Dialog Presiden Republik Indonesia Dengan Petani Porang
Petani Porang, Bapak Anto:
Saya Anto dari kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
Kami sangat bersyukur atas kunjungan Bapak Presiden ke Madiun. Satu hal yang ingin kami sampaikan mengenai porang ini, yaitu kami para petani pengin mendapatkan bantuan teknologi dari Kementerian Pertanian untuk pengolahan pupuk organik Bapak.
Dan yang kedua, kami juga mendorong dari Kementerian untuk adanya produk hulu-hilir agar kita bisa mengolah porang itu sendiri, Bapak.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Menteri Pertanian:
Mohon berkenan satu lagi Bapak.
Petani Porang, Bapak Didi Kuswandi:
Terima kasih Bapak, atas waktu yang diberikan kepada kami.
Nama saya Didi Kuswandi, petani Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun yang pada hari ini lebih dari 2000 hektare, Bapak, petani kami mengerjakan di wilayah kecamatan Saradan.
Alhamdulillah, mulai 1985 porang ini sudah diberdayakan di desa kami. Dan alhamdulillah, 100 persen warga kami juga menanam porang.
Dalam tiga tahun terakhir ini porang sangat luar biasa, didorong oleh dinas pertanian, juga pemerintah Kabupaten Madiun, Bapak Bupati. Juga dibantu dengan Kementan yang hari ini sangat mendorong kami. Bahkan, porang bagi kami di 2020 dimasukkan menjadi (program) ketahanan pangan ini menambah semangat kami sebagai petani.
Dengan dasar 100 persen warga kami menjadi petani ini, bagi kami petani yang berada di wilayah Madiun ini, porang bukan hanya sekadar mempunyai nilai ekonomi, Bapak. Tetapi porang juga menjaga kelestarian alam kita. Menjaga kelestarian hutan kami.
Jadi, bagi kami hari ini kita sudah berpikir bukan tentang porangnya saja, tetapi di hutan kami sekarang, didampingi oleh pemerintah Kabupaten Madiun, bagaimana menjaga alam setitik tanah di Kabupaten Madiun, khususnya juga di wilayah hutan ini menghasilkan komoditi yang sangat bermanfaat bagi kami petani. Ada jahe, ada juga di hutan-hutan mulai kita pelihara lebah, yang itu ekosistem ini karena porang ini sangat-sangat ramah lingkungan ini Bapak, Pak Presiden.
Jadi, di kebun porang kami ini ada lebah, banyak juga buah-buahan mulai alpukat, mulai durian. Juga kebetulan kemarin Ibu Gubernur, Pak Mentan sudah hadir di wilayah hutan kami.
Jadi, alhamdulillah ini yang selalu memotivasi kami dan akhir-akhir ini porang ini menjadi cita-cita kami, Bapak. Banyak juga yang generasi milenial kita ini yang bercita-cita menjadi petani. Jadi kalau di Madiun ini menjadi petani porang in seolah-olah juga sudah mempunyai tantangan yang sangat luar biasa, yang dulunya petani ini seolah-olah menjadi cita-cita yang pelarian saja, namun demikian hari ini semua berbondong-bonding ingin menjadi petani porang, termasuk saya Bapak Presiden, sudah lama di luar negeri, balik ke kampung menjadi petani.
Dan alhamdulillah juga yang kami rasakan, Bapak Presiden, terkait anggaran pembiayaan ini, terima kasih sekali lagi atas kerja sama dengan banyak perbankan, mulai dengan BRI ada, BNI ada, ini petani ini tinggal semangat kita yang kami pacu bagaimana menghasilkan porang ini yang sesuai dengan permintaan pasar. Dan terus kita kembangkan petani di kami bagaimana menanam porang ini sama dengan juga mewarisi generasi penerus kita alam yang indah, ini konteks kita. Sehingga panen porang di Kabupaten Madiun juga panen oksigen, ini harapan kita ke depan karena kelestarian hutan
Saya kira itu Bapak, lain-lain saya kira tidak minta bantuan lain-lain ya karena saya juga sudah merasa cukup sekali, didampingi oleh pemerintah.
