Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2022 dan Peluncuran Taksonomi Hijau

Kamis, 20 Januari 2022
Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, Ketua dan Pimpinan Lembaga-lembaga Negara;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Gubernur Bank Indonesia beserta Dewan Gubernur Bank Indonesia;
Yang saya hormati, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beserta jajaran Dewan Komisioner OJK;
Yang Mulia, para Duta Besar dan Perwakilan Negara-negara sahabat;
Yang saya hormati, para Gubernur seluruh Indonesia, para Pelaku Industri Jasa Keuangan;
Bapak/Ibu, Hadirin, Undangan yang berbahagia.

Tahun 2021 merupakan tahun yang penuh dengan ketidakpastian, penuh dengan kompleksitas masalah yang bertubi-tubi datang, dan saat ini kita berada dalam fase penting pemulihan ekonomi. Seperti tadi disampaikan oleh Bapak Ketua OJK, bahwa indikator-indikator ekonomi terus menunjukkan perbaikan-perbaikan, stabilitas perekonomian dan sistem keuangan tetap terjaga dengan baik, dan kita memiliki fondasi yang kuat untuk melakukan akselerasi pemulihan.

Tahun 2022 akan menjadi momentum, ini akan menjadi momentum. Dan penanganan pandemi sudah semakin terkendali, meskipun hati-hati masih ada varian Omicron yang harus diwaspadai. Pencapaian vaksinasi juga terus meningkat. Pagi tadi saya mendapatkan laporan pagi-pagi, sudah disuntikkan 301 juta vaksin kepada rakyat kita, dosis kesatu 85 persen, dosis kedua mencapai 58 persen, dan bahkan vaksin penguat/booster juga sudah kita suntikkan, dan telah kita mulai sejak 12 Januari 2022 yang lalu.

Penanganan pandemi yang semakin baik ini harus kita pakai untuk membangkitkan optimisme, memberikan keyakinan, memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada masyarakat dan kepada para pelaku usaha untuk segera melanjutkan aktivitas ekonomi dan aktivitas-aktivitas produktif lainnya.

Bapak/Ibu dan Hadirin yang saya hormati,
Meskipun kinerja ekonomi sektor riil terus membaik, tetapi kita harus tetap waspada terhadap perkembangan pandemi Covid-19, utamanya varian Omicron, dan juga dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Kelangkaan pangan, kelangkaan energi, kelangkaan kontainer, kenaikan inflasi, kenaikan harga produsen, saya kira persoalan-persoalan itu harus terus kita ikuti karena dampaknya pasti ada terhadap negara kita.

Pandemi yang berkepanjangan betul-betul telah menimbulkan luka yang dalam bagi sektor-sektor tertentu. Dan di saat yang sama, telah terjadi global supply chain disruption yang memicu peningkatan harga komoditas dunia dan menimbulkan inflasi global yang semakin tidak menentu. Diperlukan strategi penanganan yang lebih spesifik. Ini harus detail, dan efektif, serta penuh kehati-hatian agar tidak mengganggu upaya-upaya pemulihan yang sedang kita lakukan. Karena itu, kebijakan dan instrumen pengawasan yang dikeluarkan OJK harus mampu mencegah meluasnya dampak pandemi Covid-19, khususnya terhadap perekonomian dan sektor keuangan, serta dapat membantu sektor informal dan UMKM agar mampu bertahan dan kita harapkan bahkan bisa tumbuh lebih baik dengan melakukan berbagai inovasi dan terobosan seperti tadi juga sudah disampaikan oleh Bapak Ketua OJK secara gamblang dan jelas.

