Peresmian Pembukaan Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022

Jumat, 5 Agustus 2022
Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Jenderal TNI Purn. Try Soetrisno;
Yang saya hormati, Ketua Pepabri (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri), Jenderal Purn. Agum Gumelar;
Yang saya hormati, Ketua LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia), Mayor Jenderal Saiful Sulun;
Yang saya hormati, para senior, mantan panglima TNI, mantan KSAD;
Yang saya hormati, Kepala Staf TNI Angkatan Darat;
Yang saya hormati, Ketua Umum PPAD (Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat), Letnan Jenderal TNI Purn. Doni Monardo, para sesepuh, para senior yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, mohon maaf;
Para peserta Silatnas dan keluarga besar TNI Angkatan Darat yang saya hormati;
Para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Ketua Kadin, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati.

Saya tahu pengabdian Bapak-Ibu purnawirawan tidak pernah henti. Selama aktif sebagai anggota TNI selalu berbuat terbaik dalam menjalankan tugas dan setelah purna tugas pun juga tidak pernah melepaskan hati dan pikiran untuk negeri kita yang kita cintai ini. Untuk itu, saya menyampaikan atas nama rakyat dan pemerintah menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya mungkin akan berbicara agak berbeda. Karena kita tahu sekarang ini memang dunia baru berada pada posisi yang tidak mudah, pada keadaan yang sangat sulit sekali. Saya bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, bertemu dengan lembaga-lembaga internasional langsung bos-bosnya, bertemu dengan kepala negara G7, baru saja. Saya tanyakan, sebetulnya dunia ini mau kemana.  Beliau-beliau menyampaikan, “Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit, tahun ini kita akan sulit” terus, kemudian seperti apa? “Tahun depan akan gelap”.

Ini bukan Indonesia, ini dunia. Hati-hati jangan, bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia. Kita bicara dunia dulu dan semua negara sekarang ini berada pada keadaan yang tidak mudah. Dari Sekjen PBB menyampaikan, dari IMF, dari Bank Dunia menyampaikan bahwa akan ada 60 negara yang akan ambruk ekonominya dan sekarang sudah mulai satu per satu. Angkanya adalah 9 terlebih dahulu, kemudian 25, kemudian 42, mereka sudah secara detail mengalkulasi. Apa yang dikhawatirkan itu betul-betul kita lihat. Dan sekarang ini, 320 juta orang di dunia sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian sudah mulai kelaparan. Ini saya sampaikan apa adanya.

Karena memang posisi pertumbuhan ekonomi semuanya bukan hanya turun, tapi anjlok semuanya, turun semuanya. Singapura, Eropa, Australia, Amerika, semuanya. Pertumbuhan ekonominya turun tetapi inflasinya naik, harga-harga barang semuanya naik. Inilah kondisi yang sangat, kalau boleh saya sampaikan, dunia sekarang ini sudah pada kondisi yang mengerikan. Amerika yang biasanya kenaikan barang atau inflasi itu hanya berada pada posisi satu persen, satu persen, hari ini sudah berada di (posisi) 9,1 persen. Bensin naik sampai dua kali lipat. Di Eropa juga sama.

Coba di negara kita, bayangkan. Kalau Pertalite naik dari Rp7.650 harga sekarang ini kemudian naik menjadi harga yang benar adalah Rp17.100, demonya berapa bulan? Naik 10 persen saja demonya saya ingat, naik 10 persen saja dulu demonya tiga bulan. Kalau naik sampai 100 persen lebih, demonya akan berapa bulan? Inilah sekarang yang dikendalikan oleh pemerintah, dengan apa? Dengan subsidi. Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis langsung melompat bersama-sama. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi yang tidak kecil, Rp502 triliun, yang tidak ada negara berani memberikan subsidi sebesar yang dilakukan oleh Indonesia.

Saya ingin bergeser ke apa yang sudah kita lakukan dalam rangka bersaing dengan negara-negara lain. Fondasi dalam kita bersaing dengan negara-negara lain, harus mulai kita tata dan kita bangun. Karena ke depan, bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan. Bukan negara kaya mengalahkan negara miskin, bukan. Pertarungannya adalah, kompetisinya adalah negara cepat itu akan mengalahkan negara yang lambat. Dan untuk cepat, itu dibutuhkan fondasi-fondasi. Inilah yang sedang kita kerjakan.

Satu, infrastruktur. Ini mungkin baru terasa, akan terasa nanti lima tahun atau 10 tahun yang akan datang, tidak bisa instan kita rasakan sekarang. Tetapi begitu kita berkompetisi dengan negara-negara lain, kalau infrastruktur kita, kalo stok infrastruktur kita baik, akan kelihatan kita bisa bersaing atau tidak bisa bersaing. Dalam tujuh tahun ini, telah tambah 2.042 kilometer jalan tol, 5.500 jalan nontol, bandara baru 16, pelabuhan baru 18, bendungan baru 38, irigasi 1,1 juta hektare. Inilah fondasi kita untuk nanti berkompetisi dengan negara-negara lain. Mungkin tidak bisa kita rasakan instan sekarang dan nanti efeknya akan ke APBN.

Kemudian yang kedua, yang ini tidak berani kita lakukan dalam kurun waktu yang lama sekali yaitu hilirisasi, industrialisasi. Kita sejak zaman VOC, ekspornya bahan mentah.  Bahan mentah, memang itu paling enak. Batu bara keruk langsung kirim bahan mentah, nikel keruk kirim bahan mentah, tembaga keruk, Freeport kirim bahan mentah. Bertahun-tahun kita menikmati itu dan lupa menyiapkan fondasi industrialisasinya.