Saya kira itu.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
Bismillahirahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.
Yang saya hormati, Pak Menteri, Ibu Gubernur, Bapak Bupati, juga owner dari PT Asia Prima dan Saudara-saudara sekalian para petani porang yang saya lihat, semuanya memiliki semangat yang baik mengenai masa depan komoditas baru negara kita. Dan saya melihat bahwa komoditas pertanian, tidak hanya porang, ini di kuartal I tahun 2021 itu tumbuh, yang lainnya negatif, pertanian bisa tumbuh 2,95 persen. Salah satunya saya lihat, buka-buka ini, apa ini yang ada di dalamnya, salah satunya adalah porang.
Oleh sebab itu, saya terus menyampaikan kepada Pak Menteri Pertanian agar yang namanya porang ini betul-betul diperhatikan, ada rencana jangka sedang dan jangka panjang. Jangan sampai ekspornya dalam bentuk mentahan atau umbi-umbian. Kalau bisa, nilai tambah itu ada di dalam negeri, ada di Indonesia, baik berupa setengah jadi, syukur bisa sudah dalam bentuk barang jadi. Sehingga nilai tambah dalam bentuk lapangan kerja, nilai tambah dalam bentuk…dari sisi keuntungan finansial, semuanya ada di dalam negeri.
Dan saya meyakini, karena barang yang satu ini (porang) adalah low calorie, kemudian juga bebas gula, bisa jadi tepung dan jadi beras untuk bahan makanan apa saja, saya kira ini memiliki masa depan yang sangat baik. Dan untuk yang muda-muda, saya titip, pascapanennya betul-betul dikerjakan betul. Artinya tidak hanya on-farm-nya tapi pascapanen itu juga selain dikirim ke PT Asia Prima ini juga bisa dikerjakan sendiri, mungkin step pertama sama seperti Asia Prima, buat chip-nya dulu. Tapi ke depan, ini sudah…di sini mau, juga naik ke atas lagi untuk bisa membuat barang jadi yaitu beras.
Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di Cina, atau di Korea Selatan, atau di Eropa, ndak. Kita harus mengolah sendiri. Ada hilirisasi, ada industrialisasi. Sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri.
Kemudian juga, ini saya lihat memang sudah lama sekali barang ini, kalau kita…saya ini orang desa, di belakang kebun itu kalau di dekat rumpun bambu kita, ini buanyak sekali, tapi enggak tahu ini sebetulnya untuk apa. Di bawah pohon jati itu, di Perhutani juga buanyak sekali barang yang namanya porang ini. Artinya apa? Sebetulnya ini mudah tumbuh, mudah pemeliharaan, mudah tumbuh, dan kalau tadi saya mendengar dari Pak Menteri juga mengenai nilai per ton atau per kilo-nya juga bukan nilai yang murah. Artinya ini bisa menjadi komoditas masa depan yang baik dan kesempatan untuk masuk pasar juga ke depan akan sangat besar. Karena itu tadi, kembali, bebas gula, rendah kalori, rendah karbohidrat, sudah. Itu betul-betul makanan yang sangat sehat untuk ke depan bisa kita kelola dengan baik.
Tadi yang disampaikan Mas Anto tadi, saya kira nanti Pak Menteri Pertanian coba dicarikan solusi, terutama untuk apa tadi? Untuk…? Mesin pupuk organiknya, nggih, mesinnya kan? Teknologinya? Apa maksudnya? Oke, nggih, untuk pupuk organiknya, Pak Menteri, saya coba nanti saya carikanjalannya, tetapi saya kira usulan-usulan seperti ini juga sangat baik.
