Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Tahun 2021

Jumat, 5 Maret 2021
Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, pendiri Hipmi, Bapak Abdul Latief beserta para mantan Ketua Umum yang hadir;
Yang saya hormati, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Hipmi beserta seluruh jajaran Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah Hipmi Provinsi, serta jajaran Pengurus Cabang Hipmi Kabupaten dan Kota;
Bapak/Ibu, Hadirin, dan Undangan yang berbahagia.

Kabinet Indonesia Maju sekarang ini kayak Kabinet Hipmi. Saya enggak tahu berapa yang dari Hipmi. Pak Bahlil, Pak Lutfi, Pak Erick, Mas Sandi. Siapa lagi? Saya jangan dihitung. Banyak sekali ini Kabinet Hipmi.

Saya paham, kita semuanya paham bahwa tantangan yang dihadapi oleh para pengusaha dan dunia usaha dalam setahun ini betul-betul tidak mudah, tidak gampang, sangat berat, saya tahu. Bukan hanya pengusaha, tapi juga seluruh rakyat Indonesia dan bahkan seluruh warga dunia menghadapi krisis kesehatan sekaligus krisis perekonomian yang berat. Tapi saya meyakini bahwa kader Hipmi tidak ada kata menyerah, tidak ada istilah patah semangat. Saya yakin kader Hipmi pasti bisa membalik sebuah tantangan menjadi sebuah peluang, membalikkan bencana ini menjadi sebuah kebangkitan ekonomi kita, asalkan kader Hipmi membuktikan semboyannya dalam dunia nyata, “Menjadi pejuang-pengusaha dan pengusaha-pejuang.”

Perjuangan dan kerja keras Saudara-saudara akan menjadi energi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 ini ditargetkan 4,5 persen sampai 5,5 persen. Artinya, kurang lebih 5 persen. Artinya, dalam waktu setahun kita harus membalikkan dari minus 2,19 persen menjadi plus 5 persen, dan bahkan mungkin bisa lebih, asalkan ini kuncinya ada di investasi. Mana Pak Bahlil? Ini kuncinya ada di Pak Bahlil, Kepala BKPM.

Setiap hari saya telepon, saya tanya terus, “Berapa persen bisa tahun ini? Berapa triliun bisa naik? Siapa yang masuk? Sudah sampai mana? Targetnya tercapai enggak?”, tiap hari. Untung orangnya tenang dan semangat. Kalau enggak, mungkin drop sudah karena tiap hari dikejar terus. Ya memang, kita memang harus kejar-kejaran dalam situasi seperti ini. Artinya apa? Banyak peluang usaha yang terbuka, yang membuka lapangan kerja dan bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakat asalkan kita mau. Peluangnya juga sangat banyak.

Dan saya selalu titip kepada Kepala BKPM agar bisa menyambungkan, memartnerkan antara investor, baik investor asing maupun investor besar dari dalam negeri, untuk bisa berpartner dengan pengusaha-pengusaha Hipmi, pengusaha-pengusaha daerah. Ini sudah saya perintah, jadi kalau nanti tidak terlaksana, Bapak/Ibu dan Saudara sekalian ngejarnya ke Pak Bahlil, jangan ke saya lagi. Misalnya saya tanya, “Ini ada investor masuk ke provinsi ini. Kerja samanya dengan siapa?” Saya tanya itu. “Sudah, Pak, dengan ini.” “Ya, oke.”

Karena ke depan, saya melihat bahwa dengan hilirisasi industrialisasi, kita akan betul-betul menuju sebuah transformasi ekonomi yang benar. Dan itulah nanti yang akan meloncatkan negara kita, Indonesia, menjadi lima besar ekonomi terkuat dunia, kalau ini berhasil. Hati-hati, ini sebuah tantangan besar.

