Pertemuan Dengan Wartawan Kepresidenan
Wartawan:
Mengenai Dewan Pengawas KPK, Pak. Kapan Pak, akan ditunjuk atau melalui pansel?
Presiden RI:
Ya saat ini, untuk Dewan Pengawas KPK, kita masih dalam proses mendapatkan masukan masukan, untuk siapa yang nanti dapat duduk di Dewan Pengawas KPK. Dan untuk pelantikan Dewan Pengawas KPK, nanti akan bersamaan dengan pengambilan sumpah pimpinan Komisioner KPK yang baru, yaitu dibulan Desember, hal ini sudah tercantum, saya kira dalam peraturan peralihan yang ada, itu di pasal 69A.
Untuk pertama kalinya tidak lewat pansel, tapi percayalah bahwa yang terpilih nanti adalah beliau-beliau yang meiliki kredibilitas yang baik.
Perppu? Kita melihat bahwa sekarang ini masih ada proses uji materi di MK, kita harus menghargai proses-proses seperti itu. Jangan ada orang yang masih berproses di uji materi, kemudian langsung ditimpa dengan sebuah keputusan yang lain. Saya kira kita harus tahu sopan santun dalam aturan ketatanegaraan.
Sudah, 2 saja.
Wartawan:
Saya Yodi dari Bisnis Indonesia, Pak. Saya mau tanya spesifik di dunia bisnis, jadi seminggu belakangan, para pelaku industri itu sedang gaduh karena ada rencana kenaikan harga gas, walaupun akhirnya ditunda, tapi ini mengangkat kembali wacana, bukan wacana malah pak, tetapi Perpres yang Pak Jokowi tandatangan. Tahun 2016 yang waktu itu menetapkan harga gas sebesar 6 dollar per MMBTU. Nah sampai sekarang harga gas masih diatas 6 dolar Pak, kebijaksanaan dari Pak Jokowi untuk harga gas untuk industri bagaimana, Pak?
Presiden RI:
Ya sejak dulu kan saya katakan, bahwa yang namanya efisiensi di harga-harga baik itu minyak maupun gas adalah sangat penting karena nantinya akan menyangkut produk-produk yang dihasilkan industri kita, dan keluhan itu saya tangkap. Untuk industri-industri tertentu harga gas sangat menentukan sekali harga produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu saya sudah menyampaikan ke Menteri ESDM kemarin agar betul betul yang namanya harga gas dilihat lagi, beban-beban mana yang menyebabkan harga itu menjadi sebuah angka yang kalau dilihat oleh industri di negara-negara lain, harga kita ini terlalu mahal. Bisa saja itu harga sewa pipa dari misalnya Dumai menuju ke Jawa, apakah harga sewa sambungan-sambungan pipa itu terlalu mahal ongkosya. Bisa saja dari situ, karena data yang saya miliki sebetulnya harga gas di on shore ini masih berada pada posisi normal. Tapi begitu ditarik ke industri, ditarik ke sebuah area-area ekonomi ini kok jadi mahal, ini ada dimana? Kemarin sudah saya suruh cek.
Tapi ke depan kita melihat banyak sekali, nanti misalnya ladang gas yang ada di Dumai tahun 2023 akan habis. Ini juga bisa mensuplai sangat gede sekali kalau ditarik ke domestik. Sementara ini dia masuk ke Singapura.
Kemudian di Sumsel juga ada, Saka Kemang, nanti juga bisa mensuplai. Kita juga punya yang namanya Bojonegoro, itu bisa 190 produksinya, MMS. Nanti juga bisa digunakan di dalam negeri.
Kemudian yang Natuna, yang sementara ini masih suplai ke Singapura, nanti bisa dinego untuk juga bisa masuk ke dalam negeri. Saya kira kita memiliki produksi yang banyak, yang sementara ini masih dibawa keluar. Saya sudah perintahkan kepada Menteri ESDM yang baru agar ini mulai dilihat agar bisa digunakan untuk kepentingan kepentingan industri dalam negeri agar lebih efisien. Jangan sampai itu dibawa keluar, sehingga harga yang di dalam lebih mahal dari harga yang diluar, ini yang enggak boleh, ini yang saya pesan kemarin. Baru kemarin pagi.
Wartawan:
Berarti kalau bisa dipastikan, Pak?
Presiden RI:
Sementara ini saya sudah sampaikan, tidak naik.
Wartawan:
… dan arahan dari Bapak, review soal harga gas ini ya Pak, kepada Menteri ESDM?
