Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Seusai Meninjau Rumah Sakit Darurat Covid-19

Rabu, 1 April 2020
Rumah Sakit Darurat Covid-19, Pulau Galang, Kepulauan Riau

Wartawan:
Bapak Presiden, selamat siang Pak. Suhartono dari Kompas Jakarta, Pak.

Pak, kemarin Bapak dalam konferensi pers menyatakan meminta kepala daerah untuk tidak melakukan kebijakan-kebijakan yang di luar koordinasi dari PP (Peraturan Pemerintah) yang sudah dibuat, Pak. Nah, upayanya apa Pak untuk menyeragamkan langkah-langkah kepala daerah supaya tidak ada pernyataan yang seperti Bapak khawatirkan, agar tidak berjalan sendiri-sendiri?

Terima kasih Pak.

Presiden RI:
Ya, kita ini kan bekerja berdasarkan aturan undang-undang yang ada. Kita bekerja juga karena amanat konstitusi, jadi pegangannya itu saja. Kalau ada undang-undang mengenai kekarantinaan kesehatan, ya itu yang dipakai. Jangan membuat acara sendiri-sendiri, sehingga kita di dalam berpemerintahan kita berada pada satu garis visi yang sama, karena ini yang paling penting menurut saya, bagaimana kerja sama antara pemerintah pusat sampai pemerintah daerah yang paling bawah. Dari yang paling atas, Presiden, sampai nanti di kepala desa. Ini penting sekali karena menyangkut nanti orang yang mudik, yang kemudian di desanya mestinya ada isolasi mandiri, kepala desanya bisa melaksanakan itu meskipun hanya satu orang atau dua orang, tapi bisa menyelenggarakan itu. Tetapi juga di desa juga mampu menyiapkan jaring pengaman sosial, perlindungan sosial, bantuan sosial bagi mereka, sehingga ini adalah bekerja dari pucuk paling atas sampai yang berada di paling bawah. Pegangannya satu, undang-undang.

Wartawan:
Pak, jika terlanjur di beberapa daerah melakukan hal yang berbeda, bagaimana Pak langkahnya?

Presiden RI:
Saya kira sampai saat ini belum ada yang berbeda, dan kita harapkan tidak ada yang berbeda. Bahwa ada pembatasan sosial, ada pembatasan lalu lintas, saya kira itu pembatasan-pembatasan yang wajar bahwa daerah juga ingin mengontrol daerahnya masing-masing. Tetapi, sekali lagi, tidak dalam bentuk keputusan-keputusan besar, misalnya karantina dalam cakupan yang gede, atau (istilah) yang sering dipakai…, lockdown. Lockdown itu apa sih? Lockdown itu orang enggak boleh keluar rumah. transportasi semuanya berhenti baik itu yang namanya bus, kendaraan pribadi, sepeda motor, kereta api, pesawat semuanya berhenti, semuanya. Kegiatan- kegiatan kantor semuanya dihentikan semuanya. Nah, ini kan kita tidak mengambil jalan yang itu. Kita tetap…, aktivitas ekonomi ada, tetapi semua masyarakat harus menjaga jarak, jaga jarak aman yang paling penting, yang kita sampaikan sejak awal. Social distancing, physical distancing itu yang paling penting.

Jadi, kalau kita semuanya disiplin melakukan itu, jaga jarak aman, cuci tangan tiap habis kegiatan, jangan pegang hidung, mulut atau mata. Kurangi itu, kunci tangan kita sehingga penularannya akan betul-betul bisa dicegah. Karena dari pengalaman-pengalaman 202 negara yang telah membuat policy-policy-policy, kita pelajari semuanya ada plus dan minusnya. Dan tentu saja kita sesuaikan dengan kondisi yang ada di negara kita baik kondisi geografis, demografis, karakter budaya, kedisplinan kita, dan juga kemampuan fiskal kita.

Wartawan:
Saya Agus Siswanto dari CNN Indonesia, Pak Presiden. Mohon izin.

Mungkin, kami di daerah ingin kepastian terkait fasilitas operasional pusat observasi dan karantina ini. kapan pastinya dioperasikan?

Terima kasih Pak Presiden.

Presiden RI:
Ini maksimal hari Senin (6 April 2020) sudah bisa dioperasikan. Memang ada keterlambatan kemarin 3 hari – 4 hari, karena ada transportasi untuk bahan-bahan material yang terkendala, karena cuaca.

Wartawan:
Pak, saya Andi dari RRI.

Bapak setelah melakukan peninjauan kemudian melihat langsung kondisi di sini, bagaimana tanggapan Bapak? Kemudian, untuk pemanfaatan rumah sakit ini sendiri nantinya apakah akan jadi alternatif jika ada pembludakan pasien di daerah atau pun di Jakarta, atau bagaimana, Pak?

Terima kasih.

Presiden RI:
Ya, semuanya ini. Semuanya ini memang kita rencanakan dan kita siapkan. Kita berharap tidak terjadi, tetapi paling tidak kita siap. Wisma Atlet kita siapkan 2400 bed, siap. Tetapi alhamdulillah sampai saat ini baru digunakan 400 (bed). Di sini juga sama, 360 bed. Dan untuk isolasi 20 (bed) yang ICU (intensive care unit), 30 (bed) yang non-ICU. Kita harapkan ini enggak dipakai, tapi kita siapkan, kita siap. Sejak awal, saya sampaikan, ini dibangun memang untuk menyiapkan itu. Kita harapkan ini enggak dipakai. Nah, nanti kalau sudah semuanya selesai baru ini akan kita alihkan pada penggunaan yang lain. Rencananya memang untuk rumah sakit penyakit-penyakit menular dan riset. Riset penyakit dan rumah sakit penyakit menular.

Kita harapkan ini enggak dipakai, kita berharap ini tidak dipakai. Tetapi kita juga harus tahu bahwa setiap hari ada mobilitas Tenaga Kerja Indonesia yang dari Malaysia pulang mudik. Ini harus dikontrol, harus diawasi, harus dicek sehingga betul-betul semuanya pada keadaan bersih, dan tidak membawa (virus) korona masuk ke desa.

Ya.

Wartawan:
Terima kasih Bapak Presiden.