Peresmian Pembukaan The 2nd Asian Agriculture & Food Forum (ASAFF) Tahun 2020

Kamis, 12 Maret 2020
Istana Negara, Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Bapak Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko beserta PP HKTI, Bapak Oesman Sapta Odang beserta seluruh jajaran pengurus dan anggota HKTI yang pagi hari ini hadir;
Yang saya hormati, para Duta Besar Negara-negara Sahabat;

Hadirin dan undangan yang berbahagia,
Sektor pertanian ini memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi, baik dalam kontribusi ekspornya maupun kontribusi meningkatkan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian juga berkontribusi dalam penyediaan pangan, functional food, yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena dari panganlah dapat mendorong tingkat kesehatan yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan produktivitas bangsa dan negara kita. Oleh sebab itu, pekerjaan yang berkaitan dengan pangan, dengan pertanian, itu betul-betul harus dilihat dari hulu sampai ke hilir. Tidak bisa kita hanya melihat hulunya atau melihat hilirnya, atau mengurus hulunya tidak mengurus hilirnya.

Dan negara kita sebetulnya juga masih memiliki lahan yang sangat luas untuk, misalnya, membuka lahan yang baru untuk pertanian. Saya berikan contoh, misalnya di Kalimantan Tengah. Ada yang dari Kalimantan Tengah? Ada kabupaten yang namanya Pulang Pisau, betul? Di situ dulu pernah dipakai untuk menyiapkan sejuta lahan gambut, ya. Saya lihat di lapangan, barangnya sebetulnya bagus tapi persiapan baik infrastruktur, irigasi, dan bibitnya, mestinya untuk lahan gambut itu berbeda dengan lahan biasa. Inilah saya kira fungsi-fungsi HKTI dalam menyelesaikan persoalan-persoalan seperti itu. Bibitnya apa yang pas untuk lahan gambut.

Saya sudah mendengar di sana kemarin, percobaan yang pertama, 1 hektare dapat 1,5 ton padi, lumayan tapi ya rugi. Tapi tumbuh, rugi. Coba kedua, coba ketiga, hasilnya bisa sampai 4,5 ton. Ini memang harus diulang-ulang, enggak bisa kita berhenti seperti itu. Kalau sudah ada seperti itu, ya mestinya segera ini dibuat dalam skala yang lebih besar yaitu yang bergerak adalah mestinya korporasi dari petani-petani, membuat sebuah perusahaan dan menggerakkan itu dalam jumlah hektare yang banyak sehingga lahan itu menjadi produktif. Ada kurang lebih 1 juta (hektare) lebih tetapi kita lihat yang memungkinkan dan feasible itu kurang lebih maksimum 300-an ribu hektare, hanya di Pulang Pisau.

Bayangkan kalau 300 ribu (hektare) itu dikerjakan betul-betul dengan cara-cara teknologi, cara-cara modern pertanian, bibit-bibit yang baik. Kalikan saja, katakanlah 4,5 (ton) x 300 ribu hektare, bisa ada tambahan berapa setiap kali panen, gede sekali. Ini mestinya, seperti ini yang meminta itu dari HKTI, “Pak, gua urusnya saja, Pak”, gitu lo, “Saya urusnya saja Pak, mana Pak, 300 ribu hektare? Saya urusnya. Tahun depan Bapak bisa akan tambah surplus beras sekian ton,” itu yang saya tunggu. Jangan rutinitas, enggak akan, kita enggak akan bisa melompat kalau kerja-kerja kita rutinitas.

Kemudian yang kedua, kita juga harus fokus memilih komoditas yang memiliki nilai yang tinggi dan memiliki ceruk pasar yang besar. Komoditasnya dipilih betul-betul, komoditas jangan yang itu-itu saja. Sekarang ini, misalnya, di daerah-daerah tertentu, sebetulnya minyak atsiri tapi juga sampai penyulingannya. Itu permintaannya banyak dari Prancis, Milan, dari Prancis tapi memang enggak pernah kita kerjakan secara serius.

Kemudian buah-buah tropis, apa ada sih, saya mau tanya. Ada yang memiliki 10 ribu hektare yang hanya ditanami buah tropis di negara kita? Yang banyak sekarang ini kita menanamnya sawit, ya kan. Karet, yang dari dulu itu, dari dulu bukan sekarang. Dari dulu itu-itu saja yang ditanam. Sawit, karet, nanti kalau pas harganya turun, kayak sekarang (harga) karet turun, sakit bareng-bareng. Nanti, berapa tahun yang lalu itu, sawit juga harganya turun, sakit bareng-bareng, masa kita senang seperti itu. Seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Moeldoko. Semuanya harus dimanajemeni dengan baik.