Presiden RI:
Ya, ya. Bukan direview tapi betul-betul dilihat secara detail betul, ini yang menyebabkan harganya kok sampai 9, sampai 11 ini dari mana? Hitung-hitungannya dari mana? Ini sumbernya harganya sekian kok, setelah ke pengguna, ke users kok bisa jadi angkanya setinggi itu?
Oleh sebab itu, penting menurut saya, industri-industri yang berhubungan dengan gas, itu ya mendekati sumur-sumur gas yang ada, biar enggak terlalu jauh. Ini harus kita desain lagi kawasan industri yang khusus membutuhkan gas memang harus didekatkan dengan sumur-sumur yang ada.
Wartawan:
Selamat sore Pak, saya Timbul dari Kompas.
Ini titipan dari teman-teman olahraga Pak, soal PSSI. Banyak orang bilang soal prestasi sepakbola kita itu bermuara dari persoalan organisasi dan leadership di PSSI. Kebetulan Sabtu besok ada Kongres Luar Biasa Pak. Apa harapan Pak Presiden terhadap sepakbola kita terutama di PSSI sebagai organisasi Pak?
Presiden RI:
Ya waktu kita mengenalkan Menpora yang baru kan saya samapaikan, “Pak, sepak bola, sepak bola,” Kan saya sampaikan saat itu. Tetapi sekali lagi untuk urusan yang berkatian dengan Kongres Luar Biasa PSSI yang nanti akan memilih Ketua Umumnya, ya pemerintah enggak bisa ikut campur. Apalagi intervensi, enggak bisa. Statuta FIFA-nya tidak memungkinkan untuk itu, ya jadi kita hanya berharap agar yang jadi Ketua Umum PSSI betul-betul mempunyai integritas yang baik dan bisa membawa kemajuan bagi sepakbola di Tanah Air.
Apalagi kita ini di tahun 2021 akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Saya sudah titip ke Kemenpora, “Tolong ini betul-betul disiapkan mulai dari sekarang, didukung PSSI untuk menyiapkan U-20 kita mulai dari sekarang!” Agar persiapannya betul-betul persiapan yang panjang. Nanti kita enggak mau, kita penyelenggaraan Piala Dunia U-20nya sukses, timnya jauh dari keinginan kita, jangan sampai. Ya paling tidak bisa masuk final alhamdulillah, atau bisa masuk ke semifinal, alhamdulillah.
Wartawan:
Pak, Aditya dari Net. Mau nanya Pak.
Menteri agama mewacanakan untuk melarang niqab atau cadar dan celana cingkrang di ASN dan BUMN, itu seperti apa Pak?
Presiden RI:
Kalau saya ya, yang namanya cara berpakaian itu kan sebetulnya pilihan pribadi-pribadi, pilihan personal, atau kebebasan pribadi setiap orang.
Tetapi, di sebuah institusi kalau memang itu ada ketentuan cara berpakaian, ya tentu saja harus dipatuhi.
Sudah, kita makan dulu saja lah. Makin lama makin sulit. Ya terakhir, setelah itu makan dulu, makin sulit saja.
Wartawan:
Ijin Pak, saya Randi Pak, dari Rakyat Merdeka.
Disini saya sih enggak mau bertanya pak tapi disini saya perwakilan dari wartawan foto istana Pak. Insyaallah tanggal 10 November, bertepatan hari pahlawan Pak, kita ingin mengadakan pameran foto yang bertema membangun Indonesia. Nah kami, teman-teman, fotonya ini tentang kinerja Bapak dari mulai 2014 sampai 2019. Fotonya sudah masuk dan saya ,sebagai Ketua Panitia di sini, berharap Bapak bisa hadir seperti tahun 2015 yang lalu Pak, untuk membuka acara itu, dan saya… Mohon berkenan untuk menerima undangan tersebut Pak.
Presiden RI:
Foto dulu. Kapan ini? Oh, 10 November. Oke-oke.
Wartawan:
Mungkin bapak sehabis menabur bunga di Taman Makam Pahlawan bisa mampir, Pak. Ya kita juga menampilkan kalau ada foto yang Bapak foto, hasil karya Bapak kita tampilkan juga disitu Pak. Nah fotonya apa? Surprise Pak, terima kasih Pak.
Wassalamualaikum Warahmatulah Wabarakatuh.
Presiden RI:
Yuk, makan ringan dulu, sudah to?
Wartawan:
Satu lagi Pak, boleh Pak, ijin satu lagi Pak.
Ini terkait dengan penggunaan fasilitas negara oleh menteri. Kemarin tanggal 29 Oktober, Pak Airlangga Hartarto menggelar pertemuan tertutup dengan kader Golkar di kantor Kementerian Perekonomian.
