Presidential Address pada Puncak Acara LPDP Festival Tahun 2023

Kamis, 3 Agustus 2023
Hall Utama Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Bapak-Ibu yang saya hormati;

Saudara-saudara semuanya, utamanya para Alumni LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang saya hormati, yang saya banggakan, yang saya cintai, dan yang-yang lainnya.

Tadi saya ingat lagi urusan podium ini lho. Ini dimulai karena peristiwa Covid sehingga waktu Covid dulu ada tiga podium. Di sana satu, di sini satu, di sana satu. Sekarang sudah enggak ada Covid, kok masih ada dua?! Ini untuk apa begitu?!

Tadi sebetulnya Pak Nadiem di sini pun saya enggak marah kok, tapi Pak Menteri Pendidikan sendiri yang takut. Di sini saja. Didorong (ke) sana, jangan mau. “Saya ingin di sini.” Begitu lho.

Setelah ini, podium satu saja. Jangan ada yang di sini, kayak diskriminatif begitu.  

Saya mengapresiasi LPDP Festival ini sebagai sebuah sarana sosialisasi untuk memperkenalkan LPDP dan program pendidikan. Dalam rangka apa? Dalam rangka pembangunan sumber daya manusia, pembangunan SDM yang unggul dan berkualitas. Ini sangat penting sekali. Ini sangat penting karena kita akan menghadapi bonus demografi yang nanti di tahun 2030 (dimana) 68,3 persen penduduk kita adalah penduduk usia produktif, dan ini biasanya hanya sekali dalam sejarah peradaban sebuah negara, hanya sekali, tidak akan terulang lagi.

Ini bisa menjadi peluang, tapi bisa juga menjadi beban, bahkan bisa menjadi bencana kalau kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. Tapi sore hari ini, setelah tadi Pak Nadiem, Bu Ani menyampaikan dan saya berhadapan dengan Saudara-saudara semuanya, saya optimistis bahwa bonus demografi itu bisa kita manfaatkan untuk menaikkan level negara kita menjadi negara maju. Saya meyakini itu.

Dan saya ingat, di 2015 di LPDP ini ada dana kurang lebih Rp15 triliun. Hari ini dana LPDP kita sudah Rp139 triliun. Ini adalah sovereign wealth fund yang kita miliki khusus untuk pendidikan. Dan sejak 2019, saya sudah perintahkan Bu Menteri Keuangan minimal satu tahun itu Rp20 (triliun) harus dimasukkan ke LPDP, Rp20 (triliun) dimasukkan ke LPDP. Punya uang banyak, dimasukkan ke LPDP karena SDM inilah nanti kita bisa bersaing atau tidak bisa bersaing dengan negara-negara lain. Kuncinya memang di sini.

Dan kita tahu dunia saat ini berubah sangat cepat. (EU) dan nanoteknologi, genome sequencing mendisrupsi dunia kesehatan. Cloud computing, artificial intelligence mendisrupsi dunia pendidikan. Banyak sekarang ini penemuan aneh-aneh. Kadang-kadang saya, “Ini apa toh?” saya kadang-kadang. Ada batu bata energi, bisa menyimpan tenaga surya. Jam tangan tenaga keringat, ini apa? Tapi ada. Dan berbagai kemajuan tersebut difasilitasi oleh negara untuk bisa Saudara-saudara pelajari melalui beasiswa LPDP.

Saya minta ini kepada Menteri-menteri terkait dan juga LPDP, tolong kita ini bisa membuat grand design-nya untuk 5 tahun yang akan datang, untuk 10 tahun yang akan datang, untuk 15 tahun yang akan datang, untuk 20 tahun yang akan datang, untuk 25 tahun yang akan datang. Kita harus betul-betul memiliki desain sesuai dengan kebutuhan dan visi negara ini, visi negara kita. Jurusan apa, jumlahnya berapa, bidang penelitian misalnya apa, harus betul-betul bisa tepat sasaran, tidak buang-buang anggaran.

Saya berikan contoh sekarang. Kita ini memiliki sebuah opportunity, sebuah peluang untuk menjadi negara maju kalau kita melakukan hilirisasi. Contoh, kita ingin membangun ekosistem besar dari mobil listrik/EV (electric vehicle). Apa yang harus disiapkan oleh LPDP? Urusan nickel ore untuk jadi besi baja, kebutuhan SDM-nya apa? Harus sudah terhitung. Oh, yang jurusan metalurgi harus kita kebut. Kebutuhannya berapa, harus itu dipenuhi.

