Kata Presiden Jokowi soal Ibu Kota Nusantara

Selasa, 15 Maret 2022
Kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur

Wartawan:
Selamat sore, Pak.

Presiden RI:
Selamat sore.

Wartawan:
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk kami. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat karena hari ini, tadi pagi kami menyaksikan sebuah pencapaian atau milestone baru untuk bangsa Indonesia dengan terlaksananya prosesi penyatuan air dan tanah nusantara di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Nusantara. Selamat, Pak. Kita memulai perpindahan ke ibu kota baru.

Nah, sekalian ingin bertanya, apakah filosofi di balik memilih titik nol di tempat lokasi tersebut?

Presiden RI:
Ya itu hitung-hitungan geospasial yang dilakukan oleh Kementerian PU, memang titiknya di situ. Tapi kalau di sini, ini titik untuk istananya.

Wartawan:
Oh, ini titik untuk istananya berarti.

Presiden RI:
Di sini titik istananya. Ini tempat yang tertinggi dari permukaan laut, kira-kira 80 meter (dpl), ini yang paling tinggi di sini sehingga bisa melihat ke….

Wartawan:
Melihat alam yang luar biasa, ya.

Presiden RI:
Ke seluruh penjuru, kanan-kiri.

Wartawan:
Sebelumnya, sebelumnya, sebelum kami lanjutkan, Pak, kami ingin mohon izin untuk membuka masker karena kami semua sudah mengikuti protokol kesehatan, sudah PCR swab (test) untuk membuka masker supaya dapat menyapa pemirsa lebih baik lagi.

Nah, bagi rakyat Indonesia ini kan, banyak sekali manfaat yang didapat dari pemindahan ibu kota negara (IKN), di antaranya kan, pemerataan pembangunan dan mungkin juga menghilangkan persepsi bahwa semua pembangunan itu kan, kelihatannya berpusat di Pulau Jawa. Nah, apa keputusan atau apa pemikiran di balik memilih Pulau Kalimantan sebagai lokasi ibu kota baru?

Presiden RI:
Ya, ini kan, sebetulnya kan, sudah dari proses yang panjang ya. Gagasan untuk memindahkan ibu kota ini sudah pernah diputuskan oleh Bung Karno di tahun kira-kira ‘57, tahun 1957. Tapi karena pergolakan, mundur, mundur, mundur, akhirnya enggak jadi. Saat Presiden Soeharto juga sama, ingin memindahkan dari Jakarta ke Jawa Barat. Tapi juga tidak jadi karena ada peristiwa ‘98. Zaman presiden berikutnya, Presiden SBY juga melakukan kajian-kajian untuk memindahkan ibu kota karena banyak juga alasan.

Dan, di 2014, saya memerintahkan saat itu kepada Menteri Bappenas untuk mencoba membuka dan mulai melakukan kajian lagi. Sehingga dari beberapa lokasi, banyak lokasi, kemudian diciutkan, diciutkan, akhirnya menjadi tiga kemudian diputuskan di Kalimantan Timur, di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara ini karena memang ini adalah titik yang paling tengah kalau kita ambil dari barat, timur, utara, selatan, tengahnya di sini. Tapi juga karena banyak alasan, karena juga tersedianya lahan yang ada di sini.

Tetapi yang paling penting adalah perpindahan ini untuk pemerataan, untuk keadilan. Karena kita memiliki 17 ribu pulau yang 56 persennya itu ada di (Pulau) Jawa, 156 juta populasi Indonesia ada di Pulau Jawa, padahal kita punya 17 ribu pulau. Kemudian juga PDB ekonomi, perputaran ekonomi 58 persen itu ada di (Pulau) Jawa, khususnya di Jakarta. Artinya apa? Magnet ada di Pulau Jawa dan ada di Jakarta. Oleh sebab itu, harus ada magnet yang lain sehingga dari 17 ribu pulau ini semuanya tidak menuju ke (Pulau) Jawa, ke Jawa, ke Jawa. Sehingga beban Pulau Jawa, beban Jakarta tidak semakin berat. Jadi dimulai dari sana, pemerataan dan keadilan.

Wartawan:
Oh iya, jadi perputaran ekonomi juga sudah terlihat karena kabarnya kita mengadakan acara ini, rental-rental dan semuanya sudah fully booked. Berarti dengan mengadakan satu acara saja sudah bisa menghidupkan ekonomi dengan cara yang luar biasa.

Nah, untuk membahas itu, karena kan, Bapak tadi sudah menjelaskan bahwa kajiannya sebenarnya sudah lama dan sudah diperhitungkan sejak lama. Memakan anggaran berapakah untuk dapat memindahkan ibu kota ke Kalimantan dan juga sumber dananya itu setelah dikalkulasi datang dari mana?

Presiden RI:
Hitungan sementara Rp466 triliun. Itu kurang lebih 19–20 persen itu nanti berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan sisanya bisa berasal dari PPP (Public Private Partnership), berasal dari KPBU (Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha), berasal bisa dari murni investasi sektor swasta, bisa juga dari BUMN, atau bisa juga menerbitkan obligasi publik. Semua bisa dilakukan. Saya kira, kita ingin Otorita ini fleksibel dan lincah, dan bisa mendapatkan scheme-scheme pendanaan dari berbagai scheme yang ada.