Dan, yang kedua tadi berkaitan…saya kira betul, Pak, ini yang ingin kita bangun adalah sebuah ekosistem yang saling menguntungkan. Lingkungannya dapat keuntungan, masyarakatnya tidak merusak lingkungan dapat keuntungan, dan ya…artinya kerusakan dari lingkungan yang ada ini, kalau dulu, Perhutani itu kan karena masyarakat di sekitar Perhutani tidak sejahtera, akhirnya yang dilakukan adalah penebangan. Tetapi kalau ini, nanti bisa betul-betul masif berkembang di seluruh wilayah di Jawa atau di luar Jawa, saya kira akan betul-betul mengurangi masyarakat kita untuk merambah hutan atau untuk merusak hutan. Saya kira arah ke depannya seperti itu. Artinya memang porang ini sangat menjanjikan dan sekali lagi, saya harapkan, Pak Menteri, ada sebuah target-target angka yang harus kita punyai sehingga para petani ini betul-betul memiliki sebuah panduan arah, ke mana porang ini akan dibawa, nggih. Saya rasa itu.
Petani Porang, Bapak Warsito:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Nama saya Warsito dari Kecamatan Dagangan, dari lereng Gunung Wilis, Pak Presiden. Terima kasih kepada Pak Presiden atas kedatangannya, Pak Menteri, Bu Gubernur, Pak Bupati, dan Bapak-Bapak Menteri semuanya.
Ini mimpi kami, petani kecil, Pak Presiden, panjenengan bisa hadir di Madiun memberi semangat, memberi support kami, dan saya ingin berterima kasih juga kepada Pak Menteri bahwa kemarin telah memberikan bantuan pupuk organik untuk memacu, mungkin dengan kesuburan tanah kami juga, dan menambah income kami, agar mungkin selanjutnya kami bisa budidaya porang dengan lebih baik.
Mungkin, saya rasa mungkin itu saja yang saya sampaikan kepada Bapak-bapak semuanya yang telah hadir di sini.
Bapak bupati, ibu gubernur juga telah men-support kami para petani petani porang. Dengan demikian, saya ucapkan terima kasih juga.
Saya akhiri.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Presiden RI:
(Dari) satu hektare, bisa menghasilkan berapa ton sih, Pak?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Satu hektare kurang lebih sekitar 15 sampai 20 ton.
Presiden RI:
15 sampai 20 ton, itu sekali tanam berapa bulan?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Dari umbi, itu delapan bulan.
Presiden RI:
Delapan bulan. Dari angka itu, rupiahnya berapa kalau boleh tahu?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Kurang lebih sekitar Rp35 (juta) sampai Rp40 juta.
Presiden RI:
Rp40 juta untuk delapan bulan, satu hektare?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Iya betul.
Presiden RI:
Padahal…misalnya kayak Bapak punya berapa hektare?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Saya punya kurang lebih dua hektare.
Presiden RI:
Dua hektare. Oh banyak sekali. Rp40 juta, kaya raya dong?
Udah nangkep. Baru tahu gede banget ya, iya dan bisa tumpangsari di mana-mana. Oke, terima kasih.
Tapi untuk menjualnya mudah?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Mudah sekali, Bapak.
Presiden RI:
Mudah sekali?
Petani Porang, Bapak Warsito:
Mudah sekali.
Presiden RI:
Oh berarti demand-nya masih gede.
Oke, terima kasih.
Petani Porang, Bapak Yoyok Triyono:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bapak.
Perkenalkan nama saya Yoyok Triyono. Saya umur 30 tahun.
Saya lahir di tengah-tengah petani, Pak. Kakek saya petani, bapak saya petani, dan saya petani. Saya petani porang generasi ketiga.
Mohon maaf, Bapak. Terkait dengan yang disampaikan tadi oleh teman-teman kami, senior-senior kami, karena saya termasuk yang paling muda, Pak. Saya baru 2010 bertanam porang. Tanah kami di hutan juga, Pak, di bawah tegakan, sama seperti yang lain.
Kami sangat berterima kasih sekali kepada pemerintah Republik Indonesia, terutama Kementerian Pertanian, bahwa pada tahun kemarin, 2020, kami sudah dibantu, Pak, dibantu pupuk organik sekian ribu ton.
