Rapat Terbatas Mengenai Akselerasi Program Tol Laut

Kamis, 5 Maret 2020
Kantor Presiden, Jakarta

Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden, para Menko yang hadir, para Menteri.

Rapat terbatas pada siang hari ini akan dibahas mengenai akselerasi program tol laut. Saya ingin mengingatkan bahwa tujuan awal dari tol laut adalah mengurangi disparitas harga, baik itu antarwilayah, antarpulau, antardaerah, serta satu lagi adalah untuk memangkas biaya logistik yang mahal. Namun, saya terima informasi dari lapangan bahwa biaya pengiriman logistik antardaerah masih mahal. Ini contohnya, biaya pengiriman dari Jakarta ke Padang, dari Jakarta ke Medan, (dari) Jakarta ke Banjarmasin, (dari) Jakarta ke Makassar jauh lebih mahal dibandingkan biaya pengiriman dari Jakarta ke Singapura, (dari) Jakarta ke Hongkong, (dari) Jakarta ke Bangkok, dan (dari) Jakarta ke Shanghai.

Begitu pula biaya pengiriman dari Surabaya ke Makassar, jauh lebih tinggi dibandingkan dari Surabaya ke Singapura. Inilah yang harus dibenahi, kita benahi bersama sehingga tujuan awal dari tol laut untuk menekan disparitas harga antarwilayah akan bisa kita capai. Karena itu, ada dua hal yang perlu menjadi fokus kita bersama: Yang pertama, mengontrol dan membuat tol laut semakin efisien. Biaya logistik antardaerah, antarwilayah, antarprovinsi harus bisa diturunkan. Saya minta masalah ini dilihat secara detail dan komprehensif, apakah masalahnya di pelabuhan, misalnya urusan dengan dwelling time atau ada praktik monopoli di dalam transportasi dan distribusi barang sehingga biaya logistik tidak efisien.

Selain itu, saya juga mendapatkan laporan bahwa biaya yang sulit turun karena tidak seimbangnya…, ini memang betul terutama dari wilayah timur, ada ketidakseimbangan jumlah muatan barang yang diangkut, dari barat ke timur penuh tetapi begitu dari timur kembali ke barat itu muatannya jauh berkurang, ini semuanya coba dilihat kembali.

Kemudian fokus yang kedua adalah meningkatkan nilai tambah tol laut bagi perekonomian daerah. Di sini saya mencatat bahwa transportasi laut hanya menyumbang 0,3 persen dari keseluruhan PDB kita. Angka ini jauh lebih rendah dibanding kontribusi transportasi udara maupun transportasi darat. Ini angkanya, transportasi darat pada PDB per September 2019 sebesar 2,4 (persen), meningkat (dari) 2,14 persen pada tahun 2014 menjadi 2,47 (persen) pada tahun 2019.

Kemudian transportasi udara menyumbang kontribusi 1,6 (persen) terhadap PDB, meningkat lebih pesat lagi yakni 1,03 persen tahun 2014 menjadi 1,62 persen di tahun 2019. Sebaliknya, peranan transportasi laut selama ini sangat rendah, justru menurun dari 0,34 (persen) pada tahun 2014 menjadi 0,32 (persen) pada tahun 2019. Inilah yang harus dilihat lagi karena kalau saya lihat, sebenarnya di wilayah bagian timur, saya kira tol laut kita sudah…, terakhir saya enggak tahu sudah berapa tambahan trayek yang ada, nanti tolong Menteri/Menko bisa menyampaikan hal tersebut. Karena itu, saya minta agar ini segera diperbaiki dan saya minta tol laut juga terkoneksi dengan kawasan industri maupun sentra-sentra ekonomi lokal. 

Saya juga minta pemerintah daerah/BUMD terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan tol laut ini sehingga memiliki dampak yang positif terhadap ekonomi lokal.

Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan. Pak Menko, saya persilakan.

(Rapat Terbatas dilanjutkan secara tertutup).