Buah tropis ini sebetulnya yang diminati oleh negara-negara lain itu banyak. Permintaan yang datang ke saya, misalnya manggis. Ada salah satu, salah dua lah ngurus manggis. Permintaan banyak tapi barangnya enggak ada. Buanyak sekali permintaan, barangnya enggak ada, kita mau bicara apa. Dari Timur Tengah, dari Eropa, dari Tiongkok, tapi barangnya enggak ada. Mestinya kan ada, dari HKTI satu-dua yang memiliki kebun manggis, ya enggak usah banyak-banyak lah, enggak usah 100 ribu hektare, tapi ya 5 ribu hektare, manggis. Minta lahan segitu kan mudah kan, enggak sulit, asal jangan di Jawa. Masih banyak lahan kita, tapi ya disampaikan, ini mau kita tanamin ini, manggis, dengan cara ini, ini.

Ada lagi durian. Durian itu permintaan dari Tiongkok bukan besar, buesar sekali. Tapi kita enggak bisa menyuplai dengan kualitas yang diinginkan mereka. Durian dari kita itu ada yang enak, ada yang enggak enak, campur-campur. Saya pernah, pernah beli durian mahal, harganya mahal, barangnya saya lihat bagus. Saya pakai untuk hadiah ulang tahun Bu Jokowi, saya beli satu saja. Sampai di rumah dibuka, enggak enak, coba. Nah, ini memang harus ada sebuah manajemen yang bagus dalam sebuah hektare yang luas, tetapi barang yang dibuka dari kebun itu harusnya enak, enak, enak, enak semuanya. Karena memang ada menajemen pembibitan yang bagus, spesiesnya memang yang betul, masa kita enggak bisa, masa HKTI tidak bisa. Saya yakin bisa.

Belum yang namanya kembali lagi ke masa lalu kita, rempah-rempah. Mengapa sih ini kita lama ini kita tidak urus ini, terutama yang untuk daerah-daerah Maluku, Maluku Utara, ada yang hadir? Kenapa? Nah, kan banyak. Kenapa tidak di sana, hidupkan lagi yang namanya secara serius dalam jumlah yang banyak, rempah-rempah, entah pala, kayu manis, dan lain-lain. Ada juga yang namanya herbal, empon-empon. Hati-hati sekarang ini, harganya naik sampai 5 kali lipat, 4 kali lipat. Jahe merah, temu lawak, kunyit, hmmm baru naik ini sampai 3, 4, 5 kali lipat, biasanya saya kalau cari itu mudah saya, saya kan tiap hari minum itu. Temu lawak, jahe, serai, kunyit, saya campur. Pagi saya minum, hanya pagi, pagi saja. Sekarang karena ada (virus) korona, saya minumnya pagi, siang, malam. Itu yang menyebabkan mungkin (harganya) naik, ya itu karena diminum enggak sekali tapi tiga kali. Sekarang tamu-tamu saya kalau pagi, siang, dan malam juga saya beri minuman itu. Bukan teh, tapi saya ganti dengan temu lawak, jahe, serai, kunyit campur jadi satu, sudah.

Ini, ini hal-hal yang tidak fokus kita kerjakan dan mungkin (dalam) kurun puluhan tahun sebelumnya. Marilah, saya mengajak kita membuat klaster-klaster ini dan HKTI saya kira sekali lagi mampu membuat manajemen ini, klaster mana yang urusan buah-buah tropis, klaster mana yang urusan rempah-rempah, klaster mana yang urusan herbal/empon-empon sehingga betul-betul pertanian kita ini benar-benar bisa menghidupi.

Saya rasa urusan yang berkaitan dengan teknologi, dengan aplikasi, saya kira ini sudah mulai bermunculan bagaimana mengecek tanaman itu pupuknya cukup atau tidak, mengecek airnya cukup atau tidak, ada semuanya aplikasi itu. Jangan biarkan lahan-lahan kosong yang tidak produktif, terutama di luar Jawa, itu betul-betul masih menganggur dan tidak dimanfaatkan.

Pembiayaan KUR (Kredit Usaha Rakyat), tahun ini kita siapkan khusus hanya pertanian itu Rp50 triliun, itu manfaatkan. Buatlah sebuah proposal bisnis yang baik, business plan yang baik, kebutuhan berapa miliar atau berapa triliun, tetapi benar-benar itu sebuah pekerjaan yang dimanajemeni dengan cara-cara modern, dengan kalkulasi-kalkulasi yang baik sehingga memberikan kepercayaan kepada perbankan bahwa pertanian memang bisa menghidupi kita, dan pertanian bisa dijadikan tumpuan bagi ekonomi negara kita.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, “The 2nd Asian Agriculture and Food Forum 2020 dan Munas (Musyawarah Nasional) HKTI” pagi hari ini saya nyatakan dibuka.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.