depan, bisa mewujudkan Indonesia Emas, dan bisa menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghofur.
Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama Tahun 2023.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.