Refleksi dan Catatan Sepuluh Tahun Pemerintahan Jokowi di Bidang Konstruksi, Infrastruktur, dan Investasi

Rabu, 31 Juli 2024
Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, (Pj.) Gubernur DKI Jakarta;
Yang saya hormati Ketua Umum BPP GAPENSI Bapak Andi Rukman Karumpase beserta seluruh jajaran Pengurus BPP GAPENSI;
Yang saya hormati seluruh Ketua BPP GAPENSI dari seluruh tanah air Indonesia;
Yang saya hormati Bapak Chairul Tanjung yang hadir pada sore hari ini;
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.

Sejak awal pemerintahan, sepuluh tahun yang lalu, pemerintah berfokus pada pembangunan infrastruktur, baik infrastruktur untuk konektivitas, infrastruktur untuk layanan dasar, infrastruktur untuk pangan, infrastruktur untuk energi, dan infrastruktur untuk industri. Tadi angka-angkanya, berapa kilometer jalan tol, berapa kilometer jalan nasional, semuanya sudah disampaikan di layar. Berapa jumlah pelabuhan besar, sedang, maupun kecil, berapa airport baru yang telah dibangun sudah disampaikan semuanya. Dan saya yakin ini adalah juga kontribusi besar dari GAPENSI, baik pusat maupun di daerah.

Saya hanya ingin titip ke BPP GAPENSI bahwa membangun infrastruktur itu bukan hanya membangun beton-betonnya, bukan hanya membangun asal jadi, melainkan harus ada manfaatnya.

Kita tahu, dari pembangunan infrastruktur ini, World Competitiveness Ranking kita naik, dari 34 melompat ke 27. Daya saing, itu yang ingin kita raih dari pembangunan-pembangunan yang ada selain tentu saja kemanfaatan dari infrastruktur itu untuk rakyat.

Kita memang sekarang ini berkompetisi, bersaing dengan negara-negara lain. Begitu konektivitas tidak baik, begitu infrastruktur tidak baik, siapa investor yang mau masuk ke Indonesia?! Tidak akan ada.

Infrastruktur menjadi kunci bagi datangnya investasi, tetapi juga akan mengurangi biaya logistik. Yang dulunya biaya logistik kita kurang lebih 24 persen, sekarang ini sudah turun menjadi 14 persen sehingga harga-harga bisa ditekan lebih murah, dan itu terlihat dari angka inflasi. Kalau dulu angka inflasi kita 8 persen, 9 persen, bahkan 11 persen, sekarang ini bisa ditekan di bawah 3 persen, dan terakhir, di bulan yang lalu, berada di angka 2,58 persen. Jadi, pembangunan itu berentetan ke mana-mana, tidak hanya berfungsi untuk satu, tetapi akan berentetan ke mana-mana.

Nah ini yang berkaitan dengan GAPENSI, urusan lelang, urusan lelang, urusan harga penawaran. GAPENSI ini kan tidak pernah lepas dari ini, harga penawaran. Yang saya lihat dari jauh, biasanya banting-bantingan harga supaya menang proyek. Benar ndak?

Enggak apa-apa. Kompetisi itu baik, bersaing itu baik. Tetapi kalau sudah membanting harga, itu yang tidak baik. Supaya menang proyek, HPS-nya, HPS-nya, HPS-nya turun di bawah 80 persen. Ada lo, banyak lo. Benar ndak?

Nah, kalau sudah begini, yang dikorbankan, yang jadi korban adalah mesti kualitas, larinya pasti ke sana. Pasirnya dibanyakin, semennya dikurangin, besinya dikecilin, tapi tidak di GAPENSI, tidak.

Kalau sudah larinya ke sini, padahal tadi di depan saya mau berbicara, mestinya kita ini sudah melangkah lebih ke level atas, bukan hanya konstruksinya, melainkan juga estetikanya, landscape-nya. Lingkungan juga harus dilihat. Larinya mesti ke sana, tidak hanya membangun beton, beton, beton.

Saya sudah berapa kali, Pak Menteri, kalau saya ke lapangan, meresmikan atau melihat progres perkembangan sebuah proyek, pasti saya tegur kalau berkaitan dengan landscape, estetika, lingkungan karena ini ke depan akan jadi hal yang sangat penting. Jadi, kalau anggarannya sudah di bawah, HPS-nya sudah di bawah 80 persen, jangankan soal estetika, jangankan soal landscape, jangankan soal lingkungan, jadi baik saja belum tentu. Benar ndak?

Karena anggarannya dipangkas terlalu banyak, makanya yang penting jadi. Itu yang berbahaya. Kok ditepuktangani? Karena memang tidak ada anggaran untuk mempercantik bangunan itu.

Kita harus mulai dengan estetika, keindahan, landscape, lingkungan. Sekali lagi, saya ulang-ulang. Oleh sebab itu, saya minta GAPENSI sebagai salah satu asosiasi jasa konstruksi terbesar, dalam menghasilkan karya konstruksi, betul-betul harus semakin berkualitas.

Kalau pekerjaan, saya kira banyak sekali. Kalau melihat anggaran infrastruktur, tidak hanya di Kementerian PUPR. Ada di Kementerian Perhubungan, ada di Kementerian Pertanian, semuanya ada, semuanya. Yang saya lihat misalnya—saya baru saja, dua hari yang lalu, pulang dari IKN—saya lihat yang mengerjakan, kontraktor utamanya memang yang banyak BUMN, tetapi yang menjadi subkon banyak sekali dari GAPENSI.

Kenapa saya tahu? Karena saya mengundang Kadin, mengundang Hipmi yang ternyata juga ikut membangun di sana semuanya. “Pak, saya Kadin, tapi saya juga GAPENSI.” “Pak, saya Hipmi, tapi saya juga GAPENSI,” termasuk yang di Komisi V, banyak yang GAPENSI.

Sekali lagi, estetika, landscape, lingkungan akan menjadi prioritas pada level berikutnya pada pemerintahan yang akan datang.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Saya ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya seluruh Pengurus Pusat GAPENSI Tahun 2024-2029. Selamat bekerja.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.