Untuk urusan mobil listrik, urusan EV baterai, misalnya ini yang kita kurang: material science. Siapa yang harus diarahkan ke sana?

Chemical engineering, butuh karena ini ada raw material pada barang setengah jadi, pada barang jadi.

Electrical engineering kurang, dan ilmu-ilmu komputer untuk merakit berbagai material dari barang setengah jadi menjadi barang jadi.

Kita mau membangun ekosistem besar apa lagi? Rumput laut. Jurusan apa yang dibutuhkan, berapa SDM yang diperlukan, semuanya harus terdesain dengan baik sehingga sekali lagi kita nanti antara kebutuhan SDM dan kebutuhan industrinya itu betul-betul bisa match.

Jangan meleset. Yang dibutuhkan untuk ekosistem besar electric vehicle tadi, tapi yang dikirim misalnya yang banyak dari Menteri Agama. Bisa enggak sambung nanti. Hati-hati, ini yang berkaitan dengan LPDP.

Dan kekuatan kita, karena kita memiliki dana yang tidak kecil sekarang ini, Rp139 triliun, universitas yang top 20 itu datang ke kita, menawarkan diri, enggak kayak dulu. Kalau dana masih kecil, kita yang minta-minta, “Mbok, saya diberi jatah lima orang mahasiswa saja.” Satu, dari sana memberi satu. Sekarang kita punya Rp139 triliun, mereka yang datang meminta karena tahu anggaran kita ada, di LPDP ada dananya, dan angka Rp139 triliun itu bukan angka kecil, bukan angka kecil.

Coba kalau nanti setiap tahun nambah Rp20 triliun, nambah Rp30 triliun, APBN kita bertambah baik, tambah Rp40 triliun, akan menjadi berapa? Inilah saya kira kesempatan untuk Saudara-saudara semuanya.

Dan setelah pulang, setelah selesai studi, berkaryalah. Ilmunya jangan diendapkan untuk diri sendiri. Dan yang paling penting, saya titip, pulang! Pulang! Pulang! Pulang! Meskipun gaji di sini mungkin lebih rendah sedikit, tetap pulang! Meskipun mungkin fasilitas enak di negara lain, tetap pulang karena negara kita saat ini sangat membutuhkan anak-anak muda yang memiliki pemikiran, yang memiliki visi ke depan yang lebih baik. Dan kita memang kurang SDM yang seperti itu.

Dan terakhir, ini saya ulang di mana-mana, dalam 13 tahun ke depan ini adalah saat yang sangat menentukan negara kita ini bis melompat menjadi negara maju atau tidak. Dan hati-hati, banyak contoh di negara Amerika Latin, tahun ’50, tahun ’60, tahun ‘70 sudah menjadi negara berkembang, tapi sampai saat ini masih menjadi negara berkembang karena tidak bisa memanfaatkan opportunity, tidak bisa menggunakan peluang yang diberikan. Kita dalam 13 tahun ini, berarti kurang lebih sampai 2038, diberikan peluang itu untuk bisa masuk menjadi negara maju.

Bisa atau tidak, ya tergantung kita sendiri. Tetapi menurut saya, kepemimpinan di 2024, kepemimpinan di 2029, kepemimpinan di 2034 menjadi akan sangat menentukan negara ini bisa maju atau tidak maju.

Saya dibisiki dari IMF (International Monetary Fund), dari OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), dari World Bank, pakar-pakar ekonomi mereka menyampaikan Indonesia bisa menjadi lima besar negara dengan GDP (Gross Domestic Product) tertinggi di dunia. Dan itu berada di tangan Saudara-saudara semuanya. Kok kelihatannya tepuk tangannya takut. Saya ulang, itu berada di tangan generasi muda, berada di tangan Saudara-saudara semua.

(Tahun) 2024, 2029, 2034, kepemimpinan nasional sangat penting sekali untuk bisa kita menapak maju atau tidak maju. Hati-hati di 2024 dalam memilih pemimpin. Tapi kedaulatan ada di tangan rakyat.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.

Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.