Bagaimana bapak menanggapi soal penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan partai.
Presiden RI:
Jawabannya jelas, enggak usah saya jawab.
Wartawan:
Tapi etis enggak sih Pak?
Presiden RI:
Enggak, itu rapat partai? itu rapat apa maksudnya?
Wartawan:
Enggak tahu apa pembahasannya, yang jelas ada beberapa kader Golkar yang hadir untuk membahas kepentingan partai.
Presiden RI:
Ya nanti saya cek dulu, saya komentar untuk hal-hal rapatnya tertutup kan kita enggak ngerti kan, apakah itu rapat Golkar atau rapat apa kan belum ngerti. Kan rapatnya tertutup. Saya tanyakan dulu ke Menko nanti.
Wartawan:
… (audio tidak terdengar jelas) tapi di kita masih kena bea masuk, diberlakukan seperti investasi pembangunan pabrik biasa. Sementara di negara lain sudah promosi kalau mau masuk ke kita, bea masuk tidak dikenakan lagi. karena waktu di Tiongkok sudah pernah dikenakan bea masuk masin-masin itu yang sudah pernah dipakai. Terima kasih.
Presiden RI:
Semua hal yang berkaitan dengan competitiveness dalam kita bersaing, berkompetisi dengan negara-negara lain. Dalam waktu dekat ini akan diselesaikan. Kalau yang simple-simple yang tidak ada kaitannya dengan Undang-Undang akan secepatnya, seperti mesin tadi. Mesin itu di dalam Rapat Terbatas terakhir sudah diputuskan nanti akan sama seperti negara lain, artinya diperbolehkan dan tidak dikenai bea masuk. Sudah. Supaya kita bisa bersaing dalam menarik investasi dalam rangka menciptakan lapangan kerja. Kalau mereka boleh kita enggak boleh, atau mereka boleh dan kita bebani bea masuk, ya kalah, daya saing kita menjadi rendah.
Yang kedua mengenai tentang revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan, ini saya sudah perintahkan agar Menteri, Menko untuk berkomunikasi dulu dengan serikat-serikat. Karena memang kita enggak tahu kapan ini akan bisa kita ajukan atau kita selesaikan, tetapi memang image yang terjadi di luar, memang Undang-Undang Ketanagakerjaan kita terlalu kaku, fleksibilitasnya tidak memungkinkan perusahaan untuk bisa memiliki keleluasaan dalam menata ketenagakerjaannya di perusahaan mereka. Yang kita tangkap itu.
Tapi yang paling penting, bahwa misalnya nanti revisi kita ajukan, golnya adalah memberikan kesempatan kepada yang belum bekerja untuk segera bisa bekerja. Artinya Undang-Undang ini menjadi Undang-Undang cipta lapangan kerja. Kita jangan hanya berpikir kepada yang sudah bekerja, tetapi yang belum bekerja ini harus juga kita pikirkan.
Sekali lagi tanpa merugikan yang sudah bekerja. Tetapi intinya adalah cipta lapangan kerja, golnya kesana.
Sudah, makan dulu. Enggak rampung ini nanti.
(Sesi dialog lanjutan)
Wartawan:
Pak, mau nanya soal kelanjutan pengusutan kasusnya Novel Baswedan pak, ini kan Bapak sudah memberikan waktu kepada tim teknis untuk mengungkap pelakunya, tapi ternyata dari hasil laporan mereka pelakunya sampai sekarang belum terungkap. Kelanjutannya seperti apa Pak? Apa tidak sebaiknya Bapak membentuk TPF independen Pak?
Itu saja Pak, terima kasih.
Presiden RI:
Tadi sudah saya sampaikan kepada Kapolri yang baru. Saya beri waktu sampai awal Desember. Awal. Tadi saya sampaikan sampai awal Desember. Iya lah.
Wartawan:
Assalamualaikum Pak Jokowi, Gita dari Metro TV. Pak ada 2 hal yang ingin ditanyakan: Pertama, besok Bapak akan bertolak ke Thailand untuk menghadiri KTT ASEAN, kemudian apa yang akan dibawa oleh Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi tersebut?
Kemudian yang kedua, Partai Nasdem ini mereka melakukan safari politik bertemu dengan partai-partai politik non-pemerintah. Kemarin sudah bertemu dengan PKS, kemudian juga direncanakan akan bertemu dengan PAN. Ini ada yang menyatakan bahwa ini sinyal-sinyal bahwa partai koalisi pemerintah ini mulai rapuh pak. Ini bagaimana tanggapannya terkait hal itu?
Terima kasih.
