Pidato Presiden Republik Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15

Kamis, 24 Agustus 2023
Sandton Convention Centre, Johannesburg, Republik Afrika Selatan

Terima kasih, Presiden Ramaphosa.

Yang Mulia,
Dunia saat ini seakan bergerak tanpa nakhoda, seakan bergerak tanpa kompas yang jelas. Perang dan konflik telah menyebabkan tragedi kemanusiaan. Krisis pangan telah mengakibatkan puluhan juta orang jatuh miskin, belum lagi ancaman perubahan iklim yang mengintai umat manusia.

Dari pandemi, kita telah diajarkan bahwa krisis global tidak akan bisa selesai kalau kita bekerja sendiri-sendiri atau oleh sekelompok negara saja. Dibutuhkan kolaborasi dan solidaritas bersama untuk mengatasinya.

Kehadiran saya hari ini bukan hanya sebagai pemimpin Indonesia, melainkan sebagai sesama pemimpin The Global South yang mewakili 85 persen populasi dunia, yang menginginkan win-win formula. Kehadiran saya di sini juga didasari keinginan untuk terus menghidupkan ‘Spirit Bandung’ yang masih sangat relevan sampai saat ini, di mana solidaritas, soliditas, dan kerja sama antarnegara berkembang perlu terus diperkuat.

Yang Mulia,
Sebelum kita membahas berbagai kerja sama, ada satu hal mendasar yang harus kita sepakati. Semua dari kita harus konsisten menghormati hukum internasional dan hak asasi manusia.

Kita semua melihat tatanan ekonomi dunia saat ini sangat tidak adil. Gap pembangunan semakin lebar. Rakyat miskin dan kelaparan semakin bertambah.

Situasi seperti ini tidak boleh dibiarkan. Negara berkembang harus bersatu untuk memperjuangkan hak-haknya. Diskriminasi perdagangan harus kita tolak. Hilirisasi industri tidak boleh dihalangi. Kita semuanya harus terus menyuarakan kerja sama yang setara dan inklusif.

BRICS dapat menjadi bagian terdepan untuk memperjuangkan keadilan pembangunan dan mereformasi tata kelola dunia yang lebih adil.

Terima kasih, Ketua.