Saya mengapresiasi jajaran Otoritas Jasa Keuangan yang dapat berkoordinasi dengan baik satu sama lain. Antara sektor jasa keuangan dan sektor riil harus saling mendukung dan saling menguatkan di saat-saat sulit seperti ini. Tanpa sektor jasa keuangan yang baik, perekonomian nasional tidak akan berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Tetapi sektor jasa keuangan juga tidak bisa kuat tanpa didukung pergerakan sektor riil. Jika sektor jasa keuangan hanya memikirkan keuntungan semata (dan) tanpa menggerakkan sektor riil, akan berpotensi munculnya skema Ponzi, munculnya investasi bodong, penipuan investasi, dan sejenisnya, ragam model penipuan yang sangat merugikan masyarakat. Persoalan-persoalan seperti ini juga menjadi tugas kita bersama, dan OJK sebagai motornya. Di masa sulit, pengawasan tidak boleh kendur karena pengawasan yang lemah akan membuka celah, membuka peluang bagi munculnya berbagai modus kejahatan keuangan, yang ujung-ujungnya akan merugikan masyarakat. Hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi.

Hadirin yang saya hormati,
Kita tahu bahwa 99,9 persen pelaku usaha kita adalah pelaku UMKM. Meskipun jumlahnya besar, sampai saat ini porsi kredit di perbankan juga saya lihat masih belum berubah, masih ada di kisaran—sekali lagi, ini sudah mungkin tiga-empat kali saya sampaikan—di kisaran 20 persen saja. Oleh sebab itu, seperti tadi juga disampaikan oleh Bapak Ketua OJK, bahwa target kita di tahun 2024 bisa mencapai 30 persen porsi untuk UMKM kita.

Dan untuk bisa sampai ke angka tersebut, kita tidak bisa mengandalkan pertumbuhan alamiah saja. Diperlukan strategi yang harus dijalankan dengan terobosan-terobosan dari sekarang, dan diikuti oleh aksi-aksi yang serius, yang konsisten, dan berkelanjutan. Tidak boleh lagi ada cerita misalnya akses kredit yang sulit, akses pembiayaan bagi pelaku usaha di sektor informal yang sulit, UMKM yang kesulitan mengakses permodalan, koperasi yang sulit mengakses permodalan. Ini harus bisa kita permudah dan bisa kita percepat, sehingga memberikan peluang yang lebih besar bagi generasi muda yang memulai usaha dan juga UMKM untuk mengembangkan usaha atau memperbesar skala usahanya.

UMKM bisa menjadi komponen penting untuk memulihkan perekonomian, dan berperan mengatasi persoalan bottleneck supply-chain akibat tingginya tren kenaikan permintaan yang belum mampu dipenuhi oleh para pemasok, akibat belum 100 persen pulihnya rantai pasok global. Keberhasilan UMKM bertransformasi di masa pandemi bisa menjadi modal awal yang penting untuk membawa mereka naik kelas ke tingkat, ke level yang lebih tinggi, dan menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi yang sedang kita lakukan.

Hadirin yang saya hormati,
Pembangunan infrastruktur masih terus akan kita pacu, dan dilanjutkan dengan reformasi di bidang manufaktur dan industri. Hilirisasi mineral dan ekspor barang-barang olahan hasil tambang akan terus kita tingkatkan. Dan bolak-balik saya sampaikan, setelah (setop ekspor) nikel, akan kita setop (ekspor) bauksit, akan kita setop (ekspor) tembaga, akan kita setop (ekspor) timah, akan kita setop (ekspor) emas, akan kita setop untuk tidak diekspor dalam bentuk raw material atau bahan mentah.

Dan pembangunan berbagai kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus juga akan terus kita tambah, kita tingkatkan, dan diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, meningkatkan ekspor manufaktur, dan menciptakan nilai tambah bagi perekonomian kita.

Kebijakan reformasi struktural akan terus kita lanjutkan dengan berfokus pada pembangunan ekonomi berbasis environmental, social, dan governance, serta terus mendorong transformasi teknologi dan digitalisasi dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Saya mengharapkan dukungan dari sektor dan industri jasa keuangan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi dan menyukseskan agenda reformasi struktural tersebut.

Dan itu saja yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini saya luncurkan Taksonomi Hijau Indonesia.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.