Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (Rakernas LDII) Tahun 2023 dan Peresmian Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Asyhadu ’alla ilahaillallah wahdahu lasyarikalah, waasyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuluh alladzi laa nabiya ba’da. Amma ba’du.
Yang saya hormati, para Pimpinan dan Ketua Lembaga-lembaga Negara yang hadir; Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju. Hadir bersama saya Pak Menko PMK, Pak Menhan, Pak Menteri Perdagangan, Panglima TNI, Kapolri;
Yang saya hormati, Bapak Romo Kiai Sepuh, K.H. Sulthon Aulia, serta Ketua Dewan Penasihat DPP LDII, Bapak K.H. Edy Suparto Saifuddin;
Yang saya hormati, Ketua Umum DPP LDII, Bapak Chriswanto Santoso, para Pimpinan Pondok Pesantren LDII beserta seluruh Pengurus Harian, DPW, DPD LDII se-Indonesia;
Bapak-Ibu, Hadirin, dan Tamu Undangan yang berbahagia.
Selalu di mana-mana yang kita bicarakan adalah harapan kita pada Indonesia Emas 2045, termasuk tadi yang disampaikan oleh Bapak Ketua Umum LDII. Memang kita diberikan peluang karena bonus demografi tahun 2030-an itu memang biasanya dalam sebuah peradaban negara itu di beri kesempatannya satu kali. Tinggal kita bisa melaksanakan, melakukan lompatan atau tidak. Dan kuncinya—betul Pak Chriswanto tadi—adalah di pembangunan sumber daya manusia. Jadi, LDII sudah betul. Tadi yang disampaikan oleh Pak Chris tadi betul, kebangsaan, keagamaan, pendidikan, kesehatan, sehingga terbentuk sebuah karakter manusia yang betul-betul Indonesia.
Tapi menuju ke Indonesia Emas itu tidak mudah. Banyak tantangan yang harus kita selesaikan.
Di Amerika Latin banyak negara gagal melompat menjadi negara maju. Tahun ’50-an, tahun ’60-an, tahun ‘70-an mereka sudah menjadi negara berkembang, tetapi sampai sekarang mereka juga tetap hanya menjadi negara berkembang. Malah ada yang jatuh menjadi negara miskin.
Problemnya adalah diberi kesempatan dan tidak menggunakan. Ini yang kita tidak mau itu terjadi di negara kita, Indonesia. Insya Allah kita bisa asal semangatnya seperti di Rakernas LDII pada pagi hari ini.
Karakternya memang harus tetap semangat karena yang kita hadapi adalah tantangan. Oleh sebab itu, sering saya sampaikan, 2024, 2029, 2034 ini adalah momentum yang sangat menentukan Indonesia bisa melompat maju atau tidak sehingga dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, persatuan yang kuat, kekompakan yang kuat. Tanpa itu, sekali lagi tantangan yang kita hadapi tidak mudah, tantangan global. Ini justru yang banyak memang dari tantangan globalnya, satu, ketidakpastian ekonomi global.
Enggak jelas sekarang ini ekonomi global arahnya mau ke mana. Baru bisa menyelesaikan satu saja, muncul persoalan ekonomi yang lainnya sehingga sekali lagi dibutuhkan kepemimpinan yang kuat.
Apa yang ditampilkan tadi, pencak silat tadi benar karena ketuanya Pak Prabowo, sekjennya Pak Teddy. LDII kalau begini-begini pintar banget, memilih simbol-simbol begitu.
Jadi, yang pertama, ketidakpastian ekonomi global yang sulit di prediksi, sulit di hitung, sulit di kalkulasi.
Yang kedua, perubahan iklim yang juga sulit di hitung dan sulit diprediksi. Dulu kita, kalau ada perubahan iklim, ya hanya dalam kata-kata. Tapi sekarang sudah nyata. Kekeringan hampir di semua negara sekarang terjadi. Panas bumi yang naik, gelombang panas, kita ada tujuh provinsi kemarin kekeringan sehingga produksi beras kita menurun.
