Rapat Terbatas Mengenai Hilirisasi Industri Produk-Produk Unggulan

Kamis, 6 Februari 2020
Kantor Presiden, Jakarta

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden, para Menko, Bapak/Ibu sekalian, para Menteri, dan Kepala Lembaga.

Dari apa yang kita lihat waktu kita rapat mengenai alutsista di PT PAL di Surabaya, kemudian juga dari yang saya lihat saat di Rakornas Ristek (BRIN) di Puspiptek di Serpong, saya mencatat bahwa industri nasional kita ternyata telah mampu membuat berbagai produk dengan teknologi unggulan, semuanya dari dalam negeri, di antaranya Drone PUNA (pesawat udara nir-awak) MALE (medium altitude long endurance) Elang Hitam, ini kolaborasi antara BPPT, BUMN, TNI, dan Kementerian Pertahanan. Kemudian juga Katalis Merah Putih ini bahan konversi CPO (crude palm oil) ke bahan bakar nabati yang dikembangkan oleh ITB dan Pertamina ini juga sudah saya lihat. Kemudian teknologi konstruksi kapal untuk pelat datar yang memungkinkan membuat kapal nelayan yang dijamin aman namun dengan harga yang lebih murah. Kemudian juga teknologi stem cell orthopedic yang dikembangkan oleh UI dan RSCM, dan juga banyak lagi yang lainnya.

Namun, pengembangan produk-produk teknologi unggulan ini tidak bisa berdiri sendiri. Pertama, pengembangan teknologi produk unggulan tersebut perlu mendapatkan dukungan pendanaan riset yang memadai sehingga tidak setengah-setengah. Hal ini membutuhkan bukan hanya konsolidasi anggaran riset yang bersumber dari APBN tapi juga perlu dorongan pendanaan riset dari BUMN maupun dari sektor swasta. 

Kemudian yang kedua, juga sudah saya sampaikan di Puspiptek Serpong yang lalu, bahwa kita juga harus memiliki konsep yang jelas, memiliki road map yang jelas dari tahap riset sampai pada tahapan diproduksi secara massal. Yang harus kita lakukan bukan hanya hilirisasi industri tetapi juga hilirisasi hasil riset, hilirisasi hasil inovasi. Hasil riset yang dihasilkan di lembaga-lembaga riset dan universitas harus tersambung dengan dunia industri, sehingga bisa diproduksi secara masal dan segera dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat, oleh dunia usaha. Karena itu, saya minta ada plan perbaikan besar-besaran dalam ekosistem hilirisasi hasil-hasil riset dan inovasi. Tidak boleh lagi terjadi di negara kita, hasil riset dan inovasi terhambat diproduksinya karena hambatan birokrasi dan administrasi. Begitu pula hambatan investasi dalam pengembangan industri produk-produk teknologi unggulan dalam negeri yang harus dipangkas, dibuka lebar, jangan justru dipersulit. 

Yang ketiga, pengembangan industri produk unggulan tersebut harus tersambung, terintegrasi secara vertikal, baik ke hulu maupun ke hilirnya dalam supply chain nasional maupun supply chain global. Karena itu, saya mengingatkan kepada kita semuanya bahwa harus mempunyai strategi besar bisnis dalam industri nasional kita terutama berkaitan dengan integrasi vertikal, hulu sampai ke hilir. Misalnya, 7 jenis katalis yang saat ini dikembangkan oleh ITB bersama Pertamina harus tersambung dengan industri hilirnya seperti oleochemical, industri pupuk, maupun industri pengolahan bahan bakar nabati. Semuanya harus disambungkan dengan industri hilirnya. Sedangkan industri drone, industri kapal, industri mesin garam terintegrasi, juga dilihat kaitannya dengan industri hulunya sehingga produk industri itu menjadi lebih kompetitif. 

Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan, saya persilakan Pak Bambang, Menristek.

(Rapat Terbatas dilanjutkan secara tertutup)