Dan kami perlu kami sampaikan, Pak, petani milenial, petani muda di desa kami, Pak, mungkin di wilayah Madiun kalau zaman dulu, lulus sekolah cari kerja di kota. Kalau sekarang, tidak. Lulus sekolah, jadi petani porang. Tiga tahun berjuang bertani porang, setelah tiga tahun bawa pulang mobil, Pak. Jadi, seperti itu, Pak.
Kalau masalah produksi, harga, saya kira sudah umum, Pak. Jadi, porang itu tidak hanya umbinya saja yang laku. Kataknya tadi juga laku. Kami pemuda tani itu juga bergerak di penangkaran benih. Alhamdulillah, tahun 2020 Bapak Menteri sudah melepas varietas Madiun 1, dan penangkarnya ya kami semua, Pak.
Jadi, berbudidaya tanaman porang sekali, tanam sekali. Kalau sistem kami, Pak, tanam sekali bisa dipanen tahun kedua atau tahun ketiga, Pak. Setelah itu bertahap setiap tahun tanpa harus tanam lagi. Itu kehebatan porang, Pak.
Mungkin itu dari saya, Pak.
Terima kasih.
Wabilahi taufik wal hidayah,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presiden RI:
Kalau dengar ceritanya yang terakhir tadi, mungkin semua pengen jadi petani porang jangan-jangan nanti.
Ada berapa hektare?
Petani Porang, Bapak Yoyok Triyono:
Pertama, saya cuma 0,3 hektare, Pak, warisan dari orang tua. Dan sekarang sudah tiga hektare, Pak.
Presiden RI:
Tiga hektare?
Petani Porang, Bapak Yoyok Triyono:
Iya, Pak.
Presiden RI:
Nggih, terima kasih. Bagus sekali, bagus sekali.
Terima kasih.
Menteri Pertanian:
Bapak Presiden yang kami hormati,
Yang pertama, kami menyampaikan rasa hormat kami, rasa haru kami, terima kasih kami karena Bapak hadir di sini.
Masih ada sarang burung walet yang Bapak punya janji, sesuai perintah Bapak, walet, sarang burung walet, suatu saat kami berharap Bapak melihat juga kondisi yang seperti ini, karena enggak kalah sarang burung walet, Pak. Suatu saat mohon waktunya Bapak Presiden untuk melihat sampai end-products.
Bapak Presiden, kami janji sesuai perintah Bapak untuk dua kalikan, tiga kalikan ini, kami janji. Dan itu tanggung jawab kami bersama Ibu Gubernur dan Pak Bupati ya. Dan Madiun ini menjadi sumber, Bapak Presiden.
Yang kedua, memang sedikit kami berharap petunjuk Bapak Presiden, modal awal memang besar, Bapak, Rp70 juta sampai Rp80 juta per hektare, Rp70 juta sampai Rp80 juta per hektare. Hasilnya itu di sekitar Rp40 juta, Bapak, bersih, sudah bisa mengembalikan pinjaman bank.
Mungkin ada relaksasi sedikit terhadap KUR, terutama perbankan yang ada, karena mungkin ada tunggakan. Tapi kami jamin, Pak. Kami ikut menjamin. Itu satu, Bapak Presiden.
Yang kedua, memang kami berharap ini menjadi makanan masa depan. Jadi, sesuai perintah Bapak Presiden tadi, bahwa sudah betul, kami siapkan. Mungkin ini tanggung jawab ya. Bulan Maret janjinya kan?
Jadi, Bapak letakkan itu. Insyaallah kami tidak pura-pura, Pak. Kami tidak bohong, Pak Seskab. Itu tiga kali kami deal, Maret harus jadi. Begitu, Bu Gub. Ibu Gubernur selalu mendukung.
Bapak Presiden yang kami hormati,
Saya kira, di porang ini akan kita kembangkan. Semangatnya besar sekali di semua provinsi yang ada. Kami berharap ya tentu saja apa yang diminta tadi akan saya coba sikapi, Pak.
Terima kasih atas kunjungan Bapak Presiden. Atas kurang lebihnya, kami meminta maaf.
Kami siap diperintah setiap saat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.