Rapat Terbatas Mengenai Persiapan Pemindahan Ibu Kota

Senin, 16 Desember 2019
Kantor Presiden, Jakarta


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia, para Menko, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Kepala BIN, Jaksa Agung, Bapak/Ibu sekalian yang berbahagia. Kita akan bahas lagi mengenai persiapan pemindahan ibu kota.

Pertama, saya ingin mengingatkan bahwa perpindahan ibu kota ini jangan dilihat sekadar sebagai perpindahan kantor pemerintahan. Bukan sekadar pindah lokasi tetapi kita ingin ada sebuah transformasi, pindah cara kerja, pindah budaya kerja, pindah sistem kerja, dan juga ada perpindahan, pindah basis ekonomi sehingga saya sampaikan kemarin juga bahwa sebelum kita pindah, sistemnya sudah ter-install dengan baik.

Artinya bahwa perpindahan ibu kota ini adalah sebagai sebuah percepatan transformasi ekonomi dan kita harus belajar dari pengalaman-pengalaman beberapa negara yang pindah ibu kotanya tapi ibu kotanya menjadi kota yang mahal, ini jangan. Kemudian sepi, juga jangan. Kemudian yang menghuni hanya pegawai pemerintah, ini juga tidak, atau (pegawai pemerintah) plus diplomat, juga tidak. Karena itu, dari awal kita harus merancang perpindahan ibu kota ini sebagai sebuah transformasi ekonomi, perpindahan basis ekonomi kita menuju ke sebuah smart economy dan kita ingin perpindahan ibu kota ini juga menandai proses transformasi produktivitas nasional, transformasi kreativitas nasional, transformasi industri nasional, dan transformasi talenta-talenta nasional kita. Itu saya kira tujuan utama kita. Sekali lagi, bukan semata-mata memindahkan Istana atau memindahkan gedung-gedung perkantoran pemerintah, bukan, bukan itu.

Kalau tujuannya adalah membangun ibu kota yang menjadi mesin penggerak smart economy maka rancangan ibu kota baru bukan hanya smart metropolis yang compact, yang nyaman, yang humanis, dan yang zero emission tapi akan memiliki penanda bahwa negara kita telah melakukan transformasi ekonomi ke smart economy yaitu dengan dibangunnya klaster-klaster pendidikan, klaster-klaster riset dan inovasi. Misalnya, dalam klaster pendidikan, saya membayangkan di ibu kota yang baru ini dibangun lembaga pendidikan tinggi yang kelas dunia yang bisa menciptakan talenta-talenta top global secara tepat dan di ibu kota baru ini juga dibangun pusat riset dan inovasi kelas dunia yang menjadikan ibu kota baru ini sebagai global innovation hub, menjadi titik temu inovasi global. Dan sudah saatnya, talenta-talenta Indonesia (dan) talenta-talenta global berkolaborasi mengembangkan smart energy, smart health, smart food production, yang akan menciptakan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda kita serta mendorong usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah kita, untuk masuk dan terintegrasi dengan global value chain.

Yang kedua, kita tidak hanya ingin membangun ibu kota yang smart tetapi proses pembangunannya juga harus smart. Kita harus meninggalkan cara berpikir lama yang selalu melihat semuanya dari sisi anggaran, melihat semuanya dari sisi biaya. Kita harus berani menggunakan cara-cara baru yang lebih kreatif, termasuk dalam pemanfaatan teknologi-teknologi inovasi dengan bantuan talenta-talenta hebat yang kita miliki yang berada di dalam negeri maupun yang saat ini belajar di berbagai negara di luar negeri.

Saya rasa itu sebagai pengantar yang bisa saya sampaikan. 

Yang pertama saya persilakan Pak Menko Perekonomian terlebih dahulu, kemudian Menteri Bappenas.