Karena ukuran ekonomi Indonesia sangat besar, peluang bisnisnya juga pasti sangat besar. Pasar domestik Indonesia sangat besar, 270 juta penduduk, ini adalah sebuah pasar domestik yang besar. Daya beli rakyat kita juga sangat besar. Indeks konsumsi konsumen kita juga terus meningkat di angka 84,9 pada Januari 2021, setelah sebelumnya turun (di angka) 79 di Oktober 2020. Konsumsi rumah tangga kita juga sudah menunjukkan sinyal positif meskipun masih di minus 3,6 persen di kuartal keempat, setelah sebelumnya sempat anjlok di minus 5,5 persen di kuartal kedua 2020.

Produk domestik bruto (PDB) Indonesia di tahun 2020 masuk 15 besar PDB dunia. Dan banyak lembaga-lembaga dunia yang memprediksi Indonesia akan menempati posisi lima besar negara dengan PDB terkuat di dunia. Dan pada tahun 2021 PDB kita diprediksi akan kembali…tadi sudah saya sampaikan, pada angka 4,5 persen sampai 5,5 persen.

Perbaikan ekonomi Indonesia yang didukung dari sisi demand, ini jangan sampai hanya menguntungkan produk dari luar negeri, tapi justru harus bisa meningkatkan konsumsi produk dalam negeri agar tercipta efek domino, sehingga dorongan untuk menggerakkan roda ekonomi di dalam negeri semakin besar.

Kemarin saya sampaikan, untuk cinta produk Indonesia, untuk bangga terhadap produk Indonesia. Dan boleh saja kita ngomong tidak suka pada produk asing. Masa enggak boleh kita enggak suka? Kan boleh saja tidak suka pada produk asing, gitu saja ramai. Saya ngomong benci produk asing, itu saja ramai. Boleh kan kita tidak suka pada produk asing?

Tetapi untuk menuju pada sebuah loyalitas konsumen kita pada produk-produk dalam negeri, ini ya memang ada syarat-syaratnya, kalau harganya kompetitif tentu saja, kalau kualitasnya baik tentu saja. Ini dari sisi produsen harus terus memperbaiki kualitasnya, memperbaiki packaging-nya, memperbaiki desainnya agar bisa mengikuti tren. Dan kita juga senang kalau dulu kita masih banyak impor, misalnya serat rayon, impor bijih plastik, sekarang sudah diproduksi di dalam negeri.

Saya juga selalu menyampaikan kepada kementerian dan lembaga, kepada BUMN, semua BUMN untuk memperbesar TKDN. Komponen (produksi) dalam negeri ini harus terus, jangan sampai proyek-proyek pemerintah, proyeknya BUMN masih memakai barang-barang impor. Kalau itu bisa dikunci, itu akan menaikkan sebuah permintaan produk dalam negeri yang tidak kecil, gede banget. Pipa, kita sudah bisa produksi banyak, masih impor. Untuk apa itu? Ada dipakai untuk proyek pemerintah, dipakai untuk proyek-proyeknya BUMN. Kalau saya ngomong enggak boleh itu, begitu enggak boleh. Dan itu harus dimulai, dan kita harus benar-benar berani memulai paling tidak dari pemerintah dan dari BUMN. Itu sudah gede sekali angkanya. Kemudian ajakan kepada masyarakat, sekali lagi, untuk cinta dan bangga terhadap produk Indonesia, dan tidak suka pada produk-produk dari luar (negeri).

Sekali lagi, saya tegaskan bahwa kita ini menganut keterbukaan ekonomi, menganut keterbukaan ekonomi. Enggak ada yang kita tutup-tutup. Tapi, saya tegaskan bahwa kita juga bukan bangsa yang menyukai proteksionisme, enggak, karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme itu justru merugikan. Tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari perdagangan dunia. Kita juga enggak mau itu. Kita harus memanfaatkan secara optimal pasar dalam negeri karena ini besar sekali, 270 juta penduduk, dan daya beli yang sangat besar ini untuk mendongkrak ekonomi nasional kita.