Presiden RI:
Besok yang kita ke Thailand, yang pertama saya akan mengajak seluruh ASEAN untuk bersama-sama membangun infrastruktur yang berkaitan dengan konsep Indo-Pasifik. Sehingga akan memberikan dampak ekonomi yang baik pada anggota-anggota ASEAN, terutama pada mudahnya hubungan antar negara, murahnya biaya logistik. Kemudian kita harapkan pertumbuhan di negara-negara ASEAN akan semakin baik karena pertukaran barang antarnegara menjadi lebih gampang. Dan juga kita harapkan dengan konektivitas yang baik tadi, competitiveness, daya saing dari produk-produk yang diproduksi negara-negara ASEAN menjadi lebih kompetitif.
Saya hanya ingin menyampaikan itu saja. Karena memang sekarang ini dalam posisi global yang semakin tidak pasti, kita berbicara yang lain juga untuk apa karena ketidakpastiannya. Kalau dulu pada posisi dunia pada keadaan yang normal itu gampang dikalkulasi, gampang diprediksi, sehingga gampang direncanakan. Tetapi sekarang ini memang semua negara mengalami kesulitan memprediksi, kesulitan mengalkulasi dari policy-policy, kebijakan-kebijakan yang ingin diputuskan. Setiap negara sekarang ini mengalami kesulitan-kesulitan itu. Sehingga kita bicara yang konkret, yang lebih jelas, yang ada di hadapan kita. Saya kira ya itu tadi, Indo-Pasifik.
Kemudian yang kedua. Mengenai tadi, Partai Nasdem ketemu PKS. Ya biasa saja, partai ketemu partai kan biasa, tokoh politik ketemu tokoh politik ya biasa. Biasa sekali ini, enggak ada masalah. Jangan dikaitkan partai Nasdem ketemu PKS kemudian koalisi rapuh, apa hubungannya? Apa hubungannya? Enggak ada hubungannya.
Itu Pak Surya Paloh sudah lama enggak ketemu pak Sohibul Iman. Mungkin dengan saya sudah enggak begitu kangen karena sudah sering ketemu. Biasa saja. Tidak usah terlalu dibawa ke perasaan.
Untuk kebaikan bangsa, untuk kebaikan negara, ketema-ketemu seperti itu saya kira baik-baik saja.
Wartawan:
Bapak, boleh satu lagi Pak? Mau menanyakan.
Presiden RI:
Ini satu lagi, sana satu lagi. jadi dua dong?
Wartawan:
Saya Fika dari jpnn.com mau menanyakan, ini banyak pertanyaan dari redaksi. Terkait dengan dipilihnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Sebenarnya pertimbangannya apa sih Pak? Karena sebelumnya banyak yang menduga kalau Nadiem ini bakal ditaruh di Kementerian yang membidangi anak muda milenial, seperti itu.
Terima kasih
Presiden RI:
Ya, kita tahu ya, negara kita ini negara yang besar sekali. Dengan gap kualitas pendidikan juga yang sangat berbeda antara Indonesia bagian barat, Indonesia bagian tengah, Indonesia bagian timur, pertama.
Yang kedua dalam hal manajemen, ini bukan hal yang mudah, mengelola 3,5 juta guru, mengelola 300 ribu lebih sekolah-sekolah yang ada, mengelola 50 juta pelajar-pelajar yang kita miliki. Tidak mudah.
Bagaimana membuat sebuah standardisasi yang semuanya bisa mengikuti. Sistem apa. Kita ini sudah berpuluh-puluh tahun. Kalau kita mengandalkan sebuah sistem yang manual enggak mungkin menjangkau manajemen sebesar itu.
Sehingga diperlukan sebuah keberanian, terobosan-terobosan yang tidak biasa kita
lakukan. Itu yang menyebabkan banyak yang kaget karena kita bukan dari dunia pendidikan, bukan juga guru besar pendidikan, tidak memiliki background pendidikan, tetapi sekali lagi kita ingin melakukan sebuah pendekatan yang berbeda karena dunia berubah begitu sangat cepatnya. Disrupsi teknologi ini harus disikapi.
Dan oleh sebab itu diperlukan orang yang bisa cepat merespons perubahan itu. Tidak rutinitas, monoton, enggak akan kita bisa melompat. Paling tidak nanti dilihat saja dua setengah tahun lagi, akan kita nilai. Saya minta cepat kalau yang ini, karena kita perlu persiapan sebuah aplikasi sistem sehingga menjangkau anak didik kita, menjangkau sekolah, menjangkau guru-guru. Artinya apa, memang saya bukan mencoba, saya sudah hitung bahwa dalam mengelola manajemen besar ini memang harus memakai yang namanya teknologi, tanpa kita menggeser tujuan dari pendidikan kita yaitu membangun karakter bangsa, membangun jati diri bangsa tanpa keluar dari itu.