Saya berikan contoh, nikel. Kita ekspor bertahun-tahun nilainya saya ingat (tahun) 2014 itu USD1,1 billion, kira-kira Rp15-an triliun per tahun, ekspor bahan mentah. Begitu kita setop, (tahun) 2017 setop nikel, ekspor di (tahun) 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun melompat menjadi Rp300 triliun, itu baru satu komoditas. Tapi kita digugat di WTO oleh Uni Eropa, dibawa ke WTO, digugat. Saya sampaikan kepada mereka, “Silakan digugat, akan saya hadapi. Indonesia akan hadapi.”

Sampai sekarang, gugatan itu belum selesai karena kita juga mengajukan alasan-alasan yang juga masuk akal. Barang-barang kita sendiri, nikel-nikel kita sendiri, kenapa Uni Eropa ramai dan menggugat? Karena industri baja mereka menjadi tidak ada yang memasok bahan bakunya, industrinya beralih ke Indonesia.

Apa yang kita dapatkan kalau kita melakukan industrialisasi? Pertama, pajak kepada pemerintah akan melompat dari tadi yang Rp15 triliun pajaknya hanya dapat berapa, Rp300 triliun pajaknya dapat lipat berapa? Lipat 20 kali. Lapangan kerja juga ada di Indonesia, bukan ada di Uni Eropa, membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak. Inilah yang lama kita tidak pikirkan dan kita tidak berani menyetop.

Setelah nikel ini, meskipun belum rampung di WTO, akan kita setop lagi, tahun ini mungkin timah atau bauksit setop. Dikerjakan oleh BUMN bekerja sama dengan swasta. Kalau BUMN sama swasta belum siap teknologinya, mengambil partner enggak apa-apa. Partner asing untuk transfer teknologi enggak apa-apa, kenapa kita alergi? Tapi pabrik, industrinya ada di dalam negeri.

Dulu Freeport bertahun-tahun saya perintah untuk membuat smelter saja untuk industrialisasi smelter saja, enggak pernah didengerin. Tapi begitu Freeport sekarang 51 persen menjadi miliknya BUMN, menjadi milik kita, tahun lalu smelter langsung saya perintah langsung dibangun. Karena sudah milik kita sendiri, mayoritas milik kita, langsung dibangun di Gresik. Nanti kita lihat dari tembaga ini akan di-smeltering ini akan dapat berapa miliar, kita belum tahu. Tapi saya meyakini bisa lipat juga sama, 20 kali (lipat) yang biasanya kita kirim.

Kadang-kadang kita kirim bukan hanya tembaga saja, bahan mentah kita kirim di dalamnya juga ada emasnya juga, mana kita tahu. Nanti kalau sudah smelternya jadi, baru kita tahu. Empat puluh tahun lebih, mungkin kita dibohongi. Emasnya mungkin lebih banyak dari tembaganya. Tapi saya belum bisa menyampaikan karena memang belum dilakukan produksi di smelter kita. Tembaga setop, bauksit setop. Inilah nanti yang akan berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi kita dan berkontribusi membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya.

Kemudian yang ketiga, yang penting untuk yang kecil-kecil, digitalisasi. Kalau kita mau bersaing yang kecil-kecil, usaha kecil, usaha mikro, usaha menengah, mereka harus berani masuk ke yang namanya platform digital. Ada 65,4 juta usaha kecil, usaha menengah, usaha mikro kita. Dan itu memberikan kontribusi kepada PDB kita, kepada pertumbuhan kita, pertumbuhan ekonomi kita 61 persen. Jangan lupakan mereka yang kecil-kecil ini. Oleh sebab itu, kita terus mendorong mereka untuk masuk kepada ekosistem digital. Ini nanti yang akan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia; usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah. Bukan yang gede-gede.

Dan, saya meyakini nanti di tahun 2030, kalau sekarang PDB, GDP ekonomi kita, kita berada di nomor 15, tahun 2030 insyaallah kita sudah berada di urutan yang ke-7 dunia. Dan, hitung-hitungan semuanya, Bappenas ngitung, McKinsey ngitung semuanya, di (tahun) 2045 kita berada pada posisi nomor 4 dunia, ekonomi kita, kalau kita konsisten dan berani terus melakukan yang berkaitan dengan hilirisasi tadi.

Akhirnya apa? Kalau pertumbuhan ekonomi kita baik, GDP kita baik, nanti di (tahun) 2030 perkiraan kita sudah tiga kali (lipat) yang sekarang. Dari yang sekarang USD1,2-1,3 triliun menjadi di atas USD3 (triliun). Akhirnya apa? APBN kita menjadi menggembung lebih besar. Akhirnya lagi apa? Porsi anggaran untuk gaji, untuk pensiunan juga akan lebih besar. Tapi nunggu tahun 2030.

Sebentar, saya sampaikan, tadi guyonan. Saya sampaikan yang disampaikan oleh Pak Doni Monardo tadi. Saya tahu, saya tahu bahwa gaji pensiun untuk tamtama itu berada di angka Rp2,6 juta, betul? Untuk yang bintara berada di angka Rp3,5 juta, benar? Dan untuk yang perwira pertama, kapten itu Rp4,1 juta, betul? Saya tahu, saya tahu, apalagi yang berada di Jabodetabek angka ini adalah angka yang memang masih sangat kurang. Pemerintah telah memberikan THR. Pemerintah juga telah memberikan gaji yang ke-13. Tapi saya juga tahu, itu tetap masih kurang.

Saya tidak janji, karena tadi saya sampaikan bahwa APBN kita berada pada posisi yang tidak mudah. Tetapi pulang dari sini, saya akan panggil Menteri Keuangan, akan saya ajak hitung-hitungan. Kalau nanti hitung-hitungannya sudah final, akan saya sampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) tahun 2022.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.