Wartawan:
Kalau kita membicarakan fleksibilitas, berarti kan, tentunya ada tahapan-tahapan dan prioritas-prioritas ya, Pak, ya. Jadi kira-kira, untuk rampungnya perpindahan dan pembangunan Ibu Kota Nusantara ini memakan waktu berapa lama dan ada tahapan-tahapannya enggak?

Presiden RI:
Ini kan, ini kan sebuah pekerjaan yang raksasa besarnya. Ini pekerjaan besar sekali. Jadi, dan juga bukan pekerjaan yang mudah. Ini pekerjaan rumit. Oleh sebab itu, memang butuh waktu yang panjang. Perkiraan kita antara 15 sampai 20 tahun baru bisa diselesaikan.

Dan, kita harapkan dengan sudah terbentuknya Otorita (IKN), ada Kepala Otorita (IKN) dan Wakil Kepala Otorita (IKN), nanti yang menyiapkan kelembagaan sudah ada, nanti perencanaan yang lebih detail, entah itu DED (Detail Engineering Design) dan lain-lain juga disiapkan sehingga akan semakin kelihatan nanti. Tetapi yang paling penting, memang infrastruktur dasar itu yang harus segera dimulai.

Wartawan:
Dan, berarti hari ini dengan prosesi tadi pagi adalah officially kita akan memulai pembangunan di IKN ini ya, Pak, ya?

Presiden RI:
Ya, saya senang tadi pagi seluruh gubernur hadir membawa tanah dan air dari provinsi masing-masing, kemudian disatukan di sini. Artinya, ini merupakan sebuah kekuatan besar dari negara besar kita Indonesia dan dukungan yang diberikan dari seluruh provinsi di tanah air ini akan sangat menyatukan dan memberikan kekuatan yang baik pada dimulainya pembangunan Ibu Kota Nusantara ini.

Wartawan:
Milik bangsa Indonesia. Tadi yang Bapak, saya quote dari sambutan Bapak tadi, luar biasa. Dan, Pak, dengar-dengar ini peringatan 17 Agustus juga akan difokuskan di sekitar wilayah Ibu Kota Nusantara. Boleh mungkin dijelaskan detail-detail yang bisa di-share saat ini?

Presiden RI:
Ya, ini kan baru dimulai ya, namanya rencana. Ada beberapa menteri yang menyampaikan untuk nanti di (tahun) 2024, (peringatan) 17 Agustus dilakukan di sini. Ya kita lihat nantinya seperti apa. Kalau memang istana dan beberapa kementerian sudah jadi atau mungkin fasilitas yang lain-lainnya sudah jadi, ya bisa saja. Tapi nantilah, kita putuskan setelah kelihatan progresnya.

Wartawan:
Nah, mungkin pertanyaan terakhir dari saya. Kami sekarang berdiri di titik tertinggi tadi yang menurut penjelasan Bapak….

Presiden RI:
Iya, istana di sini.

Wartawan:
Ini yang akan menjadi spot istana dan kita melihat view yang sangat luar biasa. Apakah keberadaan alam akan menjadi konsep juga, salah satu konsep krusial untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara?

Presiden RI:
Ya, konsep Ibu Kota Nusantara ini adalah kota hutan, artinya hutan ini akan dibiarkan hijau seperti ini. Tetapi ini yang dipakai untuk ibu kota ini adalah hutan tanaman industri yang monokultur, yang homogen tanamannya, yang setiap tujuh tahun ini ditebang.

Nah, kita harapkan nantinya, kita ini kan, juga membangun yang namanya nursery (pusat persemaian), yang produksinya kira-kira 20 juta bibit tanaman per tahun, yang dari situlah nanti kita tanam untuk rehabilitasi hutan yang ada di IKN Nusantara ini sehingga tanamannya tidak monokultur, tanamannya tanaman endemik, tanaman lokal yang mampu menarik hewan untuk masuk, menarik burung-burung untuk masuk, menarik kupu-kupu untuk masuk.

Sehingga memang ini yang mau kita lakukan adalah merehabilitasi, baik hutannya maupun nanti mereklamasi dari bekas-bekas tambang yang ada. Karena memang sudah banyak sekali ini hutan-hutan yang dirambah oleh masyarakat dan sebagian sudah harus diperbaiki dan direhabilitasi.

Wartawan:
Ditingkatkan sustainability-nya ya?

Presiden RI:
Iya.

Wartawan:
Mungkin terakhir dari Bapak, apa yang ingin disampaikan perihal mimpi makna Ibu Kota Nusantara nanti setelah selesai penuh pembangunan dan perpindahannya, apa yang ingin dicapai dengan adanya ibu kota baru?

Presiden RI:
Ya ini, ini. Sekali lagi, ini pekerjaan besar, pekerjaan yang sulit sehingga diperlukan kolaborasi, kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dari BUMN, dari masyarakat, TNI, Polri, dan seluruh komponen bangsa ini, agar dukungan yang ada ini betul-betul bisa kita maksimalkan dalam rangka mempercepat pembangunan ibu kota Nusantara ini.

Wartawan:
Luar biasa. Terima kasih, Pak, untuk waktunya. Sekali lagi selamat karena tadi pagi kita sudah menyaksikan momen bersejarah untuk bangsa Indonesia dan mudah-mudahan juga lancar semua persiapan dan pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Presiden RI:
Amin, nggih.

Wartawan:
Terima kasih.

Presiden RI:
Oke, terima kasih. Terima kasih.