Ini keinginan kita. Ada sebuah cara sehingga kecepatan perubahan itu betul-betul bisa kita antisipasi. Siapa yang bisa mengelola seperti itu? Ya yang menguasai teknologi. Siapa yang sudah terbukti menguasai seperti itu? Ya beliau itu, sudah membuktikan kok. Bisa enggak dari situ dibawa ke dunia pendidikan? Ini memang mau kita buktikan. Beliau sudah menyampaikan kepada saya, “Bisa Pak, tapi beri waktu saya.” Saya beri waktu, boleh, kita lihat nanti. Saya enggak mau rutinitas. Intinya itu.
Jadi nanti saya sudah membayangkan, kalau itu betul-betul bisa terlaksana, akan ada perubahan besar. Cara mengajar, cara interaksi antara murid dan guru. Sistem lah yang bekerja dengan aplikasi sistem. Tapi nanti lebih detailnya kalau Mas Menteri ini sudah belanja masalah ke mana-mana, kemarin sudah saya perintah, jangan hanya melihat universitas, SMA, SMK, SMP, SD, TK di Jakarta saja atau di Jawa saja. Tolong lihat juga di NTT yang pelosok, di Maluku, Maluku Utara yang pelosok, di Papua yang juga di pelosok. Perbedaannya kayak apa? Pendekatannya nanti kayak apa? Apakah pendekatan yang dirancang itu cocok atau perlu digeser sedikit.
Nanti beliau akan berbicara secara jelas setelah betul-betul lapangannya dilihat dan dikuasai. Mas Menteri minta waktu saya, “Beri waktu saya Pak, 100 hari untuk menyiapkan dan merancang itu.” Bapak/Ibu percaya ndak? Yakin ndak? Dari apa yang Mas Menteri ini sampaikan kepada saya, saya meyakini beliau bisa melakukan itu. Dan kalau itu terjadi, nah itulah yang namanya lompatan.
Cukup, sudah.
Wartawan:
Mengenai otonomi khusus di Papua, Pak. Bagaimana tanggapannya.
Presiden RI:
Itu kan aspirasi dari bawah yang saya temui waktu dialog, keinginan-keinginan mereka. Keinginan beliau-beliau, tokoh-tokoh yang ada di pegunungan tengah. Saya itu pada posisi mendengar lo, bukan saya yang menawarkan atau saya memerintahkan, ndak lo, ndak, ndak.
Saya sampaikan bahwa sampai saat ini pemerintah masih moratorium pemekaran. Tapi tokoh-tokoh menyampaikan bahwa di pegunungan tengah memerlukan pemekaran provinsi baru. Jawaban saya saat itu adalah ya akan saya tindaklanjuti dengan kajian, dengan kalkulasi yang matang. Akan saya tindaklanjuti dengan kajian-kajian, jawaban saya kan itu.
Ya sekali lagi, dalam sebuah negara besar, dalam forum besar seperti di Papua, ya dalam negara demokrasi ini perbedaan-perbedaan kan biasa. Tapi yang paling penting, apa yang baik untuk negara ya akan saya putuskan. Kan saya baru menyampaikan, “Akan saya tindaklanjuti dengan kajian-kajian.” Wong masih moratorium.
Masih? Sepuluh lagi silakan. Ini kalau diberi waktu enggak ada habisnya. Sudah, cukup.
Minggu depan lagi.
Mungkin tiap minggu, biar enggak ada yang ngganjel gitu, mungkin perlu seperti ini. Saya mau nyoba.
Wartawan:
Karena ada kalanya jawaban menteri Bapak, ada yang tidak bisa memberikan jawaban, jadi selalu ngambang. Mungkin kalau bisa tanya langsung ke Bapak bisa, kita bisa dapat jawabannya.
Presiden RI:
Ya nanti yang jawab saya semua berarti. Kan bisa ditanyakan ke Pak Fadjroel.
Itu, mbok terus terang kayak gitu mumpung ada orangnya. Ya enggak apa-apa. tapi harian yang kira-kira pas sulit menjangkau saya, bisa ke Pak Fadjroel. Tanya.
Kalau sulit dihubungi, wah, sebentar. Gawat itu. Gawat. Baru sepuluh hari, penyesuaian dulu lah. Kadang-kadang tanyanya yang sulit-sulit.
Ya kalau diam kan enggak apa-apa, asal jangan tanya saja.
Ya, terima kasih.