Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka

Selasa, 1 Agustus 2023
Halaman Depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden beserta Ibu;
Yang saya hormati, para Kiai, para Kiai Sepuh, dan Ibu Nyai, para Habaib, para Pimpinan Pondok Pesantren, para Pimpinan Majelis-majelis Agama, para Alim Ulama;
Yang saya hormati, para Menteri yang hadir;
Para Santri yang saya cintai.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, kita bisa hadir kembali di Zikir dan Doa Kebangsaan pada malam hari ini

Sungguh tadi sudah disampaikan oleh Bapak Wakil Presiden bahwa anugerah Allah SWT yang luar biasa bahwa kita bisa lepas dari Covid-19. Jangan lupa kita mensyukuri.

Betapa keadaan yang mencekam saat itu, kengerian, saya sendiri dengan Pak Wakil Presiden, dengan para Menteri enggak bisa membayangkan, “Covid ini selesai kapan?” Tiap hari di jalan-jalan ambulans nguingnguingnguing semuanya. Sudah selesai yang Omicron, ganti yang Delta. Terus nanti ganti apalagi, kita ini tidak bisa menebak dan hanya bisa ikhtiar dan berserah diri kepada Allah SWT. Itu baru diberi virus yang namanya Covid. Sakitnya iya, barangnya enggak kelihatan.

Kemudian, karena Covid, awal-awal kita belum memperkirakan, ternyata dampak ekonominya secara global, secara dunia juga luar biasa dampaknya. Dan juga patut kita syukuri, alhamdulillah, kita bisa mengendalikan, bisa mengelola ekonomi kita pascapandemi Covid, dan bisa kembali normal dalam waktu yang sangat cepat. Alhamdulillah karena, Bapak-Ibu, Hadirin-hadirat, sampai saat ini sudah 96 negara yang menjadi pasiennya IMF (International Monetary Fund). Kita pernah jadi pasien IMF di tahun ‘97-’98. Itu pun saat itu waktu krisis enggak ada sepuluh negara. Ini sudah 96 negara jadi pasien IMF—jangan ada yang tepuk tangan—belum seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Wakil Presiden, dibarengi lagi dengan krisis energi, dibarengi lagi dengan krisis pangan di mana-mana karena ada tambahan lagi.

Setelah Covid, ada krisis ekonomi, ditambah lagi perang di Ukraina. Gandum yang dari Rusia biasanya keluar bisa 130 juta ton tidak keluar sama sekali. Dari Ukraina biasanya 70 juta ton tidak bisa keluar sama sekali sehingga harga gandum naik dan banyak kekurangan pangan di banyak negara.

Energi juga sama. Gas dan minyak, karena perang, juga naik begitu dahsyat. Gas di Eropa, di salah satu negara (Eropa), ada yang naik sampai 700 persen, 700 persen. Di sini bensin naik 10 persen-20 persen, demonya tiga bulan. Itu 700 persen. Bapak-Ibu bisa bayangkan.

Sekali lagi alhamdulillah, patut kita syukuri. Jangan lupa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT kepada bangsa kita, Indonesia.

Ini semua bisa kita raih, bisa kita capai berkat kerja keras seluruh komponen bangsa kita, berkat gotong-royong seluruh lapisan masyarakat. Kita ingat saat Covid, semua bekerja bergotong-royong. Yang sakit ada yang dikirimi makanan. Saya ingat itu. Yang sakit diisolasi, tapi tetangganya mengirim buah-buahan. Inilah, berkat gotong-royong seluruh lapisan masyarakat, Covid bisa kita atasi, dan tentu saja tidak lepas dari ketangguhan, kegigihan, kesabaran, tawakal kita bersama dalam menghadapi berbagai tantangan. Dan di mana akar dari semua itu adalah kepercayaan kita kepada Allah SWT. Kita berserah diri dan juga berikhtiar.

Dan kita juga patut bersyukur—saya pernah membaca ini di sebuah berita—berdasarkan survei internasional, ini yang survei bukan orang Indonesia, melainkan internasional, yang saya baca: 96 persen masyarakat Indonesia itu percaya kepada Tuhan, dan angka ini adalah tertinggi di dunia, alhamdulillah, tertinggi di dunia, di atas negara-negara lain, baik di Afrika, di Eropa, di Amerika, dan bahkan di Timur Tengah. Di Turki, itu angkanya 75 persen. Kita 96 persen. Ini menjadi salah satu modal kuat kita sebagai sebuah bangsa karena kepercayaan kita kepada Allah SWT.

Ada hal yang sangat penting agar manusia punya moral dan tata nilai yang baik, agar punya kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah yang ada—masalah ke depan akan semakin kompleks dan semakin banyak—punya kompas dalam hidup. Ada kompasnya kalau kita percaya kepada Allah SWT, dan seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Wakil Presiden, melakukan hal yang baik, menghargai, dan saling menolong di antara kita, dan memperkuat hablumminallah dan hablumminannas, serta menjauhkan kita dari hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang buruk.

Dan pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para Kiai, kepada para Ulama, kepada para Tokoh Agama, kepada para Tokoh Masyarakat, kepada Guru-guru kita, kepada Orang Tua-Orang Tua kita, dan seluruh komponen bangsa yang secara konsisten dan tidak kenal lelah terus mengenalkan, terus mengajarkan, terus membimbing anak-anak kita, generasi penerus bangsa, tentang kepercayaan kepada Tuhan, tentang kepercayaan kepada Allah SWT.

Dan pemerintah terus berkomitmen untuk mewujudkan kehidupan beragama yang baik, yang nyaman, toleran, dan kondusif sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.

Marilah kita terus merawat kerukunan kita, merawat toleransi kita, sikap saling menghargai, sikap saling menolong agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang bersatu, bangsa yang maju, bangsa yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.

Dan di hari yang baik ini, ini adalah hari pertama di bulan kemerdekaan, hari pertama di bulan Agustus, sebagai wujud syukur kita atas berkah kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SWT, saya mengajak seluruh Kiai, para Habaib, para Alim Ulama, para Tokoh Agama, para Santri yang hadir, serta seluruh komponen masyarakat yang bergabung secara daring untuk bersama-sama melantunkan zikir, melantunkan doa, memohon ridho Allah SWT, memohon perlindungan dan berkah-Nya agar bangsa ini terus melaju untuk Indonesia Maju.

Dan mari kita isi kemerdekaan ini dengan kerja keras, dengan optimisme untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.

Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.