Semuanya merasakan sehingga, kalau dulu kita mau impor beras, semua negara menyodorkan, “Pak, kami punya sekian juta ton, kami punya, kami punya”. Sekarang ini mau impor beras—tanya ke Pak Zulkifli Hasan—sulit mencari barangnya. Semua negara mengerem, tidak ekspor beras untuk menyelamatkan rakyatnya masing-masing. (Sebanyak) 22 negara sekarang ini, kalau dulu ekspor beras, sekarang mengerem semuanya, enggak ekspor, enggak ekspor, enggak ekspor sehingga betul kedaulatan pangan, ketahanan pangan itu harus menjadi program kita ke depan.
Ketidakpastian ekonomi global, satu.
Yang kedua, perubahan iklim.
Yang ketiga, perang. Perang di Ukraina belum rampung, ditambah lagi sekarang dengan perang di Gaza. Kelihatannya, dulu saya berpikir, kita semua mungkin berpikir sama, “Ukraina jauh sekali dari Indonesia. Apa dampaknya?! Enggak akanlah berdampak kepada kita”. Ternyata dampaknya nyata dan ada.
Kita impor itu gandum 11 juta ton per tahun. Ternyata 30 persen itu impornya dari Ukraina dan dari Rusia. Kapalnya tidak berani mengirim barang karena ada perang. Semuanya stop.
Bukan hanya di situ saja, yang kedua, ternyata bahan baku pupuk kita itu berasal dari Rusia, Ukraina, dan Belarusia, problem yang kedua. Sehingga apa? Harga pupuk naik, harga gandum juga naik.
Sekali lagi, impor kita sudah besar. (Impor) gandum 11 juta ton karena di Indonesia memang tidak bisa kita tanamkan.
Saya saat bertemu Presiden Zelenskyy, saat itu dia menyampaikan, “Presiden Jokowi, di Ukraina sekarang ini ada 77 juta ton gandum yang berhenti, tidak bisa kita ekspor”. Saya pindah ke Rusia, ngomong sama Presiden Putin tiga jam. (Dia) cerita hal yang sama, “Di Rusia ada 130 juta ton gandum berhenti”. Artinya 207 juta ton gandum berhenti di Ukraina dan di Rusia. Artinya apa? Ada negara-negara yang tidak mendapatkan bahan makanan karena perang di Ukraina.
Kita tidak merasakan itu karena, di sana stop, kita bisa mencari yang lebih dari negara lain.
Perang di Gaza, hati-hati, ini juga jauh, tapi tetap dukungan kita terhadap Palestina tidak akan surut. Coba Bapak-Ibu lihat Menteri Luar Negeri, Bu Retno Marsudi, waktu di Dewan Keamanan PBB, paling lantang, paling keras, dan paling menentang. Saya juga heran, Bu Menlu kita ini orangnya halus, tapi kok di Dewan Keamanan galak banget?
Kembali, jadi, artinya apa? Peluangnya ada, tetapi tantangannya juga sangat besar. Inilah kenapa ke depan sekali lagi dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, kepemimpinan nasional yang mempersatukan, kepemimpinan nasional yang mau merangkul semuanya untuk kekompakan, untuk kebaikan, untuk persatuan negara ini dalam mencapai sebuah cita-cita besar, Indonesia Emas 2045.
Itulah tantangan yang ke depan semakin tidak mudah, tapi sekali lagi dengan karakter yang kita bangun, karakter SDM yang kita bangun, saya meyakini insya Allah kita bisa mencapainya.
Terakhir, ini pertanyaan mudah: jauh di mata, dekat di hati, (apakah itu?).
Yang bisa jawab silakan tunjuk jari.
Ya yang teriak boleh.
Peserta-1:
Dari Mojokerto, Pak Presiden.
Presiden RI:
Dari Mojokerto.
Jauh di mata, dekat di hati, (apakah itu?).
Peserta-1:
Itu mudah: empedu.
Presiden RI:
Kalau bertanya di LDII, itu (orangnya) pintar-pintar.
Betul, Mas, betul.
Silakan duduk.
Untuk Ibu-ibu, ibu kota negara baru Indonesia.
Ibu, silakan.
Ibu kota negara baru Indonesia.
Peserta-1:
Bismillahirrahmanirrahim.
2024 insya Allah di IKN, Bapak Presiden.
Terima kasih.
Presiden RI:
Lebih dijelaskan, Bu. IKN?
Peserta-1:
Paser Penajam.
Presiden RI:
Ibu kota negara baru Indonesia?
Peserta-1:
Nusantara.
Presiden RI:
Ya IKN Nusantara.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia Tahun 2023 dan saya resmikan Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin di Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.