Saya paham bahwa teknologi dalam negeri kita masih belum kuat. Silakan teknologinya diambil dari perusahaan luar. Itu juga enggak apa-apa kok. Tapi produksinya di dalam negeri, produksinya di Indonesia, yang diikuti tentu saja kita selalu mewajibkan untuk transfer teknologi dan kemampuan SDM kita, untuk bisa mengikuti dan naik kelas sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya kepada masyarakat. Saya juga selalu menekankan, Indonesia selalu mengundang investasi dan mengundang teknologi maju untuk masuk ke negara kita, membangun pabriknya di Indonesia. Silakan pasarnya untuk ekspor, silakan, pasarnya di dalam negeri juga silakan, sehingga kita ini maju bersama-sama. Jangan mereka dapat untung, kita jadi penonton. Enggak boleh seperti itu lagi.

Oleh sebab itu, selalu tadi saya sampaikan: partnerkan dengan swasta kita, partnerkan dengan pengusaha daerah, partnerkan dengan BUMN. Saya tidak mau negara kita, Indonesia, hanya dijadikan pasar, hanya dijadikan pasar saja. Saya juga tidak mau ada praktik-praktik perdagangan yang tidak fair, apalagi membahayakan UMKM. Itu tidak boleh ada. Sekarang ini banyak praktik-praktik predatory pricing. Hati-hati dengan ini, bisa membunuh yang kecil-kecil. Itu yang sudah berkali-kali juga saya sampaikan kepada Pak Menteri, khususnya Pak Menteri Perdagangan, agar ini betul-betul dipagari.

Bapak/Ibu dan Saudara-saudara, kader Hipmi yang saya hormati,
Sekali lagi kita bukan proteksionis. Dan Saudara-saudara harus mampu bersaing di tingkat global dalam konteks yang baru. Dan saat ini kompetisi dunia sangat ketat. Ada hiperkompetisi. Dan saat ini dunia dilanda disrupsi, bahkan double disruption, yaitu revolusi industri jilid keempat dan juga pandemi yang mengubah banyak hal.

Bidang usaha, teknologi, dan model bisnis juga telah banyak berubah. Dan posisi Saudara-saudara sebagai pengusaha muda sebetulnya sangat diuntungkan karena Saudara-saudara bisa langsung gampang pindah ke jenis usaha baru, dengan model bisnis baru yang sekarang ini baru tren. Dan lakukan upscaling, lakukan rescaling secara cepat agar mampu memenangkan kompetisi yang superketat.

Kesempatan berusaha akan sangat berkembang luas. Insyaallah pandemi Covid-19 semakin terkendali dan segera terkendali. Investasi akan terus berkembang pesat dengan alternatif pembiayaan yang semakin luas. Pemerintah baru saja membentuk INA, ini supaya kita semuanya tahu, Indonesia Investment Authority yang ini akan menambah percepatan investasi di negara kita.

Pemerintah juga terus berkomitmen untuk mendorong peran pelaku UMKM dalam upaya pemulihan ekonomi nasional kita. Pemerintah akan kembali memberikan insentif dan stimulus agar UMKM kita tidak hanya mampu menyelamatkan dan mengembangkan diri, namun sekaligus mendongkrak ekonomi nasional kita, termasuk penciptaan lapangan kerja.

Guna mendorong pemerataan ekonomi hingga ke daerah-daerah, pemerintah juga terus mendorong terselenggaranya kolaborasi perusahaan-perusahaan besar, investor-investor besar, investor-investor baru dan yang lama dengan pengusaha-pengusaha muda di daerah. Tadi sudah saya sampaikan, tujuannya agar pengusaha daerah merasakan secara langsung manfaat dari investasi. Saya telah menerima laporan yang setiap hari, setiap minggu disampaikan oleh Kepala BKPM pada tahap pertama ini. Dan kolaborasi investor besar dengan pelaku UMKM telah tereksekusi Rp1,5 triliun. Ini sebuah angka yang lumayan besar, tapi kita harapkan ini akan meningkat terus pola-pola kemitraan seperti ini ke depan.

Saya juga telah memerintahkan kepada menteri-menteri terkait untuk mengawal kebijakan ini, kepada Menko Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri BUMN, dan juga Kepala BKPM, Menteri Pariwisata yang semuanya kita tahu adalah senior-senior Hipmi kita.

Itu saja yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rapat Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Masa Bakti 2019-2022, saya buka hari ini.

Terima kasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.