Presiden Republik Indonesia: Keseimbangan Dan Optimisme, Strategi Penanganan Covid-19

Sabtu, 3 Oktober 2020
Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang saya hormati,
Tujuh bulan sudah kita bersama-sama menghadapi pandemi ini. Saya paham masih banyak tantangan, namun tidak sedikit yang telah kita kerjakan. Singkatnya, strategi pemerintah sejak awal adalah mencari titik keseimbangan. Sekali lagi, mencari titik keseimbangan.

Saya tegaskan kembali bahwa kesehatan masyarakat, kesehatan publik tetap nomor satu, tetap yang harus diutamakan. Inilah prioritas, tetapi memprioritaskan kesehatan bukan berarti mengorbankan ekonomi. Karena jika kita mengorbankan ekonomi, itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang bisa kita ambil. Sekali lagi, kita harus mencari keseimbangan yang pas.

Oleh sebab itu, saya dan seluruh jajaran pemerintah selalu berupaya mencari keseimbangan itu. Tidak, tidak perlu sok-sokan akan me-lockdown provinsi, me-lockdown kota, atau me-lockdown kabupaten karena akan mengorbankan kehidupan masyarakat. Tapi kita tetap serius mencegah penyebaran wabah supaya tidak meluas. Hasilnya bagaimana, ini yang terpenting. Mari kita menilai berdasarkan fakta dan data, dan bukan berdasarkan kira-kira.

Saya bisa mengatakan, penanganan Covid-19 di Indonesia tidak buruk, bahkan cukup baik. Maka saya hanya bicara fakta. Dalam jumlah kasus dan jumlah kematian, Indonesia jauh lebih baik ketimbang negara-negara lain dengan jumlah penduduk yang besar. Sebaiknya, kalau membandingkan, ya seperti itu. Kalau Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara kecil yang penduduknya sedikit, tentu perbandingan seperti itu tidak bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek-jelek amat. Ekonomi kita menurun, ya, betul. Itu fakta. Tapi, mana ada negara yang tidak menurun ekonominya (dalam situasi ini)? Bahkan, ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi yang jauh lebih parah. Dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya misalnya, kinerja ekonomi kita masih lebih baik. Sekali lagi, ini fakta. Ini harus kita ambil hikmahnya agar kita juga tetap optimis, tetap optimis, dan tidak kehilangan harapan. Sekali lagi, saya tegaskan, kita harus tetap optimis.

Bapak, Ibu, Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,
Banyak yang telah pemerintah lakukan. Banyak sekali. Macam-macam programnya. Di tengah keterbatasan keuangan negara, saya mengambil risiko untuk mengatasi masalah ini. Angka-angkanya silakan dilihat sendiri di tampilan yang ada di sini. Berapa ratus triliun (rupiah) yang kita kerahkan untuk mengatasi wabah maupun untuk membantu warga.

Kendati demikian, saya juga belum puas. Saya ingin menteri-menteri lebih baik lagi dalam bekerja, mencari program yang lebih tepat sasaran. Semua harus terus kita perbaiki. Masih banyak kerja keras yang perlu kita kerjakan. Kita harus terus melakukan penyesuaian kebijakan, mencari yang lebih baik.

Masyarakat jangan ragu untuk melapor, Menteri Dalam Negeri telah saya perintahkan untuk terus mendorong pemerintah daerah membuka keran-keran aduan atau masukan untuk perbaikan kebijakan ke depan.

Setelah tujuh bulan, banyak yang bisa kita pelajari dari wabah ini. Misalnya, pembatasan sosial, saya kira harus kita sesuaikan. Untuk itu saya menekankan pentingnya Pembatasan Sosial Skala Mikro atau mini lockdown. Kita buat lebih terarah, spesifik, fokus, tajam, untuk mengatasi masalah Covid-19, tapi tidak membunuh ekonomi dan kehidupan masyarakat.

Ini yang harus kita lakukan. Penyesuaian kebijakan itu jangan dianggap pemerintah mencla-mencle, Covid-19 ini masalah baru, seluruh dunia juga sama. Belum ada negara yang berani mengklaim sudah menemukan solusi terbaik. Tiap negara juga berbeda-beda masalahnya, berbeda cara dalam menanganinya. Jadi kita pun harus terus menyesuaikan diri, mencari cara terbaik yang paling cocok dengan situasi kita.

Sekali lagi, pencapaian kita sejauh ini tidak buruk, angka-angkanya jelas. Tapi jangan membuat kita terlena. Kita harus waspada, kita harus tetap bekerja keras. Wabah ini jangan diremehkan. Ini realita. Tapi jangan membuat kita pesimistis. Tujuh bulan ini Indonesia membuktikan mampu mengatasi masalah. Belum sempurna, ya, tapi bisa kita perbaiki bersama-sama.

Mengatasi pandemi ini memang sulit, memerlukan kerja keras bersama, dan saya yakin kita akan dapat melakukannya. Yang penting dalam situasi seperti ini jangan ada yang berpolemik, dan jangan ada yang membuat kegaduhan-kegaduhan.

Bapak, Ibu, Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,
Tentunya apresiasi saya sampaikan kepada dokter, perawat, tenaga medis, TNI, Polri, ASN, dan juga para relawan. Namun, tidak kalah pentingnya adalah peran serta masyarakat untuk berubah. Menyesuaikan diri, menaati protokol kesehatan. Lakukan dengan disiplin, 3M: memakai masker, menjaga jarak, (dan) mencuci tangan. Tetap optimis, mengatasi masalah. Saya percaya jika kita saling melindungi, saling membantu, saling mengingatkan satu sama lain, kita akan mampu melalui masa-masa sulit ini.

Semoga Allah Swt., Tuhan Yang Mahakuasa meridai dan memberkati segala upaya yang telah dan akan kita lakukan bersama-sama sehingga dapat keluar